Senin, 31 Maret 2014

The Hottest Liveshow Continues: Sandra

SEPULUH SARAN UNTUK MENIKMATI CERITA HASIL : CWK GTL - CWK GNS - CWK SDS:
  1. Cerita ini adalah khayalan belaka , tak ada kaitan dengan tokoh manapun dalam kehidupan sebenarnya
  2. Nikmatilah cerita ini dengan rileks , buanglah kepenatan setelah berjuang seharian mencari sesuap nasi
  3. Boleh dinikmati sekali , dua kali atau tiga kali sehari - tak ada keharusan pemakaian dengan resep dokter
  4. Dapat dinikmati sebelum makan , disaat makan atau sesudah makan , tidak akan mengganggu lambung
  5. Boleh dinikmati dengan busana resmi-lengkap , pakaian bebas , pakaian daerah , juga boleh tanpa baju
  6. Dapat dinikmati dalam posisi duduk , berdiri , tiduran , terlentang , terlungkup , atau bahkan nungging 
  7. Boleh dibaca dikamar tamu, dikamar makan, dikamar mandi, dikamar tidur, tapi jangan dikamar kerja
  8. Baca sendirian boleh tapi pasti lebih mantab bersama partner dan keduanya berpakaian ala Adam & Eva
  9. Ilham cerita dari CWK GNS - di tulis menjadi cerita oleh CWK GTL - tambahan foto-foto dari CWK GNS
  10. Sebagai finishing touch dikoreksi, diberi bumbu lezat dan ditambahkan foto dimana perlu oleh CWK SDS    
#######################
EPILOG

Cerita ini adalah lanjutan dari kisah hangat pernah di rilis diawal blogs yang semarak memenuhi cyberspace Nusantara. Pernah dimuat di weblog "ah-uh.tk" dengan judul "Desahan Santi dkk." , Hampir dalam waktu bersamaan tampil pula di weblog "17 Tahun.com" serta "Sawomatang.com" dan masih ada beberapa weblogs lainnya yang kini sudah almarhum. Tentunya tak terlupakan pula pernah muncul di-blog asuhan boss Shusaku namun judulnya diganti oleh sang pengarang menjadi "The Hottest Liveshow". Penasaran ? Silahkan tanya karena pasti boss Shu tahu persis cerita apa dimaksud - atau research sendiri sambil baca cerita-cerita lama tak kalah hot dengan yang baru.

########################
Preview

tiga orang gadis cantik rupawan dari kalangan upper class (the beauties) memenuhi undangan rekan sekuliah Erwin yang kaya raya untuk "sukarela" melakukan orgy dan bahkan bergantian di-gangbang oleh lima orang kuli  pekerja kasar pekerja (the beasts) dari perusahaan milik orang tua Erwin di rumah yang juga masih satu kompleks dengan pabriknya di kota Bandung. Kini beberapa tahun telah berlalu dan ketiga gadis yang bernama Santi, Sandra dan Ivana telah lulus kuliah , telah sukses dalam kehidupan karier mereka dan dua orang telah menemukan jodohnya , sedangkan yang seorang masih tetap sendirian karena mungkin memang "berat" jodoh" dan agaknya lebih mementingkan kehidupan bebas.
Setelah mereka menempuh jalan kehidupan masing-masing secara kebetulan mereka pernah bertemu dan berkumpul kembali - reunian kecil katakanlah tanpa partner mereka. Dalam pertemuan dengan percakapan bebas itu muncul kenangan disaat mereka mengalami peristiwa di rumah Erwin , dan dengan ke-genitan wanita dewasa yang tak kalah dengan kegenitan ABG mereka saling menceritakan kembali apa rasa tubuh mereka disaat orgy party di rumah teman pria mereka itu. Bagai anak kecil tak mau kalah dengan temannya membanggakan mainan baru , mereka berusaha membandingkan apa dan bagaimana bentuk badan kuli kuli yang menggarap tubuh mereka, bahkan bau badan, mulut, kemaluan serta sperma yang terpaksa (?) mereka telan juga dijadikan bahan pergunjingan. Mereka secara bebas menceritakan kuli mana (nama tepatnya sang kuli sebagian sudah mereka lupakan) yang menurut mereka masingmasing paling "hebat" dan jago sanggup membangunkan gairah mereka. Tanpa disadari mereka sampai membandingkan rasa yang dialami disaat dipaksa (?) orgasmus berulang-ulang baik saat digarap berulang , bergantian dan massal sekaligus.
Sebagaimana wanita modern ketika berkumpul sesama jenis mereka sambil tertawa geli dan terbahak amburadul mnceritakan bagaimana fantasy mereka setelah peristiwa di rumah Erwin. Akhirnya mereka berkesimpulan dan secara jujur mengakui satu sama lain bahwa kejadian tersebut mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sex mereka.
Mereka berterus terang satu sama lain bahwa tidak mau untuk dijadikan seterusnya budak sex didalam kehidupan suami istri. Namun misalnya suami mereka disaat ML ingin bermain "sandiwara" memaksakan hubungan sex baik secara halus maupun (agak) kasar dan untuk semalam dijadikan budak sex yang harus patuh dan menyerah atas kemauan dan diapakan saja oleh suami (asal tak sampai luka) maka tak ada satupun yang menolak......    
Setelah reunian tak resmi itu mereka kembali sibuk dengan tugas sehari-hari, juga tugas diranjang melayani suami, dan tanpa disadari kenangan di saat mengalami orgy itu menambah semaraknya ML dengan sang suami.  
.
Sequel ini adalah kelanjutan hidup mereka yang mungkin karena sudah suratan takdir memiliki episodes tak kalah hangatnya dibandingkan dengan pengalaman mereka di rumah teman mereka ketika menghadapi kelima kuli kasar itu.

Dibawah ini adalah pengalaman ketiga wanita cantik itu  : dimulai dengan Ivana, Sandra dan akhirnya Santi.

Anoman Duta

Episode ini terjadi sebelum terjadinya insiden Anoman Obong (Anoman dibakar)

Anoman

EPISODE EROTIKA ANOMAN . . . . . .
Perundingan di Paseban sudah selesai dan memutuskan sebagai berikut
- Anoman (Hanuman) dengan dikawal oleh Wasamatra diutus ke Alengkapura untuk menjalankan tugas2 intelejen negara. Mengukur dan memata-matai Alengka.
- Berupaya melakukan pendekatan kepada Wibisana beserta pengikut2nya untuk direkrut menjadi anggauta Partai orang2 terbuang.
- Jika Wibisana menolak, tugas Anoman untuk membunuhnya. Jika berhasil, Pancawati akan meminta dana awal. Saudara kembar Wasamatra ditahan di Pancawati sebagai agunan jika Wisamatra mbalelo.
- Kapi Srobo membangun angkatan laut.
- Kapi Anilo mulai membangun kapal dan menunjuk Kolo Wisamatra membuat pasukan marinir yang akan diterjunkan pertama di pesisir Alengka.
- Kapi Mendo urusan logistik militer
- Kapi Joyo Anggodo diangkat sebagai panglima pasukan grudugan.
- Dst


Gendewa diketukkan ke meja, thok, thok, thok ... Terdengar sorak gegap gempita
“Sendiko ... sendiko ... magito gito lumaksono ...”
Singkat cerita, Anoman dengan dipandu Wasamitra dan dua losinan prajurit pilihan diberangkatkan ke Alengka. Di antara para prajurit itu ada yang tampak cengèngèsan ketawa ketiwi. Anoman bertanya :
Sesampai di Alengka, Anoman menyamar sebagai mahasiswa pasca sarjana, kuliah sastra Universitas Papan Nama di Alengka. Ia berpisah dengan anak buahnya yang mengontrak rumah dipinggiran Alengka. Anoman indekost di kampung Kolombo yang agak elite. Ibu Kost bernama tante Sayemprobo. Ia janda cantik mantan istri perwira Alengka yang gugur di palagan Maespati.
Sebenarnya tante Sayem sebagai worokawuri perwira Alengka hidupnya berkecukupan. Ia mempunyai kost-kostan hanya agar ada anak-anak muda yang bisa menemaninya karena ia hidup sendirian. Anak tunggalnya bernama Dityo Kolo Pratolomaryam mengikuti jejak swargi ayahnya menjadi prajurit di Alengka. Walau usianya menjelang 40an tante Sayem masih cantik, genit dan tubuhnya sangat sexy. Banyak perwira Alengka yang melamarnya tetapi ditolak semua. Ia ingin bebas berganti pacar. Tante Sayem menyukai Anoman yang serius dan santun. Anomanpun menyukai tante Sayem yang periang. Semula Anoman membantu tante memperbaiki genteng bocor, mengantar belanja, dll. Lama kelamaan mereka makin akrab. Suatu hari Wisamatra berhasil mengontak Wibisana dan mempertemukan dengan Anoman. Sekilas Wasamatra menjelaskan misi Anoman. Setelah saling berkenalan dan atur pambagyo, Wibisana mulai berbicara
“Wanoro seto, biar kita perjelas, sebenarnya kamu utusan siapa dan apa tujuanmu ? “ (Wanoro=kera, seto = putih, gelar keperwiraan Anoman)
“Kami ini adalah anggauta perkumpulan orang2 yang terbuang yang berjuang ber-sama2 agar gegayuhan masing2 tercapai. Jika Radèn bersedia, kami mengundang untuk bergabung. Kami akan memperjuangkan supaya gegayuhan Radèn bisa tercapai. “
“ Ini bukan perkara gampang. Sik, tak pikir dulu. “ Wibisana berpikir keras “ Apa yang bisa kulakukan agar bisa juga membantu rekan2 seperjuangan ? “
“Biaya. Kami butuh biaya yang sangat besar untuk mencapai gegayuhan salah satu anggauta kami yang kehilangan tahta “
“ Sik, sik, sik .. coba cerita dari awal .. “
“ … blah … blah … blah … “ Anoman menceritakan kisah perjuangan oom Sugriwo dan Rama yang bahu membahu saling membantu. Demikian kontak pertama telah berlangsung. Wibisana bukanlah orang yang gegabah. Pertemuan-pertemuan itu dilanjutkan dengan beberapa pertemuan lagi. Sembari berunding Anoman beserta para anak buahnya melakukan pekerjaan mata-mata.
Suatu hari Anoman menemani tante belanja pakaian. Ketika pulang, dengan riang tante mengajak Anoman masuk kedalam untuk memamerkan pakaian-pakaian yang baru dibelinya. Tante masuk kamarnya dan keluar lagi dengan pakaian barunya.
“ Bagaimana Anoman, bagus ? “
“ Bagus sekali tante. Tante tampak anggun “ Anoman terpesona
“Ah, jangan memuji dooooooong “ tante berkata genit. Tatapan mata Anoman yang terpesona tampak tulus. Tante Sayem berbahagia mendapat tatapan itu.

###########################
Sayemprobo
Episode 49
Godaan yang Fatal Tante Sayemprobo


“Aku coba yang lain, ya?” tante kembali masuk ke kamarnya. Tante sudah kenyang tatapan laki-laki yang mengaguminya tetapi kepolosan tatapan mata Anoman lain. Tante menyukai tatapan tulus ini. Tiba-tiba Sayemprobo ingin lebih, ia ingin menunjukkan yang lebih indah dari itu. Ia haus, ingin mendapatkan lagi tatapan mata perjaka ting-ting.
“Anoman, masuk sini. Di dalam ada cermin “ tante berteriak dari dalam kamar.
Dengan ragu-ragu Anoman masuk kamar tante Sayem. Ia heran kamar tante banyak cerminnya. Bahkan diplaponpun ada. Anoman berdiri canggung.
“duduk sini!“ Kata tante sambil me-nepuk-nepuk kasur.
Anoman manut. Kembali ia heran, kasurnya mentul-mentul. Sepertinya ini kasur air? Anoman menebak-nebak.
“Sekarang akan aku tunjukkan yang lebih indah dari tadi. Mau?“
Anoman mengangguk. Tante menyukai anggukan Anoman yang polos. Seperti anggukan anak-anak yang tersipu ditawari permen.
“Tunggu, yaaaa “ Dengan tersenyum amat manisnya pelan-pelan tante membuka stagennya. Tidak lupa diputarnya lagu slow. Anoman bengong memandangi polah tante. Dadanya berdegup kencang ketika tante sudah selesai membuka setagennya. Ketika tante sudah sepenuhnya telanjang bulat, perjaka alumni Panglawung ini sudah seperti sapi. Ngah ngoh. Sikap Anoman yang pah poh ini justru makin menyemangati tante. Ia menari-nari meliuk-liuk mengikuti irama. Ketika lagu diganti ndang ndut yang genit, tante makin bersemangat. Ditunggingkannya tubuhnya sehingga sepasang cangkir gadingnya yang indah menggelantung ranum. Nafas Anoman menjadi makin sesak. Melihat Anoman begitu, tante Sayem makin bergairah. Ia kemudian memunggungi Anoman dengan posisi menungging. Kemudian direntangkannya pahanya lebar-lebar. Tante Sayem begitu bergairah hingga tak terasa ada bagian tubuhnya yang basah. Seumur-umur sang perjaka Anoman belum pernah melihat pemandangan seperti itu. Dilihatnya sesuatu yang merekah dan basah di antara paha tante. Tiba-tiba Anoman mendesah. Oooops … crut … crut … crut …. ia mengalami ejakulasi dini. Dengan tersipu ditutupnya mukanya dengan bantal.
[dalam versi ini ia ejakulasi dini karena masih perjaka. Dalam versi pedalangan karena ia anak dewa yang ejakulasi dini, Anoman menderita penyakit ‘keturunan’ dari Bathara Guru yang gampang ngecrut hanya dengan melihat orang telanjang. ]

Hampir tergelak tante melihat sikap Anoman yang lucu tetapi tante yang sudah pengalaman dengan sabar mendekati Anoman. Dilihatnya kain kampuh poleng Anoman ada bercak-bercak. Karena malu, Anoman tidak berani membuka bantal yang menutupi mukanya. Dengan lembut tante menarik bantal dan Anoman tidak menolak. Namun, ketika bantal sudah ditarik, segera disilangkannya lengannya untuk menutupi matanya. Tante tidak bisa menahan geli. Sambil tertawa ditempelkan pipinya ke pipi Anoman untuk unjuk pengertian. Merasakan sikap tante yang penuh pengertian, Anoman menjadi lebih rilek. Melalui sela-sela tangannya ia mengintip tante yang tersenyum penuh pengertian. Dilihatnya tante kini sedang membuka kain kampuh polengnya. Tiba-tiba Anoman kembali dirundung rasa malu. Seumur hidup ia belum pernah menunjukkan keperjakaannya ke siapapun. Ketika tante membuka kainnya, secara reflex Anoman menutupi lagi mukanya dengan lengannya. Kembali tante merasa geli terhadap tingkah Anoman. Sambil terus menyingkap kain Anoman, tante berkata
“ Mau mimik ? “
“ Mimik ? Mimik apaan, tante ? “
Dengan senyum menggoda tante menyingkirkan lengan yang menutupi muka Anoman. Kemudian didoyongkannya tubuhnya sehingga satu cengkir gadingnya tepat di mulut Anoman. Dengan lahapnya Anoman ‘mimik’. Kembali tante merasa bertambah bergairah. Usahanya menyingkap kain Anoman diteruskan. mengetahui kainnya dikupas, kembali Anoman secara reflex merapatkan pahanya. Kali ini tante tertawa tergelak. Dengan tersenyum tante berkata
“mau disebul ? “
“disebul ? ditiup? Apanya yang ditiup, tante …. ?”
kini Anoman sudah telanjang bulat. Pelan-pelan tante mencari yang disembunyikan Anoman di pahanya. Mula-mula ia membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat di batang keperjakaan Anoman. Kemudian tante mendekatkan mulutnya .. sensor … sensor … sensor.

#########################
Lhaaaa ini ketemu yang di sensor:
Sensor Off . . . .

+ Ki, tante Sayem yang MILF cantik dan sexy itu kok mau sama monyet?
- Di pewayangan, jaman dulu itu macam-macam makhluk berkeliaran dan berinteraksi dengan manusia. Makanya, monyet masih tergolong ganteng. Lha wong ada Mahesasura, Lembusura, Dinosaura dsb.Lagian Anoman itu kesatria gagah perkasa.. biar mukanya monyet..
+ Jadi saya ini termasuk sinden cantik yo ki?
- Umurmu wis swidak rolas, eling anak putu, setrika dulu mukanya...


Mr. kontilnya Anoman mencuat bagaikan tiang kapal. Sayem menghampiri Anoman dan berlutut dihadapannya. Bibir Sayem langsung mengecup senjata yang telah membuat Anoman tenggelam dalam lembah kenikmatan duniawi yang indah. Lidah Sayem menjilati kepala Mr. kontil Anoman, tepatnya menjilati cairan bening yang keluar dari celah Mr. kontilnya, kemudian mulut Tante Sayem melahap seluruh kepala Mr. K-nya dan disedotnya sampai kering, tidak lupa lidahnya yang lembut dan basah menari-nari dengan sensual.
Anoman membelai rambut dan kepalanya.
“Tante..”
Dia melihat Anoman dan tersenyum, kemudian bangkit dan mengulum bibir dan lidahnya. Anoman masih dapat merasakan aroma memabukan dari cairan pra orgasmenya yang bercampur dengan ludahnya.
“Kau duduk di sini dan nikmati pertunjukannya, tapi tidak boleh dalam bentuk atau cara apapun merangsang atau menyentuh apapun milikku.” (kayak pengumuman resmi departemen kehakiman.
Tante Sayem mengatakan itu disebelah telinga kirinya, sambil mengelus-elus kejantanannya.
“Bagaimana Sayang..?” Tante Sayem menjulurkan lidahnya dan menjilat rahang dan kuping Anoman.
“Ok.” jawab Anoman.
Dia tersenyum nakal dan genit. Sepertinya Anoman telah membangkitkan sisi nafsunya yang terpendam. Sayem mengambil barang-barang belanjaan mereka dan menaruhnya di depan Anoman. Ia mengambil sebuah pakaian dalam berwarna hitam transparan dan mengeluarkan isinya. Sayem menarik bangku meja rias dan menaruhnya di hadapannya, kemudian ia duduk menghadap ke kanan, sehingga sisi kanan tubuh Sayem ada di hadapan Anoman. Kaki kanan Sayem diletakan sedikit lebih maju dari kaki kirinya. Dengan perlahan ia menunduk dan tangannya membelai dan mengelus-elus betisnya yang ramping dan padat. Terdengar suara gesekan halus yang terjadi karena gesekan antara tangan Sayem dengan pakaian dalam yang ia kenakan. Suara ini bagaikan musik eksotis yang luar biasa, hingga cairan beningnya kembali menetes keluar. Ia melihat ke arah Anoman dan tersenyum manis, semanis sodium cyclamate.
“Apa kau suka?”
Anoman hanya dapat mengagguk. Sayem kembali mengelus-elus betis, pergelangan kaki, sampai jari-jari kakinya. Benar-benar pemandangan yang tidak ada bandingannya. Dia sengaja merangsang Anoman. Mr. kontil Anoman makin bertambah keras dan basah ujungnya melihat pertunjukan erotis Sayem. Ia berdiri, baju gaun putihnya ia angkat setinggi pinggang. Pakaian dalam putih transparannya yang sexy membuat mata Anoman berkunang-kunang dan Mr. kontilnya meronta-ronta untuk dapat masuk ke dalam mbakyu Tempik Tante Sayem dan ngajak bersetubuh dengannya habis-habisan. Itulah rencana balas dendam atau bisa dibilang rewardnya karena Sayem telah dengan sengaja menggoda dan membuatnya demikian terangsang. Sayem membelakanginya dan membungkuk sehingga pantatnya tepat di depan mata Anoman. Ia turunkan pakaian dalam putihnya pelan-pelan. Ketika Pakaian dalamnya telah melewati selangkangannya, dengan jelas dapat dilihat mbakyu T-nya yang berwarna merah muda diseliputi oleh cairan nafsu Sayem, membuat Anoman ketagihan, dan bunga di selangkangan itu pasti mekar dengan indah. Anoman yakin Sayem juga merasa terangsang dengan pertunjukan solonya sendiri. Satu persatu Kaki Sayem diangkat dan keluar dari lapisan pakaian dalamnya. Setelah itu Sayem melemparkannya ke ranjang di sebelah Anoman.

Ia mengambil pakaian dalam berwarna hitam transparan dan memasukan tangannya ke kaki bagian kanan pakaian dalam tersebut, ia raih ujungnya dan ia tarik ke atas. Sayem kembali duduk di ujung bangku. Ia masukkan ujung kaki kanannya ke dalam pakaian dalam dan tanganya menarik pakaian dalam itu ke atas mengikuti lekuk tumit dan betisnya sampai lutut. Dengan cara yang sama ia lakukan lagi dengan kaki kirinya sambil melihatnya dengan tatapan penuh dengan nafsu. Pakaian dalam di tarik ke atas sampai ke pinggangnya. Sayem merapikan pakaian dalamnya mulai dari ujung kaki sampai ke pangkal pahanya. Mr. kontil Anoman rasanya ingin meledak saat itu juga. Ia jilat bibirnya untuk menggoda Anoman. Entah sudah berapa banyak cairan kenikmatan Anoman mengalir. Bajunya ia rapikan kemudian dengan gaya seperti seorang peragawati Sayem berjalan lenggak-lenggok di hadapan Anoman. Saat ini juga, Sayem telah telanjang bulat. Mr. kontil dan selangkangan Anoman sudah basah total. Pikirannya hanya terfokus pada Tante Sayem yang asing baginya ini. Diperhatikannya wajah Sayem yang cantik dan manis seperti sedang menahan sesuatu. Setiap pasang pakaian dalam yang telah ia pakai semuanya meninggalkan bercak basah pada selangkangannya. Celana hitam tipis yang ia kenakan tidak dapat menahan cairan manisnya sehingga dengan sinar matahari sore Anoman dapat melihat dengan jelas ujung celana hitam tipis bagian atas berwarna lebih gelap seperti terkena air. Tidak lain dapat ia simpulkan cairan itu berasal dari mbakyu T-nya Sayem yang sudah sangat sensitif dan horny.
“Tante cantik sekali..”
Ia datang menghampiri Anoman . Langsung Anoman didekap dan ditidurkan di atas ranjang. Dicumbunya Anoman dengan penuh nafsu pelampiasan dan dengan tangan kirinya Anoman mendarat di selangkangan Sayem yang sudah banjir. Dielus-elusnya bibir-bibir mbakyu T-nya. Sayem mendesah dan bergetar. Dikonsentrasikannya jari tengah pada ngitilnya. Ditekannya dengan sedikit kencang dan digetarkan tangan Anoman. Sayem mendesah dengan kencang dan dalam hitungan detik seluruh tubuh Sayem menggeliat hebat dan otot-otot pinggul Sayem bergetar dengan kencang.
“Acong Sayaaangg..!” Sayem meneriakan nama asing di kuping Anoman . Kiranya itulah kebiasaan panggilan mesra Tante Sayem kepada suaminya dulu.
Gelombang demi gelombang orgasme ngitil Sayem membuktikan betapa nikmatnya kenikmatan seksual. Setelah hampir satu menit, orgasme Sayem mulai mereda. Ia menatap Anoman dengan penuh kasih. Dibantunya jari Anoman masuk ke dalam mbakyu T-nya Sayem dan mencari titik Daerah kenikmatannya. Badan Sayem kembali menggeliat dan desahan yang keluar bagaikan musik erotis di telinga Anoman . Dengan variasi tekanan Sayemprobo dirangsang daerah kenikmatannya. Sampai pada akhirnya meledaklah orgasmenya. Dikulumnya payudara Sayem yang sengaja disodorkan itu dan lalu dihisap kencang-kencang. Otot-otot dinding mbakyu T-nya Sayem berkontraksi kencang sekali mendorong jari Anoman. Anoman mempertahankan posisinya dan Sayem meronta-ronta dalam kenikmatan orgasme yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Cairan yang hangat mengalir keluar dari dalam mbakyu T-nya. Anoman ditekan kepalanya oleh wanita itu hingga berpindah posisi dan mengulum mbakyu T-nya Sayem dan madu murni yang keluar dari dalam. Lidah Anoman disuruh julurkan untuk merangsang kembali Daerah kenikmatannya. Sayem kembali bergetar tiada henti. Cairan hangat itu kembali keluar tiada habis. Dihisap dan ditelannya habis semuanya oleh Anoman.

Setelah puas, Anoman dimintanya mengangkat kedua kaki Sayem yang sudah lemas ke pundaknya. Kepala Anoman berada di tengah-tengah kakinya. Dimasukannya Mr. kontil Anoman dengan bantuan jarinya yang lentik. Mulut Sayem terbuka lebar namun tidak ada suara. Mr. kontil Anoman menemukan surga didalam mbakyu T-nya. Ditariknya keluar dan masuk lagi dengan lembut dan stabil dengan imbangan gerakan pantat Sayemprobo. Dibelai dan dielusnya kedua kaki Sayem yang lembut dan seksi. Sayem dengan pasrah tapi aktif menikmati percintaan ini. Mata Sayem terpejam dan nafasnya pendek dan cepat. Anoman juga tidak akan dapat bertahan lama setelah semua rangsangan visual yang ia berikan, namun Anoman mencoba untuk bertahan. Mbakyu T-nya Sayem yang sudah terlalu sensitif langsung meledak lagi. Anoman sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi, karena dinding-dinding mbakyu T-nya meremas-remas Mr. kontil Anoman. Ditariknya Mr. kontil Anoman dan memasukannya ke dalam mulut Sayem. Dengan setia ia menerima semua semburan orgasme Anoman dan Sayem menghabiskan madunya. Badan Anoman bergetar dan mendesah nikmat. Sayem membuka matanya dan menatap Anoman dengan manis. Anoman tahu dia pasti kelelahan karena mengalami orgasme kencang secara berturut-turut. Setelah bersih dikeluarkan Mr. kontilnya, namun Sayem menolaknya. Dengan segenap tenaganya ia berbalik dan membaringkan Anoman di atas ranjang. Bidadari cantik ini terus memberikan layanan mulut dan jilatan pada kejantanan Anoman yang tetap keras. Lidah Sayem menelusuri seluruh bagian dari batang Mr. kontilnya. Makin lama Sayem semakin lancar mengulum Mr. kontil Anoman. Diganjalnya kepala Anoman dengan beberapa buah bantal agar dapat melihat pemandangan yang indah ini. Tante cantik mantan istri perwira Alengka ini benar-benar sangat menikmati dan menyukainya. Anoman tidak ingin sensasi dan waktu ini berlalu. Kapi Anoman benar-benar laki-laki yang beruntung. Menit-menitpun berlalu tanpa terasa. Orgasme kuat kembali mengambil alih tubuh dan pikiran Anoman. Kali ini Sayem sengaja mengumpulkan madu orgasmenya di dalam mulutnya, kemudian ia bermain-main dengan Mr. kontil Anoman dan spermanya. Hasilnya Mr. kontil Anoman berlumuran madu putihnya. Sambil tersenyum dan memandang Anoman ia menjilat dan menghisap habis semua madu yang berceceran. Meskipun telah berorgasme dan ejakulasi berkali-kali kejantanan Anoman masih menolak untuk istirahat dan tetap tegak mencuat dengan perkasanya.  Setelah dipuaskan, kini giliran Tante Sayem 'membalas budi'. Ia mengesek-gesekkan punggung Anoman yang tidur telungkup dengan tubuhnya sendiri. Payudaranya digunakan untuk 'memijiti' punggung Anoman. Anoman merasakan enaknya saat ujung payudara Sayem menyentuh badannya. Dadanya yang putih mulus bergesek-gesek dengan punggung Anoman yang kekar. Bulu-bulu mbakyu T-nya juga menggelitik bagian pantat dan paha Anoman. Sementara Sayem juga merasa kegelian terutama di bagian sekitar pahanya yang bergesekan dengan paha Anoman yang berbulu halus.

Anoman membalikkan badan dan tidur telentang. Mr. kontilnya yang besar berdiri dengan gagahnya. Sayem kembali menggunakan payudaranya untuk 'memijiti' muka Anoman yang bereaksi dengan menjilati dan mengecupi payudara Sayem. Tangan Sayem yang halus kemudian memegang Mr. kontil Anoman dan mulai mengocoknya. Setelah itu dijepitnya Mr. kontil Anoman yang putih diantara kedua payudaranya yang putih dan menggesek-gesekkannya.
Bagi Anoman, sungguh enak sekali rasanya Mr. kontilnya dijepit dan digesek-gesek di antara payudara Tante Sayem. Apalagi sesekali kepala Mr. kontilnya membentur dagu Sayem. Saking enaknya sampai-sampai ia hampir mengalami ejakulasi lagi.

+ Kok gak ndang main-main to ki?
- Sik to, jangan buru-buru. Nanti kurang erotizz
+ Woo, gitu to?
- Yo, mangkane aja cerewet.
+ Nggih..


Untung sekali ia adalah Kapi Senggono Marto yang punya stamina tinggi, dan prajurit gladiator pilihan sehingga ia bisa menahan gejolak nafsunya supaya tidak ejakulasi prematur. Tentu adalah suatu kerugian besar kalau ia tidak dapat menikmati tubuh Tante Sayem hari ini. Tante Sayem meminta Anoman untuk tidur telentang. Kini giliran dia yang mengeluarkan tenaga dan berusaha. Ia duduk di atas Anoman. Dimasukkannya Mr. kontil Anoman ke dalam mbakyu T-nya kemudian digoyangnya tubuhnya naik turun sambil mendesah-desah. Payudaranya meski kenyal dan kencang namun bisa naik turun mengikuti gerakan tubuhnya. Badannya jadi basah berkeringat. Rambutnya agak awut-awutan. Kedua tangan Anoman langsung merengkuh payudaranya dan meraba-rabainya, memainkan kedua putingnya dengan jari-jemarinya. Gerakan Tante Sayem semakin cepat dan tak beraturan, Anoman merasakan betapa cengkeraman liang mbakyu T nyonya itu semakin ketat dan terus berdenyut-denyut tak beraturan. Tiba-tiba nyonya itu menggeram hebat sambil menghempaskan pantatnya dengan keras, Mr. kontilnya tertanam kuat sampai ke pangkalnya. Tubuh nyonya itu agak melenting ke belakang, sampai akhirnya datanglah orgasmenya yang kesekian kali malam itu. Setelah itu gerakannya makin lama makin pelan sampai akhirnya ia melepaskan diri dari Anoman dan merebahkan diri ke dada Anoman. Tubuhnya terkulai lemas. Napasnya terengah-engah. Badannya telah basah oleh keringat. Padahal kamar itu udaranya cukup segar. Demikianlah Tante Sayem yang sorenya berkeringat karena olahraga lari di tempat, malamnya di dalam kamar yang sama ia kembali berkeringat karena 'olahraga duduk di tempat'. Namun bedanya kali ini ia merasa puas sekali. Anoman sempat khawatir akan kehamilan akibat hubungan mereka. Ia jadi antara khawatir dan tidak. Lho kok begitu? Ya, memang wajahnya nampak seperti monyet putih, tapi Senggono Marto ini keturunan dewa dan ibunya Andini cantik sekali. Kalaupun jadi, keturunannya pasti cantik atau ganteng. Tapi Sayem segera berbisik bahwa kalau bisa dia ingin hamil lagi dan membesarkan anak tersebut. Berangsur-angsur kekhawatiran Anoman menghilang. Kini bukan saja eks istri perwira Alengka ini yang berselingkuh, Anoman pun turut terjerumus dalam perselingkuhan terencana ini. Perselingkuhan yang dirasa adalah akan menjadi abadi.

***
Melihat orangnya, tante ini sama sekali tidak menyeramkan, sebaliknya malah, setiap orang laki-laki, tua maupun muda, kalau dia waras otaknya dan tidak buta, sudah tentu akan mengakui akan kecantikan tante Sayemprobo. Cantik jelita dan manis sekali dia, wajahnya bulat telur dengan dagu kecil meruncing, tulang pipinya sedikit menonjol sehingga membuat lekuk yang manis, dahinya melengkung halus dan putih, dihias anak rambut tipis halus di bawah rambut disemir blonde yang disisir ke belakang, lalu rambut yang subur dan amat panjang itu digelung dengan model indah sekali di atas kepala, seperti gelung kaum puteri istana Eropa, merupakan hiasan kepala yang aneh akan tetapi menarik, rambutnya dihias pula dengan kembang-kembang terbuat dari emas dan batu kemala hijau. Alisnya hitam kecil panjang tanpa dibantu alat, memang bagus bentuknya, dan sepasang matanya amat indah dan hidup, lebar dan bening sekali, kadang-kadang dapat mengeluarkan sinar tajam menembus jantung, kadang-kadang keras seperti baja dan dingin seperti salju, akan tetapi kadang-kadang, dibarengi suara rintihan seperti kucing merayu, mata itu mengeluarkan sinar yang halus lembut dan penuh kehangatan dan janji muluk. Bulu matanya lentik panjang, menambah keindahan sepasang mata itu. Hidungnya sedang saja, akan tetapi mulutnya! Banyak pria menelan ludah kalau menatap mulutnya karena setiap gerak bibirnya mengandung janji kenikmatan dan kemesraan yang menggairahkan. Wajah yang cantik jelita ini masih ditambah lagi oleh bentuk tubuh yang langsing, ramping padat berisi dengan lekuk-lengkung yang penuh kewanitaan dan kelembutan. Pendeknya, tante ini memiliki tubuh yang agaknya memang khusus diciptakan untuk membangkitkan gairah berahi kaum pria, dan semua gerak-geriknya menunjukkan kecondongan yang khas seperti telah dikhususkan untuk bercinta. Namun Ia masih penasaran ingin mengajari Anoman dan menambah pengalaman seksnya lebih lanjut. Suatu hari diajaknya Anoman untuk check in di satu villa hotel di daerah pegunungan yang dingin. Tante dan Anoman memasuki villa dan membawa segala keperluan yang telah ia siapkan dari rumah. Sayem pun lantas mengeluarkan makanan juga penganan yang akan mereka santap malam nanti. Sementara Anoman mencoba menyiapkan makanan, tiba-tiba entah sudah berapa lama dia mengamati 'kesibukan'-nya, di sampingnya berdiri Tante Sayemprobo. Dalam pakaian menari (gaun sangat ketat) dia menampakkan kemolekan lekuk tubuhnya. Dan tanpa basa-basi lagi dia berlutut di depan Anoman. Selanjutnya, tanpa berkata sepatah pun, kedua tangannya dengan leluasa mulai melepas baju Anoman dan celananya sendiri. Bibirnya yang sering dikhayalkan menciumi Anoman, mulai menjelajahi leher, telinga dan dada, lidahnya juga seakan tak mau kalah beraksi. Anoman semakin tenggelam dalam kolam kenikmatan waktu Tante Sayemprobo menjilat, mengecup, dan menggigit kecil puting dada. Jemarinya mulai mengelus Mr. kontil dalam gerakan yang sangat cepat dari balik celana Anoman. Anoman memindahlan tangannya dari pantat Sayem kearah bawuknya. Dia mulai memegang bulu bawuknya. Nafsu Sayem makin tidak tertahan.

“Gerakkan tanganmu maju mundur ”, kata Sayem mengarahkan.
Anoman pun mulai menggerakkan tangannya di atas bawuknya. Gesekan antara tangannya dan bulu bawuknya makin membuat mbakyu T-nya Sayem basah. Sayempun sedikit menunggingkan badannya untuk mempermudah tangan Anoman bermain di atas bawuknya.
“Masukkan jari tengah kamu ”, pinta Sayem setengah memohon.
Anoman pun mulai mengerti jalannya permainan ini. Dia mulai memasukkan jari tengahnya kedalan mbakyu T-nya Sayem sambil terus menggosok-gosoknya. Sentuhan tangannya sesekali menyentuh ngitilnya, dan itu makin membuat Sayem bernafsu. Suara Sayem makin lama makin meracau karena keenakan.
“Iya ..yang itu. Gosok ‘itu’ ku ”.
“Yang mana?”, katanya polos.
Sayem pun tertipu, dia kira masih terlalu polos.
Lalu Sayem membalikkan tubuhnya, sehingga Anoman kini dapat melihat seluruh tubuh Sayem yang telah bugil dengan leluasa.
“Kamu mau pegang payudaraku?”, tanya Sayem sambil memgang kedua tangannya dan mengarahkannya ke kedua payudaranya. Sayem meremas tangannya sehingga tangannya itu meremas kedua buah dadanya.
Setelah meremas-remas buah dadanya, Sayem pun menarik kepala Anoman dan mengarahkannya ke dadanya. Diapun mulai menjilati putingnya, matanya terpejam Sayempun makin mendesah tidak karuan.
“Oouuh…aaahh…euuhhh…”, tante Sayem mulai liar.
Tangan Sayem tidak tinggal diam. Sayem mulai meraba celana Anoman dan memegang lagi kemaluannya yang sudah tegang dari tadi. Tangan Sayem menarik retsletingnya dan mengeluarkan kemaluannya. Cukup besar berbulu dan putih sekali, hanya sedikit lebih panjang dari genggamannya. Tangan Sayem mulai memainkan kejantannya, Sayem mulai mengocoknya. Akhirnya Sayem berhenti. Sayempun duduk dan mulai melucuti Anoman . Dilihat Kemaluannya baru sedikit ditubuhi bulu-bulu halus. Sayem menyuruhnya terlentang. Sayempun mulai melakukan oral kepadanya dalam posisi berlutut.
“Hmmph...mmph…mmphh”, suara mulut Sayem yang sedang mengulum batang kemaluannya sambil tangan Sayem memainkan kedua bolanya.
“Aahhhh…ahhhh…enak nyaman tante”, Anoman berteriak keenakan.
Anoman merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Tangannya kini memainkan buah dadanya yang besar. Sesekali Sayem berhanti mengulum batang kejantanannya untuk menikmati remasan tangan Anoman . Tangan kiri Sayem kini beralih memainkan ngitilnya. Sayem benar-benar menikmati semua ini.
Tiba-tiba Anoman berteriak,
“Aa..aa..aaahhhhh, geli banget tante. Aaahh..aaahh…aaahhh…ma..ma..mau kkkelluuaaarrr”, Sayem makin mempercepat mulutnya dan makin menghisap kuat-kuat batang kejantannya.
Tidak berapa lama…..
“AAAAHHHHHHH…AAAHHHHHH…AAAAHHHHHH”, Anoman mengeluarkan cairan spermanya di dalam mulutnya.

Sayem sempat terkejut, karena banyak sekali cairan sperma yang dikeluarkan anak muda ini.
Sperma yang telah dikeluar didalam mulut Sayem dikeluarkan lagi ke atas batang kemaluannya, hanya untuk dihisap lagi. Anoman terlihat begitu menikmati oral seks ini. Akhirnya ditelan semua sperma Anoman , dan dihisap lagi kemaluannya untuk membersihakan sisa-sisa spermanya.
“Enak ?”, tanya Sayem puas.
“Enak banget. Kok bisa begitu?”, jawabnya polos.
Sayem hanya tertawa sambil menjawab, “ada yang lebih enak, mau?”.
Sayem pun mulai mengulum kembali batang kejantanan Anoman yang telah terkulai. Sayem sengaja melakukan oral terlebih dahulu kepada Anoman, supaya nanti saat permainan utama dia tidak cepat ‘keluar’. Pelan-pelan Sayem mulai menjilati kemaluannya. Posisi Anoman kini tiduran kembali dengan kedua kaki diangkat, sehingga kepala Sayem berada dikedua pahanya. Jilatan Sayem mulai berubah menjadi kuluman. Semakin lama semakin cepat, Sayempun mulai memperkuat hisapan pada kepala kejantanannya. Sesekali paha Anoman menjepit kepala Sayem menahan rasa geli di batang kejantanannya. Ketika batang kejantanan Anoman telah berdiri lagi Sayem menghentikan oralnya.
“Eh..kenapa tante?”, tanyanya heran.
“Gantian, masa kamu saja yang enak?!”, katanya.
“Maksudnya?”.
Sayem pun mulai berbaring dan menarik Anoman ke pelukannya. Sayempun mulai menciumnya. Mula-mula dia seperti risih, tetapi permainan lidah Sayem mulai mengajarinya untuk berciuman. Mereka terus berpelukan sambil berciuman, sesekali batang kejantanannya menyentuh ngitil Sayem dan ini membuatnya makin menggila. Puas berciuman, Sayem mengarahkan buah dadanya ke kepala Anoman. Kini Anoman telah tahu apa yang harus dilakukan.
Nafsu Sayem makin tak tertahan. Sayem mengangkat kepala Anoman , “, jilati ‘itu’ tante”.
“Yang mana?”.
Sayem mengambil posisi bersandar pada pinggiran tempat tidur. Ditekuknya paha Sayem dan dibuka lebar-lebar pahanya. Kedua tangan Sayem memegang mbakyu T-nya, jari-jarinya menyisir bulu kemaluan. Setelah terlihat jelas bawuk Sayem yang telah basah dari tadi, ditunjukan ngitilnya dengan kedua jari telunjuk.
“Yang itu , jilati ‘itu’ tante”, pinta Sayem setengah memelas.
“Yang ini?”, katanya sambil menyentuh ngitilnya.
Sontak Sayem menggelinjang, sentuhan tangan Anoman pada ngitilnya membuat tubuh Sayem seperti melayang. Dia tampaknya menikmati hal ini.
“Yang ini ya?”, tanyanya lagi sambil mulai memainkan ngitilnya.
“Aaaahhhh…ii..iiyyaaa…yang itu. Ka..kha..kamu nakal ya”, kata Sayem mulai terengah-engah.
“Aaaahhhh…oouuuhh….uuuhhhhh….jilati saja ”, kata Sayem tak tahan sambil menurunkan kepalanya ke kemaluannya.

Anoman mulai menjilati mbakyu T-nya, mula-mula merasa aneh, mungkin karena aroma khas mbakyu T yang telah basah. Sayempun makin melebarkan pahanya, sambil tangannya membuka mbakyu T-nya agar tampak ngitilnya oleh Anoman .
“Jilat yang ini ”, kata Sayem sambil menunjukkan letak klitoris.
Anoman mulai menjilati ngitil Sayem dengan lidahnya. Sayempun memegang kepalanya dan menggerakkan kepala Anoman naik turun di atas ngitilnya. Gerakan lidah Anoman yang kasar menari diatas ngitil Sayem membuatnya hampir mencapai orgasme. Cepat-cepat diangkat kepala Anoman dan ditarik badannya kearahnya. Dengan tidak sabar dipegang batang kemaluannya yang telah keras kembali, diarahkan ke mbakyu T-nya. Cllep…bleessshhh…batang kejantanannya langsung masuk kedalam mbakyu T-nya Sayem yang sudah semakin basah.
“Aaaaahhhh…goyang aaahh yaa terus goyanghh”, teriaknya.
Merasa remasan dan tekanan tangan pemuda itu di pantatnya telah berkurang, Sayem berbalik menaiki tubuh Anoman dan mulai memompa batang Mr. kontil Anoman dengan gerakan perlahan sambil menjilat-jilat telinga pemuda itu, kemudian nyonya cantik itu dengan ganas melumat bibir Anoman.
Melihat betapa pemuda itu merem-melek keenakan Sayem hanya tersenyum, jilatannya berpindah keputing pemuda itu, kini ganti dia yang menjilat dan menyedot puting susu pemuda itu dengan ganas, gerakannya mulai makin cepat tak beraturan, remasan liang senggama perempuan itu membuat Anoman tak bakal kuat bertahan lebih lama lagi, pemuda itu memeluk dengan kuat dan mulai ikut menggoyangkan pantatnya menyambut.
Sayem mendesis geram, “Kamu memang anjrit ... ahhh mau enak malah bertingkah”, digigitnya leher pemuda itu, gerakan nyonya cantik makin cepat dan menghentak-hentak, “kamu kurang asem, anjrit ... aku juga sudah hampir tak kuat lagi”, lanjutnya dengan nafas memburu.
Anoman tak jauh berbeda hanya dia tak dapat menyalurkan tenaga ke Mr. kontilnya untuk melawan remasan dan sedotan tenaga wanita itu, diremasnya rambut perempuan itu dengan diacak-acak, pemuda itu mengejang kuat dan berusaha untuk bertahan dan mengangkat pantatnya setinggi mungkin, batang Mr. kontilnya berdenyut-denyut dengan kerasnya, Sayem berusaha mmemberikan kedutan dan isapan menggunakan otot-otot senggamanya yang sudah terlatih itu dan menghempas-hempaskan pantatnya dengan kuat. Pertahanan pemuda itu habis sudah, Mr. kontilnya berdenyut-denyut dan menyembur dengan kuat ke dalam liang senggama perempuan itu. Anehnya, tak setetespun air kenikmatan itu yang tercecer, semuanya diisap habis ke dalam rahim nyonya cantik ini. Sayem menekankan pantatnya dengan panik, tanpa dia maui ternyata dinding dinding kenikmatannya berkedut-kedut keras, tubuhnya bergetar hebat melenting-lenting seperti seperti penunggang yg hendak terlempar dari pacuan kuda binal. Diapun telah mencapai puncak birahinya, lalu Anoman yang sudah sejak tadi mencapai puncak birahi dengan Mr. kontil masih agak-agak tegang ikutan terkapar di sebelahnya.

#########################
Sensor ON lagi . . . . . .
Demikian, sejak malam itu Anoman bukan lagi perjaka. Hampir setiap malam Anoman ‘dimimiki’ tante Sayemprobo.

Episode 50
Anoman Picak


Tanpa terasa putik suka mulai bersemi didada Sayemprobo. Anoman yang hampir selalu hidup dalam keprihatinan menikmati dimanjakan tante. Anoman diajak makan-makan ke resto yang lezat-lezat, dibelikan pakaian bagus-bagus, dll, bahkan dibelikan kuda agar bisa kesana kemari dengan lancar.
Namun, Anoman belum cukup berpengalaman memenuhi kehausan tante di ranjang. Tante masih senang cek in di motel-motel dengan perwira-perwira senior Alengka, yang lebih bisa memuaskan hasratnya. Anoman bukannya tidak tahu tetapi ia tidak ambil pusing. Ia adalah prajurit yang taat dan mendahulukan tugas. Benaknya dipenuhi oleh tugas-tugas yang belum tuntas dikerjakannya. Pekerjaan mata-mata dan pendekatannya ke Wibisana berjalan sangat alot, belum menampakkan hasilnya. Beberapa kali pertemuan dengan Wibisana selalu berakir dengan keraguan. Posisi Wibisana sulit. Di satu sisi ia punya ambisi kuat untuk naik tahta tetapi ia tidak cukup punya alasan untuk memusuhi kerabat-kerabatnya, terutama yang senior. Di sisi lainnya lagi partai fasis membuatnya gerah. Tawaran Anoman memberinya peluang untuk menghantam Indrajid dan gengnya.
“Anoman, sebenarnya apa yang sangat kau harapkan dariku “
“ Pertama, kami membutuhkan dukungan keuangan, baik untuk melakukan invasi ke Alengka maupun untuk bekal nantinya merebut kembali tahta Ayudyo. Kedua, kami membutuhkan Radèn sebagai konsultan dalam invasi ke Alengka. Yang bisa kami berikan adalah merajakan kembali Radèn.
“ Aku belum mengambil keputusan tetapi sedang mempertimbangkan. Ada beberapa skenario. Skenario pertama, aku berikan dana bantuan ke Pancawati untuk invasi bukan ke Alengka tetapi ke Ayudyo. “
“ Tetapi dengan begitu Radèn sulit menggapai cita-cita … “
“ Betul, itu yang sedang kupikirkan. Skenario kedua, aku izinkan invasi ke Alengka tetapi dengan jaminan para pinisepuh tidak terbunuh … “
“ Wah, ini sulit. Dalam peperangan sulit sekali menjamin bahwa mereka tidak terbunuh. Apakah mereka mau ditawan ? Saya ragu itu …. “
Perundingan kembali macet. Anoman yang sudah selesai dengan penyidikan mata2 menyimpulkan bahwa sangat sulit bagi Pancawati untuk bisa menginvasi Alengka tanpa bantuan Wibisana. Wibisana tidak hanya sekadar memberi bantuan keuangan tetapi nasehat2nya untuk mengalahkan Alengka diperlukan. Tanpa Wibisana, invasi ke Alengka hal yang mustahil.
Sementara itu makin lama tante Sayemprobo makin menjadi posesif terhadap Anoman. Beberapa bulan kemudian Sayemprobo hamil dan ia menggunakan ini untuk menuntut Anoman menikahinya. Anoman menolak, selain karena ia tidak mencintai, ia meragukan siapa ayah anak itu ? Anoman menuduh itu hasil perselingkuhan Sayemprobo dengan perwira-perwira senior. Selain itu, dalam tugasnya sebagai mata-mata, mustahil Anoman menikah karena ini akan mengundang perhatian khalayak. Mula-mula tante menggunakan hansip untuk memaksa Anoman menikahinya tetapi Anoman berkelit dengan mengatakan itu karena suka sama suka. Tante merasa dipermalukan penolakan Anoman. Dari rasa mencintai menjadi posesif kini tante menjadi sangat marah akan penolakan Anoman. Selama ini ia selalu dikagumi dan diingini pria-pria yang dikencaninya. Ini ada pemuda miskin kere berani menolaknya? Saking marahnya, tante kebablasen. Ia meracun Anoman. Maksudnya untuk memberi pelajaran anak sialan itu tetapi Anoman menjadi buta. Beruntung Kolo Wasamitra mengetahui keadaan Anoman. Anoman dibawa ke dokter dr. Suharko. Walau ia spesialis penyakit dalam, ia bisa juga mengobati kebutaan Anoman. Setelah peristiwa ini Anoman terpaksa mengungsi, pindah kost ke daerah pinggiran agar penyamarannya tidak ketahuan. Dewi Sayemprobo yang makin marah akirnya mengadu kepada anaknya Dityo Kolo Pratolomaryan yang perwira muda Alengka. Sejak itu gerak gerik Anoman dan pasukannya menjadi tidak leluasa lagi karena Alengka melaksanakan sweeping. Anoman menjadi buron, bukan karena kasus terorisme atau kegiatan mata-mata tetapi karena pelanggaran susila. Itulah akibat Anoman glanyongan. Tugas menjadi makin sulit dilaksanakan. Melihat keadaan yang makin genting, terpaksa Anoman mendesak Wibisana untuk membuat keputusan. Keadaan Wibisana yang sedang dilanda kebimbangan membuat Anoman nyaris kehilangan harapan. Tanpa Wibisana, misi invasi ke Alengka akan menjadi misi bunuh diri yang sia-sia.

By: Ruhul Yaqin

Rabu, 12 Maret 2014

Demi Tugas 2

Juanisa

“You look sexy, babe!” seru Ryoko menyambut Nisa yang baru masuk mobil. “Dipirangin ya? Cocok kamu jadi blonde gini. Pasti entar pada ngelihatin kamu semua deh. Ayo, kita jalan,” katanya.
Mobil langsung melesat. Nisa tahu harga mobil itu bisa mencapai setengah miliar. Sebegitu menguntungkankah bisnis Ryoko?
“Eh, Pak Eddy tadi telepon, dia bilang teman-temannya puas sama kamu,” kata Ryoko. “Kapan-kapan dia mau booking Irina lagi, katanya.”
“Buat kayak kemarin lagi atau buat dia sendiri?” kata Nisa.
“Biasanya kalau dia sih pasti bukan buat dia sendiri. Tapi malam ini pokoknya kamu harus tampil oke ya. Steal the show. Aku yakin kamu nggak bakal pulang cepat….”
“Pulang pagi?” tanya Nisa.
“Hahaha…” Ryoko hanya tertawa. “Tergantung kamu-lah say. Pulang pagi, pulang besok siang, pulang minggu depan habis dikekepin tamu… Yang penting jangan nggak pulang aja.”

*****
“Now baby boy listen to me, boy show me
How you’re gonna get me paralyzed”


Nisa langsung disergap suasana pesta yang riuh di dalam ruangan klub tempat pesta pembukaan Hotel Scarlet. Lirik lagu barusan dinyanyikan oleh penyanyi aslinya, Nez, yang tampil lebih seksi daripada biasanya. Laki-laki dan perempuan berbaur di lantai dansa, ditingkahi lampu kelap-kelip. Dia tidak hanya bersama Ryoko. Ada 4 anak buah Ryoko lainnya, yang tadi datang dengan mobil lain—hanya Nisa yang semobil dengan Ryoko. Ketika melintas lantai klub, beberapa laki-laki mencoba mendekati Nisa dan yang lain untuk mengajak dansa, tapi semuanya ditolak. Ryoko membawa rombongannya ke satu pojok ruangan di mana ada beberapa sofa mengelilingi satu bar. Satu set sofa yang masih kosong menjadi tempat mereka. Tapi Ryoko tak langsung duduk, dia berkeliling menyapa orang-orang yang duduk di sofa lain. Di tempat temaram itu Nisa mengenali beberapa wajah: ada seorang artis sinetron, ada model, ada beberapa yang tampangnya seperti pengusaha. Ryoko sudah menjelaskan bahwa malam itu akan ada “kontes”. Nisa duduk, menunggu giliran… Matanya mempelajari semua yang datang. Pukul 11. Pukul 12. Pengunjung silih berganti. Beberapa datang ke sofa-sofa sekeliling bar, yang Nisa simpulkan sebagai tempat VIP; lainnya menyalurkan energi beradu tubuh dan aksi di depan panggung yang menampilkan Nez. Tepat pukul 12 Nez menutup konsernya, memberi salam ke penonton, lalu turun ke belakang panggung. Menggantikan Nez adalah beberapa DJ biasa yang memainkan house music.
“Sebentar lagi. Ayo kita semua siap-siap,” Ryoko berdiri mengajak anak buahnya menuju ke satu tempat.
Nisa baru kali ini melihat sesama “dagangan” Ryoko. Fina dan Vonny sehari-harinya berprofesi public relations, namun mereka kelihatan berpengalaman. Terlihat dari busana dan dandanan mereka yang glamor. Ella, mahasiswi, kelihatan polos dan salah tempat berada di sana. Tapi tubuhnya yang bagus ditonjolkan dengan bajunya yang seksi. Terakhir, Putri, yang mengaku tidak punya pekerjaan lain, bertubuh kurus kering dan matanya agak kosong, tapi lidahnya bertindik dan sekujur lengannya bertato. Beberapa kelompok lain juga bangkit. Banyak perempuan muda dan satu laki-laki atau satu perempuan lebih tua (dan satu kelompok dipimpin seorang banci gendut). Semuanya menuju pintu yang ternyata mengarah ke belakang panggung. Di sana mereka semua berkumpul, mungkin 25 orang perempuan dan lain-lain. Pukul 1 pagi. MC mengumumkan.
“Alright ladies and criminals! Malam ini kita ada acara Miss Scarlet Angel! Sebentar lagi kita saksikan para angels tampil di depan kita! HERE WE GOOOO! Sambut para ANGELS!!!!”
Sepasang rapper tampil di depan bagian panggung yang menghadap ke daerah sofa VIP. Mereka beraksi namun segera jelas bahwa acara utamanya adalah penampilan para Angels, perempuan-perempuan seksi yang berkumpul di belakang panggung.

“Let’s start with the lovely Miss AUSTINNNNN!”
MC memanggil “Austin”, dan seorang perempuan muda dari kelompok lain keluar ke panggung. Tubuhnya jangkung, rambutnya yang panjang dibuat ikal. Pahanya yang mulus membawanya melangkah dengan percaya diri ke tengah panggung di mana dia disambut sorak sorai penonton. Austin menari seksi sesudah sampai di tengah panggung, berusaha menarik perhatian, sampai MC memanggil nama berikutnya dan Austin mundur ke arah belakang, tapi tetap di panggung dan bergoyang pelan mengikuti house music.
“Next we have… the HOT! Miss Sendy!”
Sendy mendapat giliran kedua, juga dari rombongan lain, tubuhnya lebih pendek dari Austin dengan rambut megar, tarian seksinya lebih vulgar daripada Austin. Nama demi nama disebut, termasuk Fina dan Putri dari rombongan Ryoko. Nisa sempat kaget ketika melihat Putri yang tadi bengong saja itu ternyata berani memelorotkan sedikit hotpantsnya untuk memperlihatkan tato di bagian atas belahan pantatnya ke telepon.
“And now… Miss IRINAAAA!!”
Giliran Nisa! Dia melangkah ke tengah panggung dengan tegap seolah berbaris. Dia sudah memilih penampilan yang tepat, serba emas: rambut pirang dengan gaya side swept, gaun ketat warna emas dengan punggung terbuka, sandal bertumit tinggi, perhiasan besar-besar. Musik menggelegar dari speaker di belakang Nisa sementara kedua rapper mengoceh. Dia bisa melihat banyak wajah orang di depannya, berteriak-teriak dan bersorak-sorai. Tangannya menggenggam sesuatu yang akan membantunya. Nisa tahu apa yang harus dilakukan dan membiarkan tubuhnya mengambil alih, menari mengikuti musik. Di tengah trance-nya dalam menari, Irina medekatkan dirinya ke tepi panggung, matanya melirik ke sebuah objek yang ia tau akan menjadi senjata rahasianya. Ia tak mengacuhkan pandangan heran penonton, lalu membungkuk di tepi panggung, membiarkan belahan payudaranya terpampang menggoda mata para lelaki, dan tanpa di sangka-sangka mengambil satu pitcher bir yang ada di meja dekat panggung dan menumpahkan isinya ke dadanya. Penonton langsung riuh menggila. Diteriaki mesum, Nisa entah kenapa malah merasa bangga. Sedetik kemudian dia merasa aneh, kenapa harus bangga ketika memamerkan tubuh di depan orang banyak seperti ini. Tapi kemudian MC menyebutkan nama yang mendapat giliran berikutnya dan Nisa mesti bergabung bersama yang lain di bagian belakang panggung. Sesudah semuanya maju, para “Angels” dipersilakan kembali ke belakang panggung. Nisa langsung masuk ke toilet perempuan. Di sana juga ada beberapa perempuan lain yang tadi ikut kontes. Salah satunya menatap tajam ke dia, seorang anggota rombongan lain. Samar-samar Nisa seperti ingat pernah melihat wajah si gadis yang menatap itu ke dia. Apa dia pernah masuk TV atau semacamnya?

“Gilaaa! Irina… Berani banget kamu, say! Nih kubawain baju gantinya,” Ryoko tiba-tiba masuk ke toilet dan heboh sendiri, dan si gadis yang memelototi Nisa pun menyingkir. Nisa dengan cuek melepas baju warna emasnya yang basah dan mengganti dengan baju lain yang tak kalah seksi, lalu membetulkan riasan wajahnya yang tadi sempat terciprat bir. Sementara Ryoko terus mencerocos memuji ide Irina untuk membasahi diri di panggung.
“Taruhan, kalo kamu ga lolos ke babak lelang aku mau botakin rambut,” kata Ryoko sambil nyengir. “Here let me help you babe…” lalu dia membantu Irina memulas lipstik kembali.
Setelah itu, MC memanggil lagi para Angels ke panggung, semua berjejer. Penonton sepertinya habis dihalau dari depan panggung oleh para bouncer dan karyawan club, sehingga depan panggung kosong sampai ke wilayah sofa-sofa VIP. Nisa memandang ke arah sana, wajah-wajah mereka yang duduk di sana tak terlihat. Lalu MC mengumumkan hasil “voting para juri” yang rupanya adalah mereka yang duduk di sofa. Para tamu VIP itu memilih 5 cewek untuk masuk ke tahap berikutnya, “Angel Auction” di mana mereka kemudian bisa ikut lelang “kencan” dengan Angels yang dipilih. Dengan basa-basi MC menyatakan bahwa uang hasil lelang akan disumbangkan untuk tujuan sosial. Sebagian memang benar, namun orang-orang seperti Ryoko dan para pemimpin rombongan—para germo—lainnya tahu bahwa sebagian uang itu akan jadi keuntungan mereka.
“Yang pertama lolos ke auction adalah… IRINA!”
Nisa pura-pura senang seperti kontestan acara putri-putrian, lalu maju ke depan. Dia yakin bisa lolos, tapi tak mengira bakal dipilih pertama. Dilihatnya Ryoko bertepuk tangan dan girang, karena tidak mesti botak sebagaimana yang dia bilang di toilet tadi. Selanjutnya terpilih empat nama lain: Sendy, Helen, Gita, dan salah satu anak buah Ryoko lainnya yaitu Putri.
Babak lelang pun dimulai, dan ini terbatas kepada para tamu VIP di sofa saja. Semua penawaran dimulai di harga satu juta dan peserta yang berminat menawar bisa mengangkat tongkat yang ujungnya ditempeli papan bulat bertuliskan nomor dan dicat fluoresen sehingga menyala dalam gelap. Sesuai urutan abjad, Gita adalah yang pertama dilelang. Dia tampak masih muda, mungkin belasan tahun, dengan tubuh lentur; pada giliran tampilnya tadi dia melakukan split di atas panggung. Lelangnya berlangsung cepat, hanya tiga kali naik harga; Gita pun menghasilkan “sumbangan” empat juta. Berikutnya Helen, dia ini yang tadi memelototi Nisa di toilet, dan ternyata dia mantan artis remaja yang hanya pernah satu kali main sinetron—jadi pemeran yang hanya muncul satu episode pula—dan lelangnya menghasilkan enam juta. Putri berkacak pinggang ke arah para tamu VIP ketika gilirannya untuk ditawar. Sialnya, hanya satu yang menawar dia. Jadilah dia hanya dapat dua juta. Kelak Nisa akan tahu bahwa yang menawar kencan Putri sebenarnya seorang perempuan juga, seorang eksekutif terkenal berambut pendek yang memang doyan sesama.
“Lima juta… lima juta ayo ada lagi yang minat? Satu… dua… tiga… Yak! SOLD! Kita dapat Lima Juta dari bapak yang jenggotan di sana itu! Baik Sendy silakan, oh ya itu si Bapak datang sendiri, pick up your date ya Pak…” Seorang laki-laki gendut jangkung berjenggot, bertampang Timteng, menggamit Sendy yang ketawa-ketiwi untuk “kencan”. Keduanya meninggalkan panggung sambil si MC sekali lagi mengingatkan bahwa uang yang diperoleh dari lelang “untuk sumbangan sosial”. Akhirnya tiba giliran Nisa.
“Oke ladies and criminals… sekarang kita tampilkan Miss Irina yang tadi sudah berbasah basah basah di depan kita, moga-moga rejekinya lebih basah daripada yang sebelumnya, ya? Baik lelangnya kita mulai, satu juta. Ada yang mau dua juta? Dua juta? Ya, dua juta! Dua juta… tiga juta? Ya tiga juta! Oh! Langsung ada yang nawar empat juta. Lima juta…?”
MC terus mencerocos selagi harga kencan Irina naik terus ke tujuh juta. Dan tinggal dua orang yang berlomba menawarnya.
“Yak, kencan dengan Irina sekarang berharga tujuh juta. Delapan juta, ada yang mau delapan juta?” Satu bulatan berwarna fluoresen terangkat dalam gelap. Salah satu penawarnya mau delapan juta.
“Oke, delapan juta, ternyata buat Boss Tandy! Ada yang mau sembilan juta?”
Nama si penawar ternyata “Tandy”. Namun di sebelah kanannya terangkat lagi satu bulatan fluoresen.
“Ooo! Kali ini Boss Igo! Sembilan juta, Boss Igo!”
Kedua penawar yang duduk berdekatan itu, Tandy dan Igo, terus berusaha saling mengalahkan dan menaikkan terus harga Irina sampai dua belas juta dan lebih. Tamu lain sudah tidak ada lagi yang mau bersaing.
“Lima belas juta buat Boss Tandy,” seru si MC. “Boss Igo mau enam belas juta?”
Igo tidak mengangkat lagi tongkat penawarannya.
“Lima belas juta buat Boss Tandy. Ada lagi yang mau nawar…? Satu… dua… tiga…” MC berhenti sebentar, “SOLD! Lima belas juta untuk kencan bersama Miss Irina, jatuh kepada Boss kita, Tandy!” Sesudahnya lampu terang kembali, dan Nisa bisa melihat bahwa Tandy dan Igo sebenarnya duduk satu meja. Mereka berdua dan orang-orang lain yang duduk di meja itu semuanya anak muda, mungkin anak-anak orang kaya atau pengusaha muda. Igo menyalami Tandy sambil menepuk-nepuk lalu menonjok pelan bahu Tandy. Nisa bisa melihat, Tandy bertubuh gempal dengan rambut keriting dan kulit gelap, sementara Igo berambut panjang dikuncir, ganteng, bertubuh langsing. Keduanya berbarengan maju ke dekat Nisa untuk menjemputnya. Ketika Tandy sudah mendekat, Igo pergi sambil menceletuk “Ntar gantian ya bro.” Ryoko langsung mendekat ke Tandy dan Nisa. Ryoko memberikan secarik kertas bertuliskan angka-angka, lalu membawa Nisa pergi.
Sambil bergerak menjauh, smartphone Ryoko berbunyi. SMS dari bank. Transfer 15 juta masuk dari rekening Tandy. Ryoko langsung nyengir, kemudian memberi instruksi ke Nisa.
*****
Kamar hotel itu terlalu dingin, dan Nisa mematikan AC-nya. Refleksnya sebagai aparat terlatih membuat dia langsung mengamati sekeliling. Dan yang dilihatnya di sekeliling adalah pantulan bayangannya sendiri. Hotel yang menyediakan cermin sebanyak ini di dalam kamar pasti hotel berorientasi “hiburan”. TV layar datar di dinding juga menyajikan beberapa saluran yang menayangkan film porno. Satu-satunya bagian kamar yang tertutup dari pandangan hanya WC. Shower berada di ruangan sebelahnya yang berdinding kaca. Orang yang mandi di sana pasti terlihat dari arah ranjang. Lantai parket kayunya mulus.
Cermin di tiap sisi kamar hotel memaksa Nisa melihat wajahnya sendiri ke manapun dia menghadap.
“Cewek nakal… Perek… Lonte…”
Nisa merasa seolah-olah ada yang meneriakinya seperti itu. Mungkin di antara penonton kontes tadi ada yang berteriak demikian. Dan kenapa tidak? Yang dia lihat di cermin itu memang pantas disebut cewek nakal. Berambut pirang, make-up tebal, baju seksi. Duduk di dalam kamar hotel menunggu orang yang sudah membeli dirinya untuk semalam. Biarpun mahal, tetap saja dia menjual harga dirinya sebagai perempuan. Untuk apa? Dedikasi kepada tugas? Apa harus sampai seperti ini pengorbanannya?
Nisa tak bisa lolos. Dalam kepalanya, panggilan-panggilan mesum terhadapnya terus bergema. Dia meringis. Bayangan pelacur di cermin ikut meringis. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka.
“Hai Irina,” sapa Tandy. Pemenang lelang itu masuk dan langsung duduk di ranjang di sebelah Nisa.
Berbasa-basi sebentar, Tandy mengaku “orang partai” kepada Nisa. Umurnya baru 30 tahun, tapi wajahnya tampak lebih tua. Sesudahnya Nisa akan tahu bahwa Tandy seorang mantan aktivis mahasiswa yang kemudian direkrut partai dan menjadi staf lembaga pembuat undang-undang. Sementara Igo, temannya yang kalah lelang, adalah anak pengusaha yang menjadi pengurus partai itu; Igo sengaja mengalah karena sebenarnya sudah membooking cewek lain. “Irina” lalu berdiri, berjalan ke depan Tandy yang duduk di ranjang. Dia berlutut dan membuka resleting celana Tandy, membebaskan penis Tandy yang sudah membengkak. Irina meniup sepanjang kejantanan itu yang tegak menunjuk ke atas. Tanpa menggunakan tangan, Irina langsung membuka mulutnya lebar-lebar dan melahap seluruh kepala burung Tandy. Mata Irina menatap mata Tandy dan pipinya mengempis selagi dia mengisap lembut. Tandy memandang cermin di samping ranjang dan melihat seluruh adegan cabul itu. Gadis yang berlutut dan penis yang masuk ke dalam mulut…
“Shit!” Tandy mengumpat.
Sejenak Irina melepas kulumannya dan Tandy ternyata tidak tahan. Muncratlah dia tepat di depan muka Irina; Tandy seperti mau menangkap kepala Irina agar cipratan mani itu tumpah ke muka tapi Irina terlalu cepat dan akibatnya semburan mani Tandy hanya jatuh di lantai dan lutut Irina. Lantai parket kayunya mulus… Gampang membersihkannya.

Tak mau buang-buang waktu, Irina langsung membuka semua baju. Tandy juga buka baju. Karena masih muda, Tandy mudah dibuat tegang lagi dengan elusan tangan Irina. Sementara tangan Tandy menjamah kedua payudara Irina, menggodai pentilnya sampai mencuat keras. Irina langsung telentang pasrah, mengangkang dengan lutut tertekuk. Tandy menindihnya, mengangkat pinggul Irina ke pangkuannya sementara Irina menggenggam penis Tandy untuk diarahkan masuk ke celah kewanitaannya. Tandy seperti terburu-buru, langsung menerobos sedalam-dalamnya ke kemaluan Irina yang baru sedikit basah, membenamkan tubuh Irina dalam kasur empuk. Setelah sepenuhnya masuk, dia berhenti, wajahnya tampak serius.
“Aahh… fuck me… entot memek Irina…” desah Irina, berakting seperti selayaknya pelacur.
Dan Tandy kembali ejakulasi terlalu cepat, rupanya wajahnya serius karena menahan crot. Namun dia tak tahan sesudah mendengar godaan genit Irina dan mengeluarkan peluru-pelurunya ke dalam vagina. Tandy ambruk di atas Irina, terengah-engah, penisnya melunak pelan-pelan sampai akhirnya keluar sendiri dari dalam Irina. Malam itu jatah ejakulasi Tandy sudah habis sesudah ronde kedua. Akhirnya Irina meninggalkan Tandy yang tertidur telungkup di ranjang. Tanpa banyak bicara, dia beranjak ke kamar mandi, membasuh dirinya dan mengeluarkan sperma Tandy yang tak banyak dari dalam kemaluannya. Dia lalu memakai bajunya kembali, mengecek dandanannya, lalu keluar. Pukul setengah tiga pagi. Nisa dijemput oleh orang suruhan Ryoko dan diantar kembali ke kosnya. Dan esok malamnya, ketika Nisa kembali dibooking di Hotel Scarlet oleh Igo (dengan harga lebih rendah), dia menemukan sesuatu yang semestinya membuat dua sahabat itu kompak karena senasib. Igo juga tidak tahan lama seperti Tandy!

*****
Nisa menutup wajahnya dengan handuk panas sementara ia menikmati hangatnya air dalam bathtub yang bercampur dengan ramuan aromatherapy. Ia mencoba mengusir kepenatan yang melanda tubuhnya serta kegalauan yang bersemayam di hati dan benaknya. Bayangan lelaki demi lelaki yang telah menikmati tubuhnya silih berganti berdatangan, berdansa di pelupuk matanya yang terpejam itu. Ia terkenang beberapa lelaki yang menikmati tubuhnya. Mereka membuatnya sangat terkejut. Mereka bukan saja dari kalangan bisnis maupun eksekutif muda. Pernah ia mendatangi sebuah rumah sederhana, dan sesuai permintaan ia datang dengan menggunakan lingerie sexy sementara untuk menutupinya Nisa mengenakan coat sexy yang tetap menonjolkan keindahan kakinya. Dan ketika ia memasuki ruangan itu, ia terkejut. Ada lima orang lelaki yang ia tahu adalah orang-orang yang menamai diri mereka “pembela”… Ia mengetahui persis siapa lima lelaki yang menyeringai jahat di hadapannya, karena sebagai seorang polisi ia wajib mengetahui pergerakan ormas yang dipimpin kelima orang itu. Dan perlakuan mereka benar-benar di luar perkiraan Nisa. Sepertinya kelima orang tersebut mengidap penyakit sadisme yang parah, dan mereka menutupi semuanya itu dengan dalih pembelaan agama. Bagaimana tidak, mereka merenggut lepas coat yang digunakan Nisa, menjambak rambutnya, membantingnya ke lantai. Mereka membelenggu lengannya dengan tali rami, lalu menariknya ke sebuah dipan tua, dan mengikat erat tali rami itu ke ujung dipan hingga kini separuh tubuh Nisa telungkup di atas dipan tua dan bau itu, sementara pinnggulnya menggantung di pinggir dipan dan lututnya bertumpu di lantai. Nisa merasakan punggungnya sangat panas ketika kelima lelaki keparat itu mendera punggungnya, pantatnya, pinggulnya, pahanya dengan sabuk kulit yang tadinya menahan sarung mereka yang kini telah tergeletak begitu saja di lantai. Mereka menyumpahinya, mencacinya, merendahkannya lebih dari binatang, mengatainya dengan kata-kata hina. Dan akhirnya dengan dalih menyucikan tubuh kotornya mereka bergantian mendepositkan “benih suci” mereka kedalam vagina, mulut, dan anus Nisa bergantian, bergiliran… bersamaan. Satu minggu lamanya ia tidak bisa menerima tamu demi memulihkan tubuhnya. Nisa juga terkejut ketika mendapati beberapa politikus, anggota dewan, dan tokoh besar lainnya juga menikmati pelayanan tubuh seorang wanita lain yang jelas bukan istri resmi mereka… selama ini Nisa menyangka kalau gosip itu terlalu berlebihan, namun sperma mereka yang bersarang dalam tubuhnya membuktikan kalau rumor itu ternyata benar. Namun satu tokoh ini… tokoh yang sangat ia kagumi….Nisa membenamkan tubuhnya ke dalam bath tub, seakan mencoba melupakan kenangan itu… namun tak bisa. Betapa kecewanya ia ketikan ia mendatangi sebuah hotel berbintang lima, lalu naik ke sebuat president suite hanya untuk mendapati kalau tokoh panutannya, figur pengayom yang dibanggakannya ternyata juga tak lebih dari lelaki hidung belang… Nisa merasa sangat kecewa ketika ia harus melayani Komisaris Besar Polisi Bambang Harjadi. Nisa beranjak keluar dari bathtub… ia kembali harus menjalankan tugas dari Ryoko… tugas yang sangat dibencinya saat ini… karena ini kali ketiganya ia harus melayani sang Kombes, yang sepertinya sangat menikmati pelayanan dari dirinya, seperti juga beberapa klien lain yang memang menjadi langganannya.

#####################
Penthouse hotel yang berbeda

Nisa baru saja membasuh dirinya setelah persetubuhan pertama yang dilaluinya… kali ini pasti akan ada beberapa persetubuhan tambahan, karena sang Kombes menyewanya all night. Nisa merasakan dinginya angin malam yang menyeruak ke dalam penthouse mewah itu. Dengan berbalut shower robe, ia berjalan ke arah balkon dan mendapati sang Kombes sedang memandang jauh ke arah ribuan lampu yang menerangi kota tercinta ini.
“Kemari n’Duk… ada yang ingin aku tanyakan kepadamu…” kata sang Kombes tanpa mengalihkan pandangannya dari kota metropolitan di hadapannya. Nisa sedikit tertegun mengetahui kalau feeling sang Kombes masih cukup kuat untuk orang seusianya.
Nisa berdiri di samping lelaki yang sangat berwibawa itu, lelaki yang memang dikaguminya itu… sambil bersidekap menahan dinginnya udara malam, ia turut memandangi semarak kota yang seakan tak pernah tidur itu.
“Bagaimana kemajuan kasusmu n’Duk?” tanya sang Kombes yang jelas mengejutkan Nisa.
Sang lelaki memandang ke arah sang gadis yang nampak pucat pasi itu dan bergetar, ia lalu merengkuh bahu sang gadis dan mendudukannya ke kursi di teras penthouse itu.
Cukup lama keduanya terdiam…. Nisa bergetar… ia tak tau harus menjawab apa…. Ia menangis….
“Bapak tau...?” tanya Nisa sambil terisak.
“Tentu saja n’Duk…. Karena Rasidi tak akan memilihmu tanpa perintah dariku.”
Tangis Nisa makin menjadi….
“Kenapa Pak…..? Kenapa Bapak menjebak saya? Menjerumuskan saya?”
“Karena aku tau cuma kamu yang bisa n’Duk… karena cuma kamu yang bisa aku percaya… karena aku yakin cuma kamu yang mampu….”
Nisa menutup wajahnya dengan tangannya yang bergetar….
“Tapi Bapak telah menjual saya….”
“Salah n’Duk… kamu yang menjual dirimu sendiri… kamu sudah diberi pilihan untuk tidak ikut dalam kasus ini. Kamu yang menginginkannya….”

Nisa memandang putus asa ke arah lelaki itu….
“Sekarang bagaimana Pak…? Aku harus bagaimana….?”
“Roda sudah berputar…. Kamu tak bisa mundur lagi…..”
Nisa terdiam, ia tau kalau yang dikatakan lelaki itu benar… ia sudah masuk begitu dalam, ia harus menyelesaikan misi ini.
Lelaki itu kembali bertanya, “Bagaimana kemajuan kasusmu n’Duk? Beri aku gambaran karena Rasidi seperti tidak mau melaporkan perkembangan kasus ini dengan mendalam… sepertinya ia juga menyulitkan kamu n’Duk?”
Nothing to lose…. Nisa  membenarkan hal itu, ia melaporkan segala hal yang ia ketahui pada sang Kombes mengenani kasus Ryoko, dan juga melaporkan bagaimana komandannya, Rasidi, selalu melecehkan dan menyulitkannya setiap ia melaporkan perkembangan.
“Berhati-hati dengan Rasidi, n’Duk… aku merasa ia akan mencoba menjebakmu dan membongkar penyamaranmu pada Ryoko.”
“Tapi kenapa Pak? Ia salah satu dari kita?” tanya Nisa tak percaya.
“n’Duk… ternyata kamu begitu naïf…. Rasidi ingin mendapat bagian dari jaringan Ryoko… dan ia akan berusaha menanamkan kukunya ke dalam jaringan Ryoko… ketika aku suruh dia merekrut kamu, aku tahu dia keberatan karena sudah punya kandidat sendiri… dan bukan seperti kita yang ingin menggulung Ryoko… ia ingin menjadi bagian jaringan itu…. Ia ingin menjual gadis-gadis muda untuk menjadi anggota Ryoko… Maka dari itu n’Duk… berhati-hatilah.”
Nisa memandang lelaki itu dengan tertegun…. Semua yang dikatakannya begitu mengguncang dirinya… ternyata benar kalau ia tergolong naïf sehingga begitu mudah dibutakan “perintah demi tugas”
Lelaki itu lalu bangkit dari duduknya, mengulurkan tangan…
“Ayo n’Duk…. Temani Bapak…..”
Dan dengan hati yang tak menentu Nisa bangkit…. Dan kembali persetubuhan terjadi….
*****
Kembali Nisa dibuat sedikit bingung dengan alamat yang harus didatanginya, sekali ini ia harus berjuang mencari alamat yang ternyata cukup jauh berada di luar kota, di sebuah villa terbengkalai di daerah pegunungan, jauh dari keramaian. Memang Ryoko memintanya memakai pakaian biasa, namun tetap saja Nisa merasa kalau kali ini, seperti yang sudah-sudah, akan menjadi hari yang tidak biasa. Dan benar dugaannya….ketika ia masuk ke ruang tengah villa, ia melihat Ryoko sudah berada di sana, beserta beberapa orang lelaki yang berseragam dokter dan perawat.
******
Another fetish…..

Namun kali ini dugaannya salah kerena ketika mereka membuka jalan bagi Nisa, ia bisa melihat seorang wanita muda sedang duduk di sebuah kursi metal, tangan dan kakinya tebelenggu… tubuhnya telanjang, dan Nisa bisa melihat jepit buaya yang tersambung kawat tembaga menjepit erat puting payudara dan klitoris sang gadis yang nampak terengah-engah dengan kepala terkulai. Ryoko menghampiri Nisa…
“Kamu tahu…. Aku paling tidak suka dengan pembohong…. Dan aku lebih tidak suka lagi dengan pengkhianat,” kata Ryoko sambil menekan tombol sebuah remote yang menyebabkan aliran listrik menyengat sang gadis yang berteriak dan terlonjak kesakitan di kursi itu, Nisa bisa melihat darah yang mengalir dari pelipis, hidung dan bibir sang gadis.
“Wartawati ini ditangkap anak buahku. Dia terlalu banyak tanya, terlalu banyak tahu, dia mau hancurkan aku!” kata Ryoko tajam. Pandangan matanya begitu keji, pandangan yang tak pernah dilihat Nisa sebelumnya, pandangan orang yang mampu untuk membunuh.
“Dan yang lebih menyakitkan… dia tahu satu rahasia….”
Jerit sang gadis kembali menggema di ruangan itu ketika Ryoko kembali menekan tombol remote itu…
‘Berhati-hatilah n’Duk…. Rasidi akan berusaha menghancurkanmu…’
“Dia sebut satu nama!” kata Ryoko geram….
Gadis itu memandang Nisa…. Dan berkata lirih… “Ya… dia orangnya….”
Nisa menatap tajam ke arah sang gadis… lalu menghujamkan pandangan yang tak kalah garangnya ke Ryoko. Lalu tanpa diduga semua orang, Nisa membuka seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat, lalu pergi ke arah meja peralatan medis yang tersedia di sana untuk tujuan yang tidak diketahuinya, namun sekali ini perbuatan drastisnya ini bisa menyelamatkannya atau membuatnya terbunuh. Dengan satu gerakan bagai aliran air Nisa menyambar pisau bedah, lalu mendekati Ryoko. Ia lalu merenggut remote dari tangan kanan Ryoko, lalu menyerahkan pisau itu ke tangan Ryoko, tatapan keduanya tetap saling terkunci. Nisa lalu menggengam tangan kanan Ryoko dan dengan keras menarik tangan yang memegang pisau itu ke arah lehernya sendiri, menekankan ujung pisau itu ke lehernya. Nisa bisa merasakan darah mulai mengalir dari luka gores kecil di lehernya, namun ia tak peduli… ia menantang Ryoko untuk menekan lebih dalam lagi….
“Aku dapat seorang kakak waku kamu pungut aku… kamu penolongku…. Dan kalau kamu sudah tak lagi mempercayai aku… Ayo…. Habisi aku…. Buang bangkaiku di mana kau suka… atau jadikan aku makanan anjing sebagimana kau suka… namun untukku… kehilangan kepercayaanmu membuatku tak ingin hidup lagi!”
Denting pisau jatuh terdengar ketika Ryoko berhasil melepaskan cengkeraman Nisa di tangannya… padangan mata Nisa membuatnya ketakutan. Jauh lebih berbahaya dari dirinya. Ruangan itu hening…. Nisa memunguti pakaiannya lalu beranjak pergi dari villa itu…. Hatinya berkecamuk…. Namun ia sudah berhasil menanamkan sesuatu dalam benak Ryoko… she is special…

*****
Dua hari setelah insiden itu, Ryoko datang ke kamar kos Nisa. Ia membawa beberapa  foto.
“Maaf, Irina, aku kemarin meragukanmu… ternyata wartawati keparat itu mengarang cerita supaya aku mencelakaimu… dia bilang kamu polisi yang menyusup.Memang pernah ada polisi yang memang ingin menjadi partnerku tapi aku tolak… Tapi akhirnya aku sadar kalau dia bohong, mungkin supaya bisa lolos…” kata Ryoko sambil memeluk Nisa.
Nisa terdiam… ia memandangi foto-foto itu dengan  tatapan dingin.
“Irina….” kata Ryoko pelan….
“Perkataanku tetap… kau adalah kakak yang tak pernah aku miliki…. Aku menghormatimu,” kata Nisa tanpa mengangkat pandangannya.
Ryoko tersenyum.
“Baiklah… kalau kau sudah mau lagi… kabari aku…. Tuan Bambang Harjadi menginginkanmu…” katanya lagi sambil melangkah keluar kamar kos, meninggalkan Nisa, meninggalkan foto-foto yang bergeletakan di atas meja… foto yang menggambarkan operasi body modification yang mereka lakukan pada sang wartawati…
Gadis itu tak akan lagi bisa keluar dari lingkaran Ryoko… tak ada lagi yang akan mengenalinya, dan tak ada lagi yang dapat dilakukannya selain membiarkan tubuhnya menjadi pemuas…. Untuk selamanya….
Dan kini kesempatan untuk menghajar Rasidi semakin dekat…

*****
“Ada satu petunjuk yang mungkin ada sangkutannya dengan penyelidikan kamu,” kata komandan Nisa, Rasidi. Dia mendatangi Nisa di kamar kos untuk mengecek anggotanya itu. Dia mengambil satu lembar data dari dalam map. Ada foto seorang perempuan muda di sana. “Ini kasus yang sudah beberapa bulan. Ada laporan kehilangan orang. Dia wartawati majalah berita yang sedang investigasi kasus korupsi. Memang belum tentu ada hubungannya, tapi salah satu orang yang sedang dia usut itu diduga dekat dengan Ryoko. Langganannya.”
“Pejabat?” celetuk Nisa.
“Iya. Orangnya kurang terkenal, ada indikasi sudah biasa korupsi, tapi licin jadi tidak pernah kena kasus. Kamu tahulah orang pers, kalau sudah penasaran mereka bisa lebih usil dari kita. Majalahnya mau bongkar korupsi orang ini. Eh malah wartawati yang menginvestigasinya hilang. Memang belum tentu ada hubungannya. Bisa saja si wartawati hilang tanpa ada hubungan dengan Ryoko. Kamu cari tahu ya.”
“Siap komandan.”
“Kamu lagi siap-siap kerja ya?” celetuk Rasidi. Memang, dia datang ketika Nisa baru saja selesai berdandan.
“Iya...”
“Sip,” kata Rasidi, “Udah pas banget tampang kamu. Lanjutkan, ya.”
“Siap komandan,” kata Nisa sambil menggemertakkan giginya. Sesudah diberitahu kenyataan oleh AKBP Bambang, Nisa mulai memandang atasan langsungnya itu dengan berbeda.
“Kalau boleh tau, kamu sudah sama siapa aja?” tanya Rasidi. Nisa menyebut beberapa nama. Eddy. Tandy. “Pembela”. Kombes Bambang tidak disebutnya.
“Hmm. Bisa nyenggol ke mana-mana nih ya... Kalau bisa sih bersih. Yang kita incar cuma Ryoko. Lainnya, kamu tau kan, di hukum kita ga ada larangan orang make jasa PSK. Terus, ada hal-hal yang bisa buat bukti?”
“Smartphone dia, terus aliran dana ke rekening bank dia. Kelihatannya sebagian yang pakai jasa anak buah dia transfer uang langsung ke dia.”
“Ada tempat khusus dia biasa operasi?”
“Nggak ada. Dia sendiri ada beberapa tempat tinggal. Alamatnya di sini, sini, sini,” Nisa menulis beberapa alamat, yang dia pernah datangi, “tapi nggak tau tempat-tempat itu punya dia atau bukan.”
“Tamu ada yang pakai anak buah dia di tempat-tempat itu?”
“Nggak. Selalu di luar. Hotel, rumah tamu, villa... Mobil juga pernah...” kata Nisa. Dia mengingat seorang klien yang pernah menyetubuhinya di atas kap mobil mewah yang masih panas sementara teman-teman kliennya itu menyoraki, menyemangati si klien untuk terus memacu kejantanannya di dalam tubuh Nisa yang menahan panas kap mesin. Nisa ingat bagaimana punggungnya terasa panas,  juga payudara dan perutnya, ketika lelaki itu membalikkan tubuhnya kemudian menyodominya dengan kasar.
“Oke. Ini buat masukan operasi selanjutnya. Omong-omong yang mau ditemuin sekarang orangnya siapa?”
“Orang baru, belum kenal.”
“Oke. Aku tinggal dulu. Terus kabari kalau ada kemajuan.”
“Siap komandan.”
Nisa terus menatap tajam ke Komisaris Rasidi selagi yang bersangkutan meninggalkannya. Apa sebenarnya yang diinginkan? Diapakan saja data dari dirinya? Apakah Rasidi memang benar-benar mau menggulung bisnis Ryoko? Kalaupun iya, apakah untuk mengambil bagian atau menyingkirkan saingan, seperti kata Kombes Bambang Harjadi? Tiba-tiba Nisa merasa ingin bertemu lagi dengan perwira senior itu. Dia butuh bimbingan, ketika atasan langsungnya tak lagi bisa dia percayai. Dan, Nisa harus mengakui, Kombes Bambang tahu caranya memperlakukan perempuan... biarpun dia merasa bahwa bagi laki-laki itu, perempuan ideal adalah yang menjadi abdi pemuas nafsunya. Nisa memeluk dirinya sendiri sambil terpejam.

*****
Sesudahnya Nisa menuju tempat tugas terbarunya. Kata-kata Komisaris Rasidi tadi tidak mengagetkannya. Dia tahu ada di mana wartawati yang hilang itu, Savitri. Malah dia akan bertemu Savitri malam itu. Acara kali ini beda: Ryoko memintanya datang ke satu rumah mewah, lagi-lagi tempat baru. Entah tempat milik siapa. Pukul enam sore tepat, dia datang ke tempat yang dimaksud. Rumah mewah itu penuh barang antik. Entah rumah siapa. Ryoko mengenakan gaun malam hitam yang cantik, bergaya cocktail dress ketat memeluk pinggang dengan bagian rok panjang bertepi pink. Bagian bahunya terbuka, sementara di punggung terbelah menjadi bentuk V yang dihias tali-tali. Rambutnya dikonde kecil di belakang, make-upnya menambah kuat kecantikan alami. Sementara “Irina” mengenakan jaket panjang hitam. Di bawah jaket yang menutup sampai ke lutut itu dia memakai sepatu but sebetis. Rambut panjangnya (sekarang hitam lagi) digerai dan ditata sehingga tak menutupi wajahnya yang dirias dramatis: bulu mata palsu panjang, eyeliner hitam tebal, lipstik merah darah. Dalam rombongan Ryoko dan Irina ada dua orang lagi. Satu adalah seorang laki-laki jangkung berjas dan berkacamata hitam dan satu orang lagi yang tidak jelas sosoknya karena tertutup pakaian hitam bertudung. Laki-laki itu salah seorang asisten Ryoko.
“Selamat datang,” Seorang laki-laki yang ada di dalam rumah menyambut mereka. “Selamat datang di rumah saya. Ayo, kita langsung saja ke ruang saya.” Laki-laki itu bertubuh jangkung juga, dan berkepala botak. Atau lebih tepatnya, nyaris tak ada rambut apapun di wajahnya—tanpa kumis, jenggot, dan cambang, bahkan alisnya pun tipis. Dan di balik kemeja mahal yang dikenakannya tubuhnya tampak sangat tegap. Mungkin orang yang biasa berolahraga keras. Irina mengira umurnya 40-an.
Ketika memasuki ruang pribadi laki-laki botak tanpa alis itu, Irina terkesan. Ryoko juga terlihat terkesan. Kantor pribadi laki-laki itu sangat mewah dan penuh barang-barang seni. Empat sisinya dihias lukisan besar. Lantainya tertutup karpet merah empuk bermotif rumit. Sofa beludru di dua sisi. Meja megah dengan permukaan granit.
“Ini benar-benar mewah, Pak Prabu,” Ryoko berkomentar. Nama orang itu juga terkesan ningrat, dengan sederet gelar keturunan dan akademis-hukum terpampang di papan nama di atas meja granit itu. Dan dia memang seorang pengacara terkenal. Kadang-kadang wajahnya muncul di acara “Dewan Advokat” di salah satu stasiun televisi. Nisa benci acara itu, isinya sekelompok orang yang ngomong keras tanpa ada maknanya.
“Saya punya teman desainer interior yang bantu saya bikin rumah ini,” Prabu memberitahu. “Kalau mau, ini kartu nama dia.” Ketika Ryoko dan Nisa melihat kartu nama itu, ternyata desainer interior yang dimaksud adalah pemilik gedung berisi toko perabotan super mewah.
Prabu mempersilakan Ryoko dan Nisa berkeliling mengagumi benda-benda seni dalam ruangan pribadinya. Nisa berhenti di hadapan satu patung bidadari telanjang yang bersimpuh di atas daun. Diperhatikannya bahwa di dalam ruangan itu mungkin ada lima patung perempuan telanjang, semuanya bertubuh indah, dengan dada membusung, pinggul menarik, dan bibir sensual.

“Ah, ya, yang paling saya suka memang patung-patung ini,” kata Prabu.
“Semuanya tidak seperti nyata, Pak Prabu,” Ryoko menanggapi. “Perempuan biasa badannya nggak akan sebagus itu, lho...”
“Itulah seni,” Prabu memberi kuliah. “Seni mewujudkan idealisme kita, impian kita. Kata Plato semua hal di dunia ini hanya bayangan tak sempurna dari arketipe di dunia ideal. Perempuan juga begitu, kan? Di dunia nyata yang ada perempuan-perempuan tidak sempurna. Tapi sudah hakikatnya perempuan ingin mempercantik diri, karena mereka membayangkan ingin mendekati ideal itu. Iya kan? Makanya industri baju, salon, kosmetik, dan bedah kecantikan maju pesat.”
“Ah, Pak Prabu. Ujung-ujungnya kan ke laki-laki juga. Laki-laki kan yang menginginkan perempuan tampil sempurna? Mau dibungkus dengan filsafat apapun, semua laki-laki normal tetap suka kecantikan. Yang kaya, yang miskin, yang pintar, yang bodoh, semuanya mencari yang cantik dan seksi. Bullshit kalau ada yang mengaku bisa mengalahkan kecenderungan dasar itu demi nilai-nilai lain. Makanya, yang berkoar menjunjung tinggi ideologi saja diam-diam masih nyari yang muda dan nakal kan?” tangkis Ryoko.
“Hahaha, kamu memang paling tahu laki-laki,” Prabu tergelak.
“Tapi beda kan antara patung dengan betulannya,” Ryoko melanjutkan. “Patung cuma bisa dipandangi... Dielus-elus seperti ini tidak ada reaksinya,” katanya sambil mengusap salah satu patung bidadari telanjang.
“Makanya,” kata Prabu. “Bagaimana dengan pesananku, sudah selesai kan? Kamu bilang butuh waktu tiga bulan untuk persiapannya. Sekarang sudah tiga bulan.”
“Don’t worry, I put your money into good use,” jawab Ryoko. “Irina?”
Irina bergerak ke belakang, ke arah sosok bertudung dalam rombongan Ryoko, lalu menuntunnya ke depan Prabu. Lalu Irina membuka jubah bertudung yang menutupi dia...
“Ummh!”
Gumam teredam perempuan terdengar ketika sosok itu diungkap. Hanya gumam yang bisa dikeluarkannya karena mulutnya dibungkam ball gag.
Dulu namanya Savitri. Tapi sekarang tidak ada lagi yang mengenalinya.

*****
Pada saat pemimpin redaksi bertanya siapa yang mau investigasi, Savitri langsung mengajukan diri. Dia baru saja menyelesaikan masa percobaan dan ingin segera membangun reputasi sebagai jurnalis. Setelah sebelumnya hanya ditugasi meliput kasus-kasus kriminal kecil dan mewawancara tokoh-tokoh kurang penting, Savitri merasa investigasi kasus korupsi adalah pencarian berita yang lebih menarik. Lagipula laporan investigasi bisa dimuat berhalaman-halaman di majalahnya dan kerap menjadi cover story. Beda dengan berita-berita tulisannya terdahulu yang cuma terbit satu paragraf dan kecil-kecil. Maka Savitri pun mulai menginvestigasi kasus korupsi pengadaan kartu identitas yang melibatkan pejabat departemen bernama Drs Agam, MM, MBA, MSc itu. Orang yang suka menulis gelar lebih panjang daripada nama aslinya itu diduga mendapat keuntungan karena tender tidak fair yang melibatkan perusahaan miliknya. Aparat resmi belum bergerak, tapi majalah tempat Savitri bekerja sudah mendapat tip dari seorang bawahan Agam. Savitri mulai membuntuti Agam dan mengorek keterangan. Dan ketahuanlah beberapa sisi sensasional kasus tersebut yang membuat investigasinya berbelok. Agam adalah pelanggan Ryoko. Nyaris tiap minggu sang pejabat menikmati tubuh anak buah Ryoko, baik dengan uangnya sendiri maupun sebagai traktiran dari pihak-pihak yang butuh bantuannya. Savitri jadi tertarik sekalian membongkar bisnis prostitusi kelas tinggi Ryoko. Pemimpin redaksi sempat memperingatkan Savitri agar hati-hati kalau melangkah terlalu jauh: kasusnya sensitif dan bisa menyinggung kepentingan banyak pihak. Namun Savitri yang sudah getol pantang menyerah. Dia bahkan sempat adu mulut dengan pemrednya yang dianggap tidak berani mengungkap lebih banyak. Savitri mulai memasukkan bisnis Ryoko dalam investigasinya. Pengawasannya terhadap Agam saja sudah bisa menghasilkan data mengenai beberapa anak buah Ryoko. Suatu ketika, dengan menyamar jadi petugas room service hotel tempat Agam menginap, Savitri sempat mencuri-curi memotret salah seorangnya. Namanya Irina. Ketika Savitri mengamati foto Irina di kantornya, ada seorang wartwan senior yang menceletuk bahwa wajah Irina mirip dengan istri seorang teroris yang tahun lalu diciduk. Savitri penasaran, dan sesudah membuka arsip liputan seniornya, dia yakin bahwa istri si teroris dan Irina adalah orang yang sama. Tapi bagaimana mungkin? Pertama-tama Savitri menduga istri teroris itu terjerumus dunia hitam sesudah suaminya ditangkap, divonis, dan dihukum mati. Tapi kemudian Savitri menganggap skenario itu kecil kemungkinannya. Apakah Irina sebenarnya intel? Savitri menyelusup makin jauh. Kasus Agam mulai ditinggalkannya karena bisnis Ryoko lebih menarik, ia kemudian berkenalan dengan seorang komandan polisi, Komisaris Rasidi, yang memberikan bocoran mengenai Irina pada dirinya dengan fakta yang telah dipelintir sedemikian rupa, sehingga Savitri makin percaya kalau ada polwan yang telah menjual diri kepada Ryoko dan menjadi Irina. Namun karena kurang jam terbang, investigasinya mulai tercium oleh Ryoko. Dan ketika itulah dia terjebak. Suatu hari, Savitri berhasil mengajak bertemu salah seorang anak buah Ryoko untuk wawancara rahasia di satu kafe. Tapi ternyata di kafe itu Savitri lengah. Dia dibius lewat minuman, dan sesudahnya tak pernah melapor lagi ke kantor redaksi majalahnya. Sesudah satu minggu hilang, pemimpin redaksinya dan keluarga Savitri mengajukan laporan kehilangan orang ke polisi.

to be continued...
By: Ninja Gaijin & Pimp Lord

Patner Bisnis Suamiku Patnerku di Ranjang

Syeni
Aku lihat keluargaku dan keluarga Kokoku sangat bahagia dengan lahirnya cucu pertama mereka, apalagi karena bayi pertamaku ini adalah laki-laki yang punya arti penting dalam tradisi Chinese. Walaupun aku masih merasa letih akibat dari proses melahirkan yang panjang, aku bersyukur bisa tetap melahirkan dengan proses alami. Tetapi bagaimanapun kebahagiaanku terasa belum lengkap karena ayah biologis dari anakku tidak bisa mendampingi aku saat aku mempertaruhkan nyawa melahirkannya ke dunia. Ya memang betul, anak yang baru saja kulahirkan bukanlah berasal dari benih koko atau suamiku sendiri tapi dari benih mas Yanto, seorang pria pribumi yang merupakan partner bisnis Koko dan sudah berkeluarga. Aku sempat khawatir apakah anakku nantinya akan lebih mirip bapak biologisnya dibadingkan dengan ibunya, karena kalau hal ini terjadi maka perselingkuhanku akan langsung ketahuan. Tapi ketakutanku ternyata tidak beralasan karena mata anakku tetap sipit dan berkulit putih walaupun beberapa bagian wajahnya lebih mirip mas Yanto dari pada Koko. Aku berharap akan bertemu mas Yanto nanti di jam besuk untuk memperlihatkan kepadanya bahwa anak biologisnya itu sehat-sehat saja. Dalam kegembiraannya Koko dan mertua perempuanku mengatakan bahwa mereka berharap aku melahirkan 2 sampai 3 anak lagi agar rumah tidak sepi katanya. Aku hanya tersenyum kecut karena aku tidak begitu yakin apakah mas Yanto masih mau menghamiliku lagi ? Bahkan aku juga tidak tahu apakah aku masih punya kesempatan untuk bercinta dengan mas Yanto lagi. Namaku Syeni, umurku saat itu 29 tahun, aku keturunan Chinese yang masih totok dan aku sekarang jadi ibu rumah tangga yang sehari-hari bertugas merawat kedua mertuaku karena suamiku yang umurnya jauh lebih tua dariku masih serumah dengan orang tuanya. Aku baru menikah satu tahunan dengan Koko dari perjodohan antar keluarga. Sebenarnya bukan aku tidak mampu mencari pacar sendiri untuk jadi suamiku tetapi kebanyakan pacarku tidak sesuai dengan selera orang tuaku yang cukup kolot sehingga akhirnya aku “terlambat kawin”. Menurut orang-orang wajahku sangat khas oriental dengan kulit yang putih bersih, rambutku hitam lurus panjang sampai melewati bahu. Keistimewaanku adalah ukuran dadaku yang ekstra besar tapi padat demikian juga dengan pinggulku dan bulatan pantatku yang agak besar. Bila koko sudah memintaku berpakaian yang seksi, maka sangat sulit melarang laki-laki untuk tidak melihatku dengan pikiran jorok mereka. Sebelum menikah, pergaulanku cukup bebas dalam artian aku selalu tidur dengan pacar-pacarku sejak masih di SMA. Tidak kurang dari lima orang cowok pernah meniduri aku, masing-masing antara satu sampai dua tahunan lama berhubungannya. Tentu saja tidak banyak yang tahu reputasiku kecuali bekas cowok-cowokku itu sendiri karena orang lain tahunya aku adalah gadis yang baik dan aktivis gereja. Malahan dari lima orang cowok yang pernah meniduri aku, tiga diantaranya justru aku yang merenggut keperjakaan mereka. Menikah dengan Kokoku sekarang seolah-olah hukuman bagi pergaulan bebasku sebelumnya, ruang gerakku menjadi sangat terbatas karena hampir tidak bisa keluar rumah kecuali untuk belanja atau ke gereja. Belanja keperluan keluarga sudah terlalu melelahkan bagi mertuaku, sehingga aku bisa pergi sendiri karena koko juga tidak mau mengantar. Kalau ke gereja apalagi, Kokoku dan keluarganya sangat paranoid dengan gereja terutama pendeta-pendetanya tapi untungnya mereka tidak melarangku untuk ikut aktivitas gereja terutama yang tidak harus keluar sumbangan.

Setelah setahun menikah, aku belum memperlihatkan tanda-tanda akan hamil padahal kedua mertuaku terus-terusan bertanya karena menganggap kesempatan untuk anaknya sudah semakin sempit. Aku menjadi cukup stress memikirkannya karena kalau diperiksa ke dokter semuanya baik-baik saja. Apakah ini karena dulu aku pernah menggugurkan kandunganku sampai lima kali ? Tentu saja aku tidak pernah bisa menceritakan hal ini ke dokter kandunganku. Malah aku bersyukur dokterku tidak bisa menemukan bekas-bekas aborsi yang pernah aku lakukan. Dari setiap hubungan dengan kelima orang pacarku, masing-masing pernah membuatku hamil. Nafsu berahiku yang sangat besar sering membuatku lupa tempat dan waktu untuk minta segera disetubuhi kepada pacar-pacarku. Akibatnya ada beberapa persetubuhan yang memaksa pacarku melepaskan spermanya di dalam tanpa memakai pengaman. Tentu saja hanya aku sendiri yang tahu berapa kali aku pernah melakukan aborsi, bahkan sebagian besar cowokku tidak tahu bahwa mereka telah membuatku hamil karena aku keburu memutuskan hubungan dengan mereka. Hanya pada kehamilan pertama saja yang diketahui cowokku karena saat itu juga aku sendiri panik dan terjebak dalam kebingungan yang berlarut-larut sampai usia kandunganku hampir tiga bulan sebelum akhirnya bisa digugurkan.
Aku kenal dengan mas Yanto karena diperkenalkan oleh Kokoku sebelum kami menikah. Mas Yanto merupakan partner bisnis Kokoku sejak lama, mereka mendirikan perusahaan sama-sama yang terus berjalan sampai sekarang. Sejak pertama kali bertemu aku punya perasaan aneh tentang mas Yanto, bukan perasaan buruk malah sebaliknya yaitu aku tertarik kepada mas Yanto sebagai wanita terhadap pria. Kenapa aku bilang aneh karena aku biasanya tidak pernah tertarik kepada pria beristri dan aku juga sebenarnya tidak pernah tertarik pada pria pribumi. Umur mas Yanto lebih tua dari koko, sangat ramah dan penuh perhatian, selalu mendengar lawan bicaranya tanpa pernah meremehkannya walaupun ternyata dia lebih benar. Hal ini sangat berbeda dengan kokoku yang tidak pernah menanggapiku kalau pendapatku sudah dianggapnya salah. Secara fisik walaupun sudah umur 40an, mas Yanto juga terlihat seksi dengan bulu-bulu tangannya yang lebat. Sedangkan kumis dan jenggotnya yang lebat tapi beruban menunjukkan kematangannya dengan asam garam kehidupan. Tekanan mertua dan suami ditambah rahasia masa lalu yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun membuat aku sering sakit-sakitan sampai akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan mas Yanto. Awalnya sederhana saja, aku memang sengaja mencari dan meng-add akun mas Yanto di FBku. Rasa ketertarikanku pada mas Yanto membuatku nekat ingin lebih mengenal dia dan berusaha bisa berkomunikasi. Ternyata mas Yanto sama sekali tidak keberatan berkomunikasi denganku dengan catatan jangan sampai diketahui oleh kokoku karena dia tahu persis adat buruknya. Oleh karena itu kami hanya menggunakan identitas asli saat menggunakan akun fesbuk tetapi untuk chatting masing-masing sudah punya nama samaran lain. Awalnya aku hanya berkomunikasi untuk berbasa basi saja atau bertanya-tanya seputar pekerjaan kokoku supaya aku bisa lebih mengerti dia. Kokoku benar-benar terlalu malas untuk menerangkan pekerjaannya sendiri kepadaku karena aku Cuma lulusan SMA dibandingkan dia yang lulusan S1 perguruan tinggi ternama dan S2 dari luar negeri. Tapi lama kelamaan aku mulai berani curhat ke mas Yanto, tentu saja awalnya hanya untuk hal-hal sepele tapi lama kelamaan karena jawaban-jawaban dari mas Yanto begitu menyejukkan aku mulai memasuki daerah pribadi. Seperti keluhanku saat bersetubuh dengan koko sampai kepada kehidupan seksku di masa lalu. Sebenarnya sih aku “terjebak” oleh kecerdikan mas Yanto yang mulai melihat bahwa pengalaman seksku lebih baik dari pada kokoku. Tapi karena dia tidak pernah menghakimi sama sekali perbuatanku, maka aku malah merasa benar-benar telah menemukan teman curhatku. Tentu saja aku belum berterus terang bahwa aku pernah melakukan aborsi, bahkan sampai lima kali, karena aku belum berani menebak reaksinya terhadap hal yang satu ini. Chatting di internet memang memungkinkan orang untuk melewati batas-batas yang hampir tidak mungkin dilakukan di dunia nyata oleh orang-orang yang sebenarnya saling asing sama sekali. Awalnya aku yang mencoba memancingnya untuk “menaikkan status” menjadi berpacaran di dunia maya karena toh sekarang kami sudah menggunakan nama samaran masing-masing. Ternyata mas Yanto bersedia saja selama kami menambah beberapa kode “pengaman” untuk mencegah akun masing-masing diterobos orang lain.

Mas Yanto


Jadilah kami mulai berpacaran di dunia maya, seperti pacaranku sebelumnya aku merasa bebas untuk “berhubungan seks” dengan pacarku termasuk yang di dunia maya kali ini. Apabila aku belum orgasme setelah disetubuhi koko, aku minta mas Yanto untuk memuaskanku sampai orgasme melalui persetubuhan ala chatting. Apabila mas Yanto bilang “aku remas remas payudaramu”, maka aku meremas-remas payudaraku dengan membayangkan mas Yanto yang melakukannya. Biasanya hanya sampai mengelus-elus vaginaku saja oleh chattingannya mas Yanto, aku sudah bisa orgasme.
Aku benar-benar mulai tergila-gila dengan mas Yanto dan benar-benar mulai menganggap bahwa aku ini adalah pacar gelapnya dia. Untuk semakin memudahkan komunikasi kami, mas Yanto lalu mengajarkanku untuk memanfaatkan webcam dari netbookku sehingga sekarang kami bisa saling melihat satu dengan lainnya. Tanpa malu-malu aku sering tampil di depan webcam mulai dari berpakaian seksi, berpakaian minim, bertelanjang bulat sampai beronani. Tentu saja hal itu hanya bisa aku lakukan saat koko sedang tidak ada di rumah, sedangkan mertuaku tidak mungkin bisa memergokiku karena kamarku ada di lantai 2. Bercumbu di dunia maya lama kelamaan mulai tidak cukup buatku, aku mulai menginginkan bercinta sungguhan dengan mas Yanto. Saat aku sampaikan keinginanku ini, ternyata mas Yanto pun punya keinginan yang sama. Walaupun begitu ternyata sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk bertemu karena mas Yanto ingin persetubuhan yang pertama harus penuh kesan bukan persetubuhan singkat di mobil misalnya. Hal ini membuatku hampir menjadi putus asa karena waktu yang tersedia bagiku amat terbatas yaitu saat aku ke pasar atau ke gereja. Tapi akhirnya kesempatan itu datang juga, karena suatu hal Koko tidak bisa pergi ke Singapura untuk membeli obat buat mertuaku sehingga dia memintaku yang pergi ke sana. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, aku sekalian membujuk Koko untuk membiarkan aku berobat menyuburkan kandunganku di Singapura, terserah itu dilakukan di rumah sakit atau ke shinshe yang ada di sana. Dasar kalau sudah hoki, ternyata mertuaku sangat mendukung bahkan ikut mencarikan informasi mengenai klinik yang bisa aku datangi. Akhirnya aku dapat ijin untuk pergi ke Singapura selama lima hari karena memang perawatannya sendiri memerlukan proses pengambilan sampel sebelum dan saat memasuki masa suburku. Aku mengatur jadwal kepergianku bersama-sama dengan mas Yanto, tentu saja tanpa sepengetahuan Koko. Kami akan menginap di hotel yang sama tetapi berbeda kamar, mas Yanto sendiri menyiapkan dua kamar untuk berjaga-jaga dari semua kemungkinan. Penerbangan kami tadinya akan dibuat berbeda, tetapi mas Yanto khawatir kalau ada sesuatu menimpaku karena aku tidak pernah benar-benar pergi sendiri ke luar negeri sehingga akhirnya kami menggunakan penerbangan yang sama. Pada hari H sesampainya di bandara aku segera bergegas ke business lounge seperti yang diminta mas Yanto karena dia sudah menunggu di sana. Setelah cipika cipiki kami mencoba mengobrol, ternyata semua jadi kikuk lagi tidak selancar waktu ngobrol chatting di internet tapi akhirnya mas Yanto berhasil mencairkan suasana dengan gurauan-gurauannya. Walaupun kami berusaha bersikap sewajar mungkin tapi tidak bisa dipungkiri tetap terlihat ada suasana kemesraan di antara kami. Sebagian orang di sana sering melirik kami dengan pandangan heran karena melihat pasangan pribumi sawo matang berbaju kasual dengan Chinese putih yang sangat sipit yang berbaju seksi. Akhirnya waktu untuk boarding tiba, sebelum kami berjalan ke boarding lounge mas Yanto tiba-tiba berbisik padaku untuk melepas celana dalamku di toilet business lounge sebelum naik pesawat. Mukaku sampai merah merona karena jengah mendengarnya dan sempat protes karena aku sudah memakai rok mini yang tinggal 1/3 paha kalau sedang duduk tapi mas Yanto keukeuh pada permintaannya. Walaupun aku tidak mengerti tujuannya tetapi aku turuti juga kemauan mas Yanto yang menungguku melepas celana dalamku di luar pintu toilet dengan senyuman nakal. Entah bagaimana caranya mas Yanto bisa mengatur kami duduk berdampingan di pesawat padahal waktu check-in kami terpisah dan kami duduk di baris yang memang hanya ada dua kursi saja. Aku kembali terheran-heran saat mas Yanto mengambil selimut yang tersedia di bagasi cabin dan memakainya untuk menutupi pahaku yang hanya tertutup rok mini. Pikirku mungkin mas Yanto tidak terbiasa berjalan dengan wanita yang berpakaian seksi karena istri dan anak perempuan mas Yanto sehari-harinya pakai jilbab. Hal itu berbeda dengan Kokoku yang selalu menginginkan aku berpakaian seseksi mungkin, apalagi karena payudaraku sangat besar dan bulat membuat dia selalu membelikan aku baju-baju yang membuat kelebihan ukuran dadaku semakin terlihat.

Di dalam pesawat aku mulai berani bergelendotan manja dengan mas Yanto yang membalasnya dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirku. Jantungku mulai berdebar kencang membayangkan apa yang akan kami lakukan selama beberapa malam ke depan tanpa gangguan siapapun. Setelah pesawat take-off tangan mas Yanto mulai masuk kebalik selimut yang menutup pahaku. Sekarang aku jadi mengerti tujuan mas Yanto menyuruhku membuka celana dalam dan kemudian menutupinya dengan selimut. Tanpa kusadari kulit wajahku kembali merah merona dan nafasku mulai memburu, padahal tangan mas Yanto baru memijat-mijat pahaku saja.
“Hhhhhhhh ….” Aku mendesah pelan sekali saat tangan mas Yanto mulai mengusap-usah pangkal pahaku. Secara naluriah aku membuka pahaku selebar yang memungkinkan di kursi pesawat dan merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku lebih mudah dijangkau.
“Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah tertahan sambil memeluk tangan mas Yanto ketika kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan mebuat cairan vaginaku mulai membasahi lubang senggamaku.
“Masukin massh… ohhh…masukiiiinnnn …aja…massshhhh…” Erangku karena sudah tidak tahan lagi kalau jari-jari mas Yanto hanya menggesek di luar lubang senggamaku saja.
CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Yanto sudah masuk ke dalam liang senggamaku. Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu keluar masuk liang senggamaku di balik selimut.
“A…a…a….a…” aku berusaha bertahan sekuat tenaga supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit lengan mas Yanto yang dari tadi sudah aku peluk.
“Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan orgasmeku hampir tiba.
“Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa sadar aku menggeliat di kursi saat orgasmeku datang dan membuat selimutnya melorot walapun mas Yanto masih sempat menariknya kembali.
“Aduuuh enak sekali mas … terima kasih ya …” Kataku sambil membantu mas Yanto membersihkan jari-jari tangannya yang belepotan oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan telapak tangannya.
Aku juga sempat mencubit mas Yanto karena cemburu ketika seorang pramugari mencoba bermain mata dengannya sambil memasukkan jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Yanto hanya menanggapinya dengan senyum ramah biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa yang dilakukan mas Yanto kepadaku dari balik selimut yang menutupiku. Fantasiku mulai melayang ke mana-mana, bayangkan saja dalam waktu kurang dari 5 menit dan hanya dengan jari tangannya saja mas Yanto bisa membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap cowok yang sudah meniduri aku jarang sekali yang bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas Yanto, kata beberapa temanku penis orang pribumi rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga berbeda. Dari pengalamanku berhubungan badan dengan Koko maupun kelima pacarku yang semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau sudah di dalam liang senggamaku walaupun ukuran penisnya beda-beda.

Beberapa menit kemudian pesawat sudah mendarat di Changi Airport dan kembali saat kami jalan berdua menuju imigrasi orang-orang sering memandang kami dengan pandangan ganjil atau senyum nakal. Waktu aku tanya ke mas Yanto apakah dia melihat seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja karena pertama kalinya kami bepergian bersama. Mas Yanto menjawab bahwa dia juga melihat apa yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras penampilan kami memang jauh berbeda. Mas Yanto berpenampilan dewasa dan kalem, sedangkan aku terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah dibiasakan oleh Kokoku. Saran dari mas Yanto adalah aku merubah sedikit penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok. Walaupun tidak dikatakannya langsung, aku juga mengerti bahwa dia tidak ingin aku dianggap sebagai wanita bayaran yang mendampingi pengusaha atau pejabat pribumi yang sedang berlibur. Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel Grand Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau dia ke Singapore. Kamar-kamar kami selain berbeda juga berada di tower yang terpisah dengan lift sendiri-sendiri. Mas Yanto sudah memperhitungkan semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul sifat Kokoku. Mas Yanto juga sudah membeli SIM Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi satu sama lain selama di Singapore. Begitu sampai ke kamar aku mulai gelisah karena sangat kangen dengan mas Yanto, apalagi dengan kejadian di pesawat tadi. Tapi mas Yanto pesan bahwa aku jangan mengontak dia tapi harus menunggu dia yang mengontak aku karena dia belum mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal tadi. Ting…toooooong … tiba-tiba bel kamarku berbunyi. Ternyata mas Yanto yang ada di luar pintu. Aku segera membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan gembira karena benar-benar tidak menyangka mas Yanto akan ke kamarku secepat ini.
Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung mencium bibirnya dengan penuh rasa rindu sampai lupa menutup pintu kamarku.
“Kok lama sekali datangnya .... ?” Kataku manja setelah kami selesai berciuman, padahal aku sendiri baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit tapi belum sempat ganti baju.
“Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik benda ini …” jawab mas Yanto sambil memperlihatkan celana dalam hitam transparan yaitu celana dalam yang aku copot di Cengkareng, rupanya mas Yanto berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui.
“Aduuuuh kok jadi ada di sana sih ?” Mukaku langsung berubah merah karena malu.
Waktu aku berhasil merebutnya malahan mas Yanto kembali memelukku dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lain langsung merogoh masuk kedalam rok miniku yang tentu saja masih belum memakai celana dalam lagi. Aku segera melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian bawahku sudah telanjang. Mas Yanto langsung meresponnya dengan melepaskan celana yang dipakainya dan kemudian celana dalamnya.
“Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan aku berteriak kaget waktu melihat penis mas Yanto yang sudah mengacung ke arahku.
Penis mas Yanto ukurannya biasa-biasa saja, tapi yang sangat berbeda adalah warnanya yang hitam kemerahan dan bentuknya yang pipih bukan bulat. Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat pembuluh darah yang menggelembung sehingga penis itu seperti batang pohon yang dililit oleh akar-akar bahar disekelilingnya. Aku merasakan liang senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai lembab karena bentuk penis Yanto yang sebenarnya agak menyeramkan bagiku tetapi mulai membangkitkan gairah berahiku dengan seketika.

“Kenapa sayang ?” Tanya mas Yanto keheranan.
“Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti ini” Jawabku kagok
“Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi ya ?” Canda mas Yanto
“Mau cicipin sekarang ?”
“Mauuuuu ….” Kataku manja sambil mencium mas Yanto, sedangkan tangan kananku memegang penisnya.
Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai terasa berdenyut-denyut karena aku terangsang sendiri saat menggenggam penis mas Yanto. Ketika menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti sedang memegang ikan lele yang besar yang berontak ingin lepas.
“Masukkin langsung aja masss …. Aku udah ga tahan pengen diijut” kataku memakai istilah dalam bahasa sunda jalanan untuk bersetubuh.
Tanpa menunggu lagi mas Yanto langsung mendorong tubuhku ke dinding kamar hotel, kemudian dengan menekuk kedua lututnya penisnya mulai diarahkan vaginaku untuk mencari lubang senggamanya. Kepala penis mas Yanto aku pegang dengan jari-jariku untuk membantunya mencapai liang senggamaku. Terus terang aku belum pernah bersetubuh sambil berdiri dengan cowok-cowokku sebelumnya, apalagi dengan Kokoku.
“Aaaaahhhhhh ……” Aku mendesah saat kepala penisnya masuk kedalam liang senggamaku, mas Yanto tidak langsung memasukkan seluruh batangnya tapi memutar-mutar dulu kepala penisnya seolah-olah ingin mengenali situasinya dulu.
BLESSSSSSSS ……pelan-pelan batang penis mas Yanto masuk ke dalam liangku sampai masuk seluruhnya dengan mulus karena vaginaku benar-benar sudah siap menerima tamu.
“Adddddaaaawwwwwwww …..auhhhhhh…aaaahhhhhh ….” Aku mengerang kenikmatan.
Sambil tangannya menyangga kedua pantatku, mas Yanto meluruskan kembali kakinya yang tadi ditekuk sehingga otomatis aku terangkat ke atas seperti melayang dan terasa nikmat sekali. Kemudian aku diminta untuk melingkarkan kaki di pinggulnya sedangkan tanganku memeluk lehernya. Mas Yanto mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku dengan gerakan pelan sambil sedikit menekan sehingga aku merasa sedang dipaku di dinding dengan penis sebagai pasaknya. Cairan vaginaku mengalir dengan derasnya sampai keluar dan membasahi bulu kemaluan kami berdua.
“Ahhh ….ahhhh …hehhhh…hehhhh…ahhhh…ahhh” aku terus mengeluarkan desah nikmat mengikuti irama gerakan penisnya dengan mata sipitku yang terpejam.
Pakaian bagian atasku yang masih lengkap dengan BH karena belum kulepas mulai kusut dan basah oleh keringat, pakaian mas Yanto juga sudah mulai acak-acakan. Posisi bersetubuh kami memang hanya melekatkan tubuh pada bagian pinggul kebawah sehingga tidak terlalu mengganggu.
“Aduuuhhhh massshh … enak sekali ….ahhhh ….enak terusshhh…shhhh…” Aku mulai meracau bersamaan denga semakin memuncaknya rasa nikmatku.
“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh ………masssssssss…….akuuuu…dappppaaaaaaaattt” aku menjerit saat orgasmeku meledak dengan tiba-tiba.
Kaki dan tanganku langsung menjepit tubuh mas Yanto dengan kencang, mukaku terasa memerah dan mata sipitku tiba-tiba melotot saat mencapai puncak kenikmatanku dari penis orang pribumi pertamaku.

Setelah klimaks orgasmenya berlalu, aku langsung merasa lemas sehingga kakiku tidak kuat lagi menjepit pinggangnya dan terjuntai lemas. Mas Yanto menghentikan pompaannya, kemudian memelukku dan menyandar kepalaku di bahunya lalu aku dibopongnya ke ranjang dengan penisnya masih ada di dalam vaginaku.
“Uuuuuuuuhhhhhhhhhhh …..” aku melenguh nikmat saat penis mas Yanto terlepas dari vaginaku setelah membaringkanku di tempat tidur.
Dengan telaten mas Yanto melepas baju dan BH yang tersisa, kemudian dia melepaskan juga bajunya sendiri sehingga sekarang kami berdua sudah telanjang bulat. Aku lihat penis mas Yanto masih tegak melengkung ke atas dan berkilat-kilat terkena cahaya dari layar TV. Rupanya mas Yanto masih belum ejakulasi, padahal biasanya cowok-cowokku ejakulasi duluan sebelum aku orgasme atau paling tidak bersamaan datangnya. Kakiku direntangkannya lebar-lebar dengan satu tangannya sedangkan tangannya yang lain mengocok-ngocok penisnya sambil diarakan ke liang senggamaku. BLESSSSS ….. dengan sekali genjotan pada pinggulnya seluruh batang penisnya langsung masuk ke dalam vaginaku sampai ke pangkalnya.
“Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan” jeritku karena merasa sedikit ngilu pada vaginaku akibat persetubuhan kami yang sambil berdiri tadi.
Dengan lembut mas Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur di dalam liang senggamaku yang belum terlalu basah setelah tadi rehat untuk mengulum penis itu tadi. Walaupun begitu bukan berarti kenikmatannya berkurang, apalagi mas Yanto memang sangat telaten mencari-cari area di dalam rongga liang senggamaku yang lebih sensitif apabila disentuh dengan penisnya.
“Aduh mas enak sekali di situ ….ohhhh ….ohhhh….oohhhhhhh” Reaksi spontanku terhadap titik sensitif yang disentuh penisnya juga menjadi sangat membantu mas Yanto untuk mengerti kebutuhanku.
Tanpa harus menunggu lama vaginaku mulai basah lagi. CROK…. CROK …. CROK …. CROK ….CROK ….mulai terdengar bunyi nyaring dari cairan vaginaku yang terpompa keluar oleh gerakan penis mas Yanto.
“Ohhhhhh….enak sekali…ahhhh….ahh…..ahh….” Aku terus mendesah nikmat
Mas Yanto menaikkan kakiku ke bahunya dan merubah posisi badannya menjadi setengah berjongkok sehingga pinggulku otomatis agak terangkat juga. Dalam posisi ini tanpa ampun mas Yanto memompakan penisnya dengan sangat cepat membuatku tubuhku bergoyang-goyang sesuai irama pompaannya. Penisnya terasa melesak sangat dalam ke arah rahimku membuatku ingin meraung raung kenikmatan kalau tidak malu sama mas Yanto, akhirnya aku meremas-remas dan menggigit-gigit bantal yang ada di kepalaku sebagai pengalihannya.

“Arrrrkkkhhhhh ….arrrkkkkkhhhh ….arrrkkkkhh …” Akhirnya aku hanya mengeluarkan erangan tertahan dengan badan yang melenting-lenting di ranjang.
CROK…CROK …CROK….CROK …CROK … Bunyi becek dari vaginaku semakin keras terdengar
“AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Aku melolong kenikmatan saat aku kembali mendapat orgasme. Mataku yang sipit membelalak sejenak sebelum berputar sampai hanya kelihatan putih matanya saja.
Pompaan penis mas Yanto makin lama makin pelan mengikuti redanya puncak orgasmeku, kakiku juga diturunkan dari bahunya lalu tubuhnya direbahkan sambil menindih tubuhku.
“Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Bisik mas Yanto sambil mencium bibirku dan mengecup-ngecup pipi serta leherku “Aku belum keluar lhooo…”
“Enak sekali mas, benar-benar merupakan pengalaman yang sama sekali baru” Jawabku sambil membalas ciuman dan kecupannya.
“Mas mau minta Syeni ngapain supaya mas bisa keluar ?” Aku menawarkan bantuan agar mas Yanto bisa ejakulasi.
Mas Yanto minta kami merubah posisi dengan aku ada di atasnya tanpa melepaskan penis dari vaginaku terlebih dahulu. Akhirnya sambil berciuman kami berguling di ranjang sampai posisi kami berbalik di sisi lainnya. Aku lihat bed cover tempat kami bersetubuh sebelumnya sudah basah oleh cairan vaginaku sehingga meninggalkan noda yang cukup lebar.
“Ahhhh ….” Aku mendesah pelan saat payudaraku dicium dan diremas oleh mas Yanto.
Dengan lahap putting payudaraku di hisap-hisapnya, sedangkan payudaraku yang lainnya di remas-remas dengan tangannya. Payudaraku sangat besar, sehingga telapak tangan mas Yanto yang sudah lebarpun hanya bisa meremas tidak sampai setengah bagiannya. Sambil menikmati permainan mas Yanto pada payudaraku dalam kondisi setengah tengkurap aku mulai bergerak memaju mundurkan pinggulku untuk menggesekan penis Yanto dalam lubang seggamaku.
“Ohhhhh….shhhhh…” Aku kembali mendesah menikmati hasil dari pergerakanku sendiri.
Makin lama aku aku bergerak makin cepat dan diimbangi oleh mas Yanto dengan gerakan pinggulnya yang menekan penisnya makin kedalam saat gerakan mundurku membuatku menjerit-jerit nikmat.
“AAAAHHHH ….AHHHHH…..AHHHHHH ….AAmmmpppphhhhhh” Jeritanku kadang disumpal mas Yanto dengan ciumannya, mungkin dia khawatir jeritanku “mengganggu” tamu-tamu lain.
Aku kemudian diminta untuk mengambil posisi dengan badan yang lebih tegak seperti sedang menaiki kuda sehingga gerakanku sekarang adalah naik turun. Mas Yanto tetap mengimbangiku dengan menaikkan pinggulnya untuk menyambut setiap gerakan turunku yang membuat seolah penisnya menancap dalam-dalam tembus sampai jantungku. Belum lagi aktivitas tangannya yang meremas payudaraku, mempermainkan putingnya atau mempermainkan kelentiku.

“Mass…enak mashhh…. Kontolnya enak sekali….mashhh kontolnyaaaahhh” aku meracau dengan pilihan kata-kata yang sudah tidak terkontrol lagi.
Maklum sebagai orang yang berasal dari keluarga Chinese totok, aku hanya bergaul dengan buruh pribumi level bawah di toko atau perusahaan kami yang pilihan bahasanya sering kali kasar.
“Ohhhh….ohhhhh…ohhhhh….ohhhh…..”
Gelombang orgasme terasa mulai muncul lagi sehingga aku mulai mempercepat gerakanku. Butir-butir keringat mulai muncul di sekujur tubuhku membuat tubuhku menjadi kuning berkilatan. Rambutku yang asalnya panjang terurai sampai ke punggung mulai acak-acakan menutupi sebagian mukaku sampai ke dadaku.
“Mass….aaakkkuuu udaaah mau dappaaatthhhh …..” teriakku dengan tubuh mulai bergetar karena diterjang gelombang orgasme yang begitu nikmat.
“Syeniii….saya juga akan keluarrrr ….” Sambut mas Yanto sambil menahan pinggulku dibawah dan dia sendiri melentingkan tubuhnya untuk membuat penisnya tertancap dalam-dalam.
“Ouuhhhhh …keluarkan semua pejunya masshhh ….untukkuu…..” Keluarnya air mani di dalam tubuhku seperti bonus bagi kenikmatan sebelumnya.
SROOOOTTT….SROOOTTT ….SROOOTTTT ….SROOOTTT….SROOOOTTT …srrrt …srrttt…srttt
Lima semprotan air mani yang kuat aku rasakan membanjiri rahimku diikuti beberapa semprotan kecil sesudahnya. Untuk sejenak aku seperti tidak sadarkan diri, tidak ada yang bisa aku ingat selain kenikmatan puncak yang sedang aku rasakan sekarang. Orgasme yang dibarengi dengan semprotan air mani mas Yanto merupakan orgasme pamungkas yang sempurna bagiku. Setelah berahiku mulai reda badanku ambruk di atas tubuh mas Yanto yang segera memelukku dengan mesranya. Rambutku yang acak-acakan dirapikannya dan kemudian menciumi aku dengan hangat.
“Syeni, kamu sangat luar biasa …. Saya benar-benar dipuaskan oleh kamu” Bisik mas Yanto kepadaku dengan suara yang mesra.
“Mas Yanto juga hebat sekali…aku sangat menikmati ijutannya bikin ketagihan” Jawabku malu-malu dengan nafas masih belum teratur.
“Apalagi semprotan pejunya juga sangat enak, nikmat sekali ….” Lanjutku sambil tersenyum manis.
“Kamu mau aku cariin pil anti hamil untuk berjaga-jaga ?” Mas Yanto berbalik tanya seperti teringat sesuatu setelah aku bicara soal semprotan air maninya di dalam tubuhku tadi.
“Ga usah mas, malah lebih baik kalau aku bisa punya anak dari mas …” Kataku manja hingga jadi malu sendiri dan membenamkan mukaku di dadanya.
Mas Yanto kemudian mengangkat mukaku dan memandangku dengan lembut tapi terlihat serius “Syeni kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan sampai omongan kamu itu hanya bawaan emosi karena kita habis bercinta”
“Tapi saya tidak keberatan kalau Syeni memang ingin dibuahi dengan benihku “ Lanjut mas Yanto
Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya karena tekadku sudah bulat, bahkan sebelum pergi ke sini aku memang sudah bertekad untuk punya anak dari mas Yanto saja dari pada dibilang tidak subur oleh keluarga kokoku.
“Aaaahhhhhhhhhhhhhh ….” Aku kembali mendesah saat mas Yanto melepas penisnya yang mulai lunak kembali.
Dia kemudian mengambil handuk kecil dari kamar mandi yang sudah di beri air hangat, dengan lembut dibasuhnya vaginaku dengan handuk hangat tadi sampai bersih baru dia membersihkan penisnya sendiri. Setelah membuka bed cover yang basah oleh keringat kami dan cairan vaginaku, kami berbaring kembali di ranjang dengan tetap bertelanjang bulat. Saat itu kami pergunakan untuk “lebih mengenal” perabotan masing-masing yang sebelumnya dipergunakan.

Bulu vaginaku yang hitam tipis dan berbentuk pohon palm merupakan favorit mas Yanto selain kelentitku yang panjang. Mas Yanto juga bisa menebak bahwa aku udah pernah hamil lebih dari dua bulan sebelum digugurkan hanya dari bentuk putingku yang memang sudah membesar dan berwarna lebih gelap saat aku masih perawan. Aku hanya bisa mengiyakan dan minta maaf karena tidak berterus terang sebelumnya sambil jantungku jadi berdebar takut perasaan mas Yanto jadi berubah terhadapku. Mas Yanto ternyata tidak marah, hanya dia berpesan kalau memang ingin serius tentang dihamili olehnya, maka dia tidak ingin aku menggugurkan kandungannya lagi. Saat aku bertanya mengenai kenapa penisnya berbeda dengan penis-penis yang pernah aku kenal apakah ada hubungan dengan ras. Dia bilang perbedaan utama adalah karena sebagai muslim penisnya sudah disunat sejak kecil sehingga pertumbuhannya berbeda dengan penis-penis yang tidak disunat atau disunat setelah dewasa. Penis cowok-cowokku memang ujungnya tertutup kulit saat sedang tidak berereksi sedangkan kepala penis mas Yanto langsung terbuka dengan lekukan miring dilehernya sehingga menjadi batas yang jelas dengan batang penisnya. Aku coba kulum penis mas Yanto sampai berereksi lagi sehingga sekarang aku bisa melihat dari dekat benda yang tadi membuatku meraung-raung kenikmatan. Tanpa sadar aku terhanyut untuk menghisap dan menjilati kepala penis mas Yanto sampai mas Yanto akan mendapat ejakulasi lagi. Dia minta aku untuk menelan seluruh air maninya dan tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati walaupun sebelumnya aku tidak pernah mau kalau disuruh melakukannya oleh cowokku yang pertama dan juga Kokoku. Mas Yanto bukan hanya sekedar berbeda rasa penisnya, tapi juga berbeda dalam gaya bercintanya yang selalu mengutamakan kepuasanku terlebih dahulu. Dia juga membuat aku tetap punya harga diri walaupun hanya sebagai pacar gelapnya atau wanita simpanannya. Padahal selama ini aku selalu diperlakukan tak lebihnya sebagai obyek pemuas syahwat bagi cowok-cowok yang meniduriku. Pada saat aku memang membutuhkan hal itu tidak terlalu terasa, tapi sangat menyakitkan pada saat mereka membutuhkanku karena umumnya mereka tidak mau tahu apakah aku sudah siap dipenetrasi atau tidak. Selama di Singapore kami bercinta sebanyak 3 sampai 4 kali dalam sehari, saat bercinta di pagi hari kami sepakat untuk mengeluarkan air maninya di luar supaya saat diperiksa di klinik tidak masuk ke dalam medical recordku. Tapi untungnya metoda terapi mereka tidak melarang aku bercinta selama menjalankan pengobatan. Beberapa teknik bercinta kilat juga kami coba praktekkan walaupun sebenarnya tidak perlu kalau melhat situasi selama kami di sana, tapi mas Yanto yakin bahwa setelah kembali ke Bandung kesempatan untuk bercinta memang akan sangat terbatas. Bercinta di mobil atau di motel-motel short time akan menjadi sering kami lakukan dan mas Yanto ingin memastikan bahwa aku bisa mencapai orgasme sedikitnya satu kali. Sesaat setelah mendarat di bandara Cengkareng, mas Yanto kembali mengajakku bercinta di hotel Bandara sebanyak dua kali untuk memastikan pembuahanku dengan benihnya karena saat itu aku memasuki fase masa suburku sebelum akhirnya kami pulang dengan menumpang travel yang berbeda. Begitu aku sampai rumah Koko langsung menyetubuhiku tanpa memperdulikan apakah aku sedang kelelahan atau tidak. Tiga malam selanjutnya seperti siksaan bagiku karena Koko terus menerus ingin menyetubuhiku, katanya untuk memanfaatkan masa efektif terapi yang aku jalani. Akhirnya memang aku hamil dan naluriku meyakini bahwa benih jabang bayiku adalah mas Yanto bukan suamiku. Aku dan mas Yanto masih sering bertemu untuk bercinta sampai kandunganku berusia 8 bulan, pengelola motel sering memandang kami dengan heran melihat ada wanita hamil besar masih sewa short time di motelnya dia. Walaupun begitu keluarga suamiku menjadi sangat gembira dan tidak ada kecurigaan sama sekali bahwa benih cucunya berasal dari orang lain … mitra bisnis suamiku sendiri.

By: Macan 1928