Ayu Dyah |
“ Iya pak. Bapak nggak jadi pulang?” terdengar suara anak perempuan, anak bungsu Pak Tanba yang kini sudah berusia 25 tahun.
‘ Nggak. Bapak masih di luar kota. Semalam oleh pelanggan , Bapak dilarang pulang karena sudah jam 2 subuh. Bapak diskasih tempat menginap, “ ujar Pak Tanba berbohong.
Padahal pria hitam besar yang sudah memiliki satu cucu ini sedang berada di sebuah rumah yang hanya berjarak paling lama, 45 menit , ke rumahnya.
“Oh gitu ya pak. Semoga bayarannya sesuai, ya pak. Bapak sudah makan?”
“ Oh iya bayarannya amat memuaskan. Bapak sudah makan.” Jawab Pak tanba. Tentu saja memuaskan, karena bayarannya adalah tubuh seorang gadis perawan.
“Ibumu mana?” jelas Pak tanba basa-basi. Padahal ia tahu jam seperti ini istrinya sedang membeli kebutuhan untuk warung kecil mereka.
“ Masih belanja di pasar pak. Sudah dulu ya pak. Saya mau berangkat kerja, “ ujar anak Pak tanba sopan.
“ Ya. Hati-hati di jalan ya, “ tutup Pak Tanba.
Pak Tanba merenung. Ia merasa hidupnya sangat indah. Ia punya keluarga yang saling menyayangi, dan kini ia juga seorang selingkuhan berusia muda yang baik, kaya dan tidak menuntut. Pak Tanba tersenyum puas. Ia sangat menikmati hidupnya. Ia lalu coba berolahraga sebentar di taman belakang rumah Ayu Dyah, sembari melihat-lihat seisi rumah. Sementara di kamar, Ayu mulai terbangun. Ia merasa tidurnya amat pulas sehabis melakukan hubungan seksual pertamanya dengan Pak Tanba. Saat tersadar sepenuhnya, hal pertama yang dicarinya adalah Pak Tanba. Ia mencari pria paruh baya yang sudah memerawaninya itu. Ayu lalu bangkit lalu memeriksa halaman depan dari jendela kamarnya. Tampak taksi milik Pak Tanba masih terparkir, tanda pria jantan itu belum pergi dari rumahnya.
Ayu pun tersenyum. Ia merasa Pak Tanba adalah pria bertanggung jawab. Ia pun segera mandi dan menyegarkan tubuh, lalu menuju ruang tamu. Ayu mencari Pak Tanba ke sekeliling rumah, lalu gadis muda nan cantik ini mendengar suara di halaman belakang. Di sana ia mendapati pria Ambon bertubuh tinggi besar itu sedang berolahraga ringan dan push-up. Dalam hati ia maklum, kenapa di usia yang sudah 48 tahun, Pak Tanba masih memiliki stamina kuat. Diperhatikan tubuh agak gendut pria hitam besar itu sedang berolahraga. Ayu tersenyum mlihat gerakan Pak Tanba yang agak lucu. Ia juga melihat bagaimana penis besar hitam yang semalam merenggut keperawanannya tergantung-gantung di balik celana boxer Pak Tanba. Terlihat lemas, tapi masih gagah. Ayu tidak ingin mengganggu ritual Pak Tanba. Gadis muda ini lalu memutuskan membuat sarapan, karena jam sudah menunjukkan pukul 07:05 pagi.
Meski anak semata wayang keluarga kaya, Ayu bukan tipikal gadis manja. Ia mandiri dan bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun, memang ia kurang kasih sayang orang tuanya yang tinggal di Bali. Mungkin hal inilah yang membuat Ayu merasa nyaman berhubungan dengan pria dewasa seperti Pak Tanba. Pak Tanba yang sudah cukup berkeringat lalu masuk ke dalam rumah. Ia mendengar suara televisi dan mendapati Ayu Dyah sudah bangun dan memakai kimono menyiapkan sarapan. Pak tanba semakin kagum atas gadis muda yang meski kaya dan cantik, namun tidak manja.
“ selamat pagi pak, “ ujar Ayu ramah.
“ selamat pagi juga non, eh, Ayu, “ Pak Tanba gugup.
Meski sudah berhubungan intim semalam, Pak Tanba masih merasa canggung berdekatan dengan Ayu. Pak Tanba merasa ia yang hanya sopir taksi tidak pantas berhubungan dengan gadis muda itu. Terlebih usia mereka amat jauh, Pak Tanba sudah punya satu cucu, sementara Ayu masih gadis (yang sudah tidak perawan olehnya).
“Pak ini sarapan untuk bapak. Kita makan bareng yok,” ujar Ayu dengan riang.
Pak Tanba tersenyum. Ia memang lapar. Apalagi semalam sudah bekerja keras menumpahkan air mani yang amat banyak di lubang vagina Ayu. Mereka lalu makan bersama. Menu sarapannya adalah nasi goreng buatan Ayu yang dilengkapi dengan telur mata sapi, sosis dan udang. Juga ada buah-buahan dan juga susu, serta jus yang segar. Dalam hati Pak tanba yang biasanya sarapan nasi uduk tetangga, merasa ini amat mewah.
Pak Tanba |
Mereka makan sambil berbincang. Ayu yang merasa Pak Tanba masih malu-malu, mencoba memancing percakapan. Lalu mengalirlah percakapan yang disertai humor. Sesekali mereka nampak malu, bila mengingat persetubuhan semalam. Mereka makan amat lahap, akibat enerji yang terkuras setelah persetubuhan dahsyat semalam. Seusai menyantap, Ayu membereskan meja makan dengan dibantu Pak Tanba. Mereka seperti pasangan pengantin baru yang sedang dimabuk asmara. Setelahnya, Ayu lalu menuntun tangan Pak Tanba untuk menuju ruang tamu. Di sana mereka duduk berdampingan, sambil menonton TV. Kepala Ayu disandarkan ke bahu kokoh Pak Tanba. Pak Tanba merasa amat bahagia. Pria Ambon paruh baya itu juga terangsang oleh harum tubuh selingkuhan mudanya ini.
“ Pak Tanba nggak narik taksi Sabtu ini?” Ayu memulai percakapan.
“ Rencananya sih narik. Tadi Bapak udah nelepon rumah dan bilang nggak akan pulang hari ini karena langsug narik. Maklum kejar setoran bapak kan Cuma dari taksi. Tapi tadi nggak tega ninggalin Ayu, “ ujar Pak Tanba sambil tersenyum.
Ayu tersenyum senang. Ia lalu bangkit dan mencium pipi Pak Tanba. Pak Tanba menoleh, lalu mereka berciuman dan berpagutan cukup lama.
“ Pak Tanba di sini aja hari ini. Biar uang setpran bapak, Ayu yang tanggung, “ ujar Ayu.
“ Bapak nggak enak Ayu. Ayu sangat baik terhadap bapak. Ayu selama ini udah bayarin taksi bapak. Terus semalam Ayu rela bapak tiduri. Bapak nggak mau menyusahkan, “ jelas Pak Tanba jujur.
Mata tuanya menatap wajah gadis muda yang kini jadi kekasihnya itu. Ayu tersenyum.
“ Ayu gak merasa disusahkan oleh bapak. Soal setoran taksi kan wkatu itu status Ayu pelanggan taksi bapak. Soal semalam, kan kita sama-sama puas pak, “ Ujar Ayu tersenyum manja.
Pak Tanba merasa tersentuh lalu kembali melumat bibir merah gadis muda ini. Mereka berciuman dengan panas. Lidah mereka saling berkaitan dan bertukar air liur. Acara televisi tidak mereka hiraukan, yang ada mereka saling bercipokan memadu kasih. Pak Tanba yang sudah terangsang lalu menggerakkan tanganya meraba payudara Ayu dari balik kimononya. Sarapan bergizi membuat stamina keduanya bangkit dan siap untuk memadu kasih. Terdengar erangan dari Ayu saat tangan besar hitam Pak Tanba menggerayangi kedua payudaranya. Kedua tangan Ayu meraih wajah hitam dan kepala botak Pak Tanba. Pak Tanba lalu mengalihkan ciuman dan jilatanya ke telinga kiri Ayu. Telinga memang salah satu titik rangsang bagi gadis muda ini. Segera saja desahannya semakin besar.
“ Ohhh paaak terusss..geliii” desah Ayu sambil memejamkan mata, menikmati jilatan dan ciuman Pak Tanba.
Suhu semakin memanas. Pak Tanba segera mengaarahkan ciuman dan jilatannya ke leher jenjang Ayu. Ayu semakin tak terkontrol. Kepala botak Pak Tanba diremasinya, sementara sang lelaki paruh baya itu meninggalkan jejak cupangan ke leher selingkuhan mudanya itu. Aroma keringat Pak Tanba yang habis berolahraga membuat Ayu makin terangsang. Aroma khas jantan itu membuat fantasinya semakin melambung. Ia memejamkan mata menikmati setiap jilatan dan ciuman Pak Tanba di lehernya. Pak Tanba lalu menghentikan ciumannya. Wajah nakalnya tersenyum pada Ayu.
“ Ayu bapak ingin netek dan nyusu. Boleh?” ujar lelaki Ambon ini menyeringai.
“ Bapak kan tadi sudah minum susu?” canda Ayu manja sambil meleletkan lidah.
Lidah itu kemudian disambar oleh Pak Tanba, mereka kembali berciuman dengan panasnya. Tangan kekar hitam Pak tanba lalu menarik kimono Ayu. Segera saja terpampang dua buah dada milik Ayu yang putih sekal, dihiasi puting berwarna merah muda yang sudah mengacung keras. Segera saja bibir hitam Pak Tanba mengulum buah dada bagian kanan Ayu. Buah dada berukuran sedang itu habis masuk ke mulut Pak Tanba. Sembari mengemut, Pak Tanba memainkan lidahnya di puting merah muda Ayu.
“ ooogggghh paaak enaaak” desah Ayu.
Bergantian Pak Tanba mengemut dan menjilati dua buah dada Ayu tersebut.
Tak mau diam, tangan kanan pria Ambon ini meraba selangkangan Ayu yang tertutup oleh celana dalam berwarna merah muda. Ia lalu memasukkan tangan kanannya yang hitam berotot dan menggosok permukaan vagina sempit yang mulai basah itu. Desahan Ayu semakin kuat. Tangannya menekan kepala botak Pak Tanba agar terus menghisapi buah dadanya. Sementara kakinya mengangkang lebar,membiarkan dua jari tangan kanan Pak tanba memasuki lipatan vaginanya.
“ oohhh enaaak paaak…terusss” desah Ayu semakin liar.
Kegiatan seks pagi hari di atas sofa itu membuat tubuh keduanya mengeluarkan keringat. Jari-jari tangan Tanba sudah basah oleh cairan vagina Ayu yang mulai mengalir akibat rangsangan di payudara dan lubang kemaluannya. Ayu mulai berani. Ia menarik kepala Pak Tanba dan menciumi mulutnya. Kedua berpagutan dengan amat bergairah. Desisan dan desahan Ayu tertutup oleh ciuman lembut dan jilatan nakal Pak Tanba. Ayu yang semakin panas lalu berinisiatif membuka kaos Pak Tanba. Pak Tanba menghentikan sementara kocokan jarinya di lubang vagina Ayu, dan pasrah saat kekasih mudanya itu melepas kaosnya. Segera saja tubuh hitam besar dan tambun Pak Tanba tidak memakai baju lagi. Keringat sudah membuat tubuh hitam tuanya mengkilat. Terlihat seksi bagi Ayu. Ayu kini mulai aktif. Ia lalu menciumi leher Pak Tanba membuat pria paruh baya asal Ambon ini mendesah. Tak ketinggalan jilatan dan ciuman liar Ayu turun ke dada. Kini gadis muda yang sudah hilang perawan itu menjilati dada bidang dan kekar Pak Tanba. Tak ketinggalan Ayu sedikit menggigit puting susu Pak Tanba yang hitam dan besar itu.
“aaaahhh… enak ayuuu..oooh” Pak Tanba mendesah memejamkan mata. Kepalanya menegadah.
Di satu sisi Pak tanba kaget dengan sikap Ayu yang mulai liar. Selama berhubungan dengan istrinya, Pak Tanba selalu menjadi pihak yang aktif. Kini Ayu berubah agresif dan menjilati tubuhnya yang sudah basah oleh keringat. Pak Tanba amat menikmatinya. Ia merasa amat beruntung. Tangan mulus Ayu pun segera menggerayangi penis besar Pak Tanba yang masih tertutup boxer. Pak Tanba semakin belingsatan. Tubuhnya menegang dan desahan keluar dari mulut lelaki bertubuh hitam besar itu. Ayu tersenyum puas atas keberhasilannya merangsang Pak Tanba. Ia lalu menciumi kembali mulut Pak Tanba, sementara tangan Pak Tanba kembali memeras payudara Ayu dengan lembut. Ayu kemudian menghentikan rangsangannya sesaat. Hal ini membuat Pak Tanba heran.
“Kok berhenti?” ujarnya.
Ayu tersenyum.
“ Pak aku boleh nggak ngeliat penis bapak? Terus boleh nggak aku kulum?” tanya Ayu manja.
Pak Tanba kaget, namun senang. Selama dengan istrinya, ia belum pernah merasakah penis kebanggaannya dikulum. Pertanyaan Ayu membuatnya tersenyum.
“memang Ayu mau mengulum kontol bapak yang gede ?” tanya Pak Tanba sembari tersenyum.
Ayu mengangguk. Lalu Pak Tanba memelorotkan celana boxer-nya dan membuat penis besar hitamnya menangguk perkasa. Ayu kemudian turun dan menatap penis hitam besar yang sudah merenggut keperawanannya semalam itu. Ia menatapnya dengan kagum. Penis itu panjangnya 19 cm. berwarna hitam, berdiamater besar dan memiliki urat-urat menontol. Kepala penis yang disunat itu pun berwarna hitam kecoklatan. Amat besar seperti kepala jamur. Diapit oleh paha gempal milik lelaki Ambon itu, buah zakarnya juga berukuran besar dan kencang. Penis itu ditumbuhi bulu jembut lebat keriting berwarna hitam. Ayu menatap dan memegangi batang penis besar hitam tersebut. Lalu perlahan lidahnya mulai menjilat batang, bak anak kecil menjilati permen.
“oooohhh enak sayaaaaang” desah Pak Tanba.
Ayu semakin semangat menjilati batang berurat kekar itu. Lidahnya yang membasahi batang penis hingga terlihat mengkilat. Aroma khas kejantanan pria membuat Ayu semakin terangsang. Vaginanya mulai basah oleh perbuatannya sendiri. Ayu menjilati seluruh permukaan batang penis hitam gede Pak Tanba dengan telaten. Tak semili meter pun yang ia luput untuk menjilatinya. Tangan mulus Ayu tak lupa meremas buah zakar Pak Tanba dengan lembut. Perlakuan ini semakin membuat Pak Tanba mendesah penu nikmat. Matanya terpejam, mulutnya menganga dan ia menengadahkan kepalanya. Sesekali ia melihat reaksi Ayu menjilati batang penisnya. Pemandangan gadis cantik muda menjilati batang penisnya, membuat Pak Ayu makin terangsang. Ayu semakin liar. Ia kini menjilati lubang kencing di kepala penis Pak Tanba. Ia jilati cairan pre-cum bening yang sudah muncul. Tak puas, Ayu lalu mengulum kepala penis lelaki Ambon itu. Kepala penis hitam kecoklatan yang besar itu dijilatinya dengan lembut. Ayu lalu berusaha memasukkan penis hitam besar Pak Tanba ke mulutnya.
“Aaaaaahhh enak bangeeet sayaaang, “ desah Pak Tanba yang belum pernah dioral seks sebelumnya.
Pak Tanba lalu memegangi kepala Ayu, lalu membimbing gadis muda itu untuk bisa mengulum penis andalannya. Tentu saja mulut Ayu yang mungil tidak sanggup menelan seluruhnya penis Pak tanba yang berukuran jumbo itu. Sesekali nampak gadis itu tersedak dan seperti kelolotan.
“ Jangan dipaksa sayaaang, “ ujar Pak Tanba dengan suara berat menahan nafsu, Mata pak Tanba berubah sayu, ia mendsah merasakan hangatnya mulut dan lidah Ayu memanjakan batang penisnya.
Segera saja batang penis hitam besar Pak Tanba menegang dengan maksimal. Tak ingin memuntahkan air mani ke mulut Ayu, Pak Tanba segera menarik Ayu dan mencium mulutnya. Ciumannya berubah menjadi ganas dan liar. Ayu menanggapinya dengan semangat. Ia senang dengan sikap liar dan jantan yang ditunjukkan lelaki paruh baya itu. Sambil berciuman, tangan kiri Ayu masih mengocok batang penis kekasih tuanya itu. Pak Tanba yang seudah terangsang berat, lalu menidurkan Ayu di sofa. Tubuh mungil itu ditindih badan besar hitam lelaki Ambon itu dan Pak Tanba mengangkangkan kaki Ayu lebar lebar. Ia malepaskan celana dalam milik Ayu. Gadis itu pun membantu dengan mengangkat pantatnya. Pak Tanba membuang celana dalam Ayu ke atas karpet ruang tamu. Lalu dengan ganas pria paruh baya bertubuh gempal ini menyasarkan ciuman dan jilatannya ke lubang vagina Ayu.
“oooh paaakkk enaaaaak, “ desah Ayu.
Pak Tanba lalu membuka lipatan vagina Ayu dengan dua jarinya, terlihat vagina yang semalam sudah diperawaninnya itu merekah memperlihatkan isi dalam dan klitoris warna merah muda sang gadis.
Dalam hati Pak tanba merasa heran. Meski semalam penis besarnya sudah membobol vagina perawan Ayu, pria Ambon ini melihat vagina itu masih rapat, tanpa terlihat bekas luka. Terlihat masih seperti vagina perawan. Namun Pak Tanba tak mau ambil pusing. Nafsunya yang sudah di ubun-ubun, membuat pria gempal ini segera mencium dan menjilati vagina Ayu. Kelentitnya juga dijilati. Ayu merasa gatal yang amat sangat di vaginanya, saat lidah kasar dan basah Pak Tanba menjilati vaginanya. Sembari menjilat tangan Pak Tanba pun tak luput mengobok lubang kenikmatan itu. Hal ini membuat Ayu semakin menjerit. Ia meremas sendiri payudaranya, matanya terpejam dan kepalannya menengadah. Ia mendesis dan mendesah.
“Ohh yesss paaaak… enaaakk”
Lubang vagina Ayu semakin becek oleh cairannya sendiri. Cairan itu membasahi dua jari Pak Tanba yang terus asik mengocoknya. Tak butuh waktu lama, Ayu merasa terbang ke awang-awang. Lubang vaginanya semakin gatal dan ia semakin meremas payudaranya sendiri.
“ Oohh paaak aaaku sampeeee” jerit Ayu di ruang tamu itu. Ayu menekukkan badannya ke atas, matanya terpejam dan akhirnya cairan orgasmenya menyemprot keluar.
“ croot..croot.” Cairan orgasme Ayu menyembur kuat hingga ke wajah hitam Pak Tanba yang tepat di depannya.
Pak Tanba tersenyum puas melihat Ayu orgasme dengan dahsyatnya. Ia membersihkan cairan orgasme Ayu yang menyemprot ke wajahnya dengan telapak tangan kekarnya. Ia sedikit menjilat cairan yang terasa gurih itu.Pak Tanba lalu naik menindih tubuh lemas Ayu. Mulut dan lidahnya kembali menjilati leher. Telinga dan payudara Ayu. Tak butuh waktu lama bagi Ayu untuk pulih dari lemasnya. Ia membalas cipokan Pak Tanba ke mulutnya dan tubuhnya siap untuk menerima sodokan batang kekar kekasih tuanya itu. Pak Tanba lalu merentangkan kaki Ayu yang terguling di atas sofa. Ia menaikkan kedua kaki Ayu ke bahu kekar hitamnya. Tangan kanan Pak Tanba lalu membimbing penis besar hitamnya untuk memasuki leubang vagina Ayu. Meski sudah merasakan penis itu semalam, Ayu masih deg-degan saat kepala penis Pak Tanba yang besar mencoba memasuki lubang sempitnya. Pak Tanba mencoba menguak lubang vagina Ayu dengan du jarinya. Setelah merasa kepala penisnya terjepit bibir vagina Ayu, pria tambun itu mencoba mendorong penisnya masuk.
“ooohhhh” baik pak tanba dan Ayu mengeluh merasakan nikmat.
Pak Tanba merasa, meski semalam sudah memerawani Ayu. Lubang vagina gadis itu masih amat sempit. Hal ini membuatnya takjub. Kepala penis pria itu masih sulit menembus lubang kenikmatan Ayu.
“Jangan dibuat tegang Ayu. Santai saja ya, “ ujar Pak tanba dengan suara berat menahan nafsu.
Ayu pun mencoba santai, yang membuat kepala penis Pak Tanba bisa terjepit sempurna bibir vaginanya yang mulai terkuak. Perlahan Pak Tanba mendorong penisnya masuk dan dibantu oleh cairan vagina Ayu, kepala penis besar itu bisa masuk perlahan.
“ogggghhh enaknya” desah Pak Tanba sembari memejamkan mata.
Ayu pun mengerang menahan perih, sekaligus nikmat. Pak tanba merasa kepala penisnya dijepit dengan sempurna dan diremas-remas oleh dinding vagina Ayu. Pak Tanba terus memasukkan lubang penisnya secara perlahan. Ditarik sedikit, kemuddian ditekan lagi. Begitu berulang-ulang. Batang penis Pak tanba yang menggesek klitoris Ayu, membuat gadis muda ini amat terangsang. Cairan vaginannya semakin banyak tertumpah. Penis pak Tanba pun terus perlahan masuk dan akhirnya hampir separuh batangnya masuk sempurna ke lubang itu. Pak Tanba mencoba mendiamkan batang penisnya sejenak. Meresapi kenikmatan pjatan dinding vagina sempit Ayu di batang kekarnya. Hal ini dilakukan Pak Tanba agar vagina sempit Ayu terbiasa menerima ukuran penis besarnya itu. Ayu pun merasa liangnya penuh, meski baru separuh batang Pak Tanba yang memasuki vaginanya. Gadis ini mendesah nikmat, menikmati setiap kedutan urat penis PakTanba di dalam vaginannya. Sesudah cukup merasa beradaptasi, Pak Tanba mulai menggenjot batang penis hitam besarnya ke vagina Ayu. Keluar masuk, secara perlahan dan penuh perasaaan. Tubuh Ayu dan Pak Tanba sudah basah oleh keringat. Tubuh hitam tambun Pak Tanba tampak mengkilat menimbulkan kesan perkasa dan macho. Pantat hitam besar gempal milik Pak Tanba maju mundur sering upayanya menggenjot batang pelernya ke vagina Ayu. Di ruang tamu yang sepi itu kini terlihat tubuh hitam besar Pak Tanda menindih dan mengangkangi tubuh putih mulus Ayu. Terlihat amat kontras dan seksi. Ayu sendiri sudah pasrah oleh nikmat birahi. Wajah cantiknya terlihat menikmati setiap genjotan batang Pak Tanba. Mulutnya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan.
Pak Tanba sendiri memicu tubuhnya dengan penuh bertenaga. Kedua kaki jenjang Ayu tersandar di bahu kokohnya dan matanya melihat tajam ke arah wajah Ayu yang terpejam menikmati genjotannya. Ia semakin terangsang melihat reaksi muka Ayu. Pejantan paruh baya Ambon ini mendengus setiap kali penis besar hitamnya menembus vagina Ayu, otot-otot tubuhnya menegang dan terlihat seksi. Sekitar 7 menit adegan ini berlangsung dan AYu merasa dinding vaginannya semakin berdenyut. Ia merasa lubangnya terasa penuh dan rasa gatal menghampiri dirnya.
Rasa gatal di vagina Ayu semakin terasa, ia merasa tubuh dan wajahnya panas. Keringat makin membasahi tubuhnya dan payudaranya menjadi kencang karena terangsang. Desahaan gadis ini semakin besar, lalu saat orgasme pun datang. Ayu merasa vagina berkedut semakin kencang dan akhirnya sang gadis cantik ini berteriak.
“ aaaaaahhh paaaakkk sampeeee” gadis ini melengkungkan tubuhnya ke atas, matanya tinggal tampak putihnya saja dan mulutnya terbuka. Wajah cantiknya memerah.
“Crottt…crooottt…crott.” Orgasme kedua Ayu kali ini begitu dahsyat. Cairannya menyembur dengan amat banyak. Membuat tubuhnya lemas.
Pak Tanba merasa penisnya dipijat semakin kuat oleh dinding vagina Ayu, saat gadis itu orgasme. Kepala penis lelaki Ambon ini terasa gatal dan dipijat oleh tenaga konstraksi dahsyat . Pak Tanba merasa orgasmenya akan semakin datang. Maka ia mempercepat genjotnya lalu menanamkan batang penis hitam besarnya sedalam mungkin ke lubang vagina Ayu. Urat-urat penis pria ini berkedut-kedut dan akhirnya pria paruh baya ini menggeram bak kesurupan. Otot-otot tubuh dan pahanya menegang. Mata lelaki paruh baya ini terpejam dan kepalanya mendongak ke atas. Tubuh hitamnya terlihat mengkilat dan terlihat amat jantan.
“Crot..crot…crott..croot..Argggh..arghhhh” beberapa kali air mani pembuat bayi milik Pak Tanba muncrat membasahi rahim dan lubang vagina Ayu.
Terlihat Pak Tanba lima kali mengejan dan menembakkan mati kentalnya ke dinding rahim Ayu. Ayu merasa vaginanya disiram oleh cairan kental dan lengket milik Pak Tanba. Vaginanya terasa hangat oleh cairan pembuat bayi Pak Tanba. Air mani Pak Tanba memang amat banyak sehingga mengalir keluar dari lubang vagina Ayu yang masih disumpal oleh batang penis sopir taksi Ambon itu. Pak Tanba tergulai lemas di atas tubuh Ayu. Keringat lelaki bertubuh hitam tambun itu bercampur dengan keringat wangi Ayu. Keduanya masih meresapi kenikmatan orgasme yang baru saja mereka dapatkan. Air mani Pak Tanba yang bercampur dengan cairan orgasme Ayu, mengalir menetes ke paha dan pantat Ayu. Ayu merasa pahanya pegal karena terus dikangkangkan oleh Pak Tanba. Setelah merasa puas, Pak Tanba lalu mancabut batang penisnya dari vagina Ayu. Batang hitam besar itu terlihat mengkilat karena percampuran air mani dan cairan orgasme Ayu. Air mani Pak Tanba yang banyak juga mengalir dari lubang vagina Ayu dan membasahi sofa tempat mereka bergumul. Suasana sepi. Tak lagi terdengar desahan. Hanya terdengar suara burung jalak dari halaman belakang rumah Ayu, suara TV dan dengungan AC di ruang tamu. Setelah kedua pulih, Pak Tanba bangkit dan mencium kening Ayu dengan sayang. Ayu pun tersenyum dan balik mencium pipi hitam Pak Tanba. Keduanya masih terguling lemas di Sofa ruang tamu Ayu. Lalu keduanya tersenyum puas. Pak Tanba yang staminanya memang kuat lalu bangkit dan mengangkat tubuh Ayu. Sepasang tangan kekar hitam milik Pak Tanba membopong tubuh kekasih mudanya itu. Ayu melingkarkan tangannya ke leher kokoh Pak Tanba.
“Mandi yok” kata Pak Tanba.
Ayu tersenyum penuh arti. Lalu tubuh hitam perkasa Pak TAnba membopong gadis pemuas nafsunya ke kamar mandi di dalam kamar Ayu. Keduanya mandi dan saling menyabuni. Vagina Ayu yang semula perih, berangsur sembuh oleh pengaruh Cincin Perawan. Sambil mandi keduanya menyempatkan diri berciuman. Usai mandi keduanya menuju kamar tidur dan tertidur berpelukan tanpa busana. Mereka tertidur bak penganten baru, hingga pukul 12:00 siang. Ketika bangun, Pak Tanba dan Ayu yang merasa lapar lalu memesan makanan delivery service. Keduanya makan di ruang tamu sambil saling bersuapan, bersenda gurau layaknya penganten baru.
Pukul 13:15 Pak Tanba mencoba pamit kepada Ayu untuk pulang. Ayu tampak keberatan karena masih kangen dengan Pak Tanba.
“Ayolah sayang..Bapak kan harus narik taksi.”
Ayu pun kemudian mengalah dan Pak Tanba pun keluar menarik taksi hingga pukul 19:00 malam. Selepasnya Pak Tanba memutuskan untuk pulang ke rumah, menyambangi anak istrinya. Istri dan anak Pak Tanba sama sekali tidak curiga atas kelakuan Pak Tanba. Pria Ambon hitam besar itu pun awalnya ingin menghabiskan malam minggu di rumah. Namun bayangannya atas persetubuhan dengan Ayu tidak bisa dilupakan Pak Tanba. Ditambah sms sayang dari Ayu yang muncul di hapenya, membuat pria 48 tahun ini semakin gelisah. Ia pun lalu memutuskan keluar, mengenakan jaket dan membawa motor bututnya.
“Mau kemana lagi pak?” tanya sang istri.
“ Aku kelupaan mengambil sesuatu yangketinggalan di luar kota bu?” jawab Pak tanba sekenanya.
“ Pukul 9 malam gini? Apa tidak lebih baik besok pagi saja?” cegah istrinya.
“ Nggak bisa buk. Barang ini dibutuhkan sekali. Barusan pelanggan menelpon” Pak Tanba berbohong.
Pak Tanba lalu memicu motornya, kemana lagi kalau bukan ke rumah Ayu, kekasih mudanya. Pria paruh baya perkasa ini begitu ketagihan dengan Ayu. Sang istri sebenarnya berfirasat kurang baik, tetapi tidak bisa mencegah suaminya. Sementara Ayu yang sudah siap-siap tidur, tiba-tiba menerima telpon dari Pak Tanba. Dengan girang Ayu mengangaktnya.
“ Saya di depan sayang, “ ujar Pak tanba mesra di balik telpon.
Ayu yang juga membutuhkang kejantanan Pak tanba bergegas membuka gerbang dan menyuruh Pak Tanba masuk. Sesampainya di rumah, Ayu yang girang langsung menghambur ke arah Pak Tanba. Tubuhnya menggelendot manja dan dibopong oleh sopir taksi Ambon itu. Mereka berciuman hangat penuh nafsu.
“ Aku hampir saja tidur sendirian pak. AKu kira bapak pulang ke rumah istri” ujar Ayu manja.
Pak Tanba tersenyum. Sembari tangan kerkarnya membopong Ayu, ia menjawab.
“ tadinya gitu. Tapi pas terima sms dari Ayu, bapak kangen berat sama Ayu” ujar Pak tanba sambil tersenyum.
“ Ah gombaal” Ayu merajuk manja.
Pak Tanba hanya tersenyum lalu keduanya kembali berciuman hangat di ruang tamu. Pak Tanba lalu membopong tubuh Ayu ke tempat tidur di kamarnya. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk telanjang bulat dan saling mencumbu. Kamar yang awalnya sunyi, kini dipenuhi oleh desahan nikmat dari insan terpaut umur jauh yang sedang dimabuk asmara itu. Lalu terlihat pemandangan erotis saat tubuh hitam besar perkasa milik Pak Tanba menindih tubuh seksi putih Ayu. Kaki Ayu terlihat mengangkang dan vaginanya tersumbat penis besar hitam Pak Tanba.
Keduanya telah basah oleh keringat dan mendesah penuh kenikmatan. Pak Tanba yang sebelum ke rumah Ayu tadi meminum jamu kuat, terlihat amat perkasa malam itu. Tubuh besar hitam tambunya tampak memompa vagina Ayu. Otot-otot tubuh dan pantat Pak Tanba yang perkasa, terlihat maju mundur memompa batang penisnya ke vagina yang dirasakan pak tanba masih amat sempit. Ayu sudah dua kali orgasme, tapi Pak Tanba masih terlihat perkasa. Ayu kemudian mengusulkan gaya woman on top, yang belum pernah dicoba oleh Pak Tanba. Sopir taksi Ambon itu lalu terlentang di tempat tidur. Penis besar hitamnya tampak masih gagah mengacung, mengkilat karena cairan orgasme Ayu. Ayu lalu menduduki Pak Tanba dan membimbing penis lelaki paruh baya jantan ini memasuki lubang vaginannya. Keduanya melenguh nikmat, saat kepala penis besar hitam Pak Tanba memasuki lubang senggama Ayu. Ayu kemudian mengambil alih posisi yang mengatur Pak Tanba. Penis besar hitam itu kini amblas sepenuhnya di lubag vagina Ayu. Pak Tanba amat terangsang oleh gaya ini. Ia terlentang menikmati penis besarnya dipijat oleh vagina Ayu. Ayu pun kadang memutar vaginanya yang membuat Pak Tanba segera mendapat orgasme. Otot-otot tubuh jantannya menegang dan ia memuncratkan air mani kental derasnya ke vagina Ayu. Ayu yang juga orgasme bersamaan, meresapi dan berteriak penuh nafsu. Keduanya lalu terbaring lemas, lalu tidur sambil berpelukan. Tinggal menunggu jam saja bagi keduanya untuk terus memicu birahi.
########################
Hubungan antara Ayu Dyah dan Pak Tanba semakin akrab. Sejak pertama kali Ayu menyerahkan keperawanannya pada Jumat malam kepada pria Ambon paruh baya itu, terhitung sudah empat kali keduanya melakukan hubungan intim layaknya sepasang suami istri. Setiap kali melakukan hubungan intim, keduanya selalu mencapai kepuasan maksimal. Ayu yang belum pernah berhubungan seks sebelumnya, seolah mendapatkan guru yang tepat. Pak Tanba yang sudah berusia 48 tahun selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ayu merasa sopir taksi itu bisa membimbingnya dan memberikan kepuasan seksual. Ayu pun merasa nyaman dengan Pak Tanba. Ia merasa terlindungi. Sementara Pak Tanba pun merasa dirinya menjadi pria paling beruntung sedunia. Lelaki bertubuh tambun tinggi besar hitam itu mendapatkan seorang gadis perawan yang amat cantik. Pak Tanba yang sudah lama tidak merasakan hubungan seksual itu pun mampu memuntahkan air maninya yang selama ini tertahan ke liang vagina Ayu yang sempit. Pak Tanba merasa amat terpuaskan setiap bersenggama dengan Ayu. Ia merasa Ayu bukan sekadar gadis yang menjadi pelampiasan seksualnya, dalam hatinya ia sudah menyayangi gadis muda itu seperti istrinya sendiri. Kedua manusia berbeda kelas dan strata ekonomi itu terakhir kali bertemu pada hari Minggu, tepat satu hari setelah pertama kali mereka berhubungan intim. Tentu saja mereka menghabiskan pertemuan dengan bertukar peluh dan kelamin. Pada malam Minggu Pak Tanba memberikan kepuasan batin kepada Ayu. Hanya dijedakan oleh tidur malam dan sarapan, keduanya kembali mengayuh birahi pada pagi harinya. Penis hitam besar Pak Tanba kembali menyodok vagina Ayu yang sempit. Ayu yang mulai terbiasa pun tidak kalah memberikan pelayanan birahi kepada kekasih tuanya itu. Meskipun berkaki pincang dan sudah berusia lanjut, Pak Tanba memang memiliki stamina dan alat kelamin luar biasa. Beberapa kali Ayu terlihat kewalahan melayani Pak Tanba. Sopir taksi asal Ambon ini pun merasa amat bahagia bisa memuaskan kekasih mudanya itu. Beberapa kali Pak Tanba memuntahkan air maninya yang kental di vagina Ayu., sehingga ia pun merasa kepuasan batin. Kedua manusia berlawanan jenis ini pun terpaksa harus berpisah sementara. Pak Tanba yang sudah beristri dan memiliki satu cucu ini merasa dirinya tidak bisa terus bersama dengan Ayu. BIar bagaimanapun ia sebagai kepala keluarga harus bertanggung jawab, mencari nafkah dan tak ingin istri dan anaknya tahu. Pertimbangan lainnya, Pak Tanba merasa tidak ingin terlampau merusak masa depan Ayu yang masih amat muda. Ayu pun mengerti posisi Pak Tanba. Keduanya lalu berjanji untuk mengatur pertemuan, agar tidak terlalu sering bertemu.
Senin, Selasa,dan Rabu, Pak Tanba dan Ayu bertekad untuk tidak bertemu. Meski terdapat rasa kangen ingin berjumpa dan melampiaskan gairah, mereka berusaha untuk menepati janji masing-masing.
Ayu percaya Pak Tanba yang memiliki rasa tanggungjawab itu, tidak akan menyeleweng dengan perempuan lain. Di sisi lain, Pak Tanba juga percaya bahwa gadis yang telah mengorbankan keperawanannya itu tidak akan mencoba dengan lelaki lain. Mereka hanya menjalin hubungan dengan sms ataupun telepon. Semenjak pertemuannya dengan Ayu, Pak Tanba memang merasa kembali muda. Ia lebih bersemangat, ceria dan getol mencari uang. Meski ia tahu bahwa tak mungkin menikahi Ayu yang masih muda dan kaya, tapi lelaki hitam besar ini tidak mau dianggap memanfaatkan kekayaan Ayu. Namun di sisi lain, Pak Tanba merasa amat bersalah dengan anak istrinya. Ia yang selama ini setia, merasa berdosa telah berselingkuh. Meski Pak Tanba berusaha bersikap wajar, namun perubahan sikapnya ini sudah menarik kecurigaan istrinya yang telah menemaninya selama 28 tahun. Dan pada malam Kamis itu, Pak Tanba pun terpergok. Malam itu sekitar pukul 21:30, Pak Tanba pulang ke rumah setelah menarik taksi seharian. Suasana rumahnya sepi. Anak bungsunya yang perempuan dan telah berusia 25 tahun, menginap di rumah kakak sulungnya yang telah memiliki anak. Pak Tanba yang merasa lelah pun segera ke ruang makan untuk mengambil minum, lalu duduk di ruang tengah di rumahnya yang sempit. Dalam hati ia merindukan Ayu. Rasa rindunya membuat lelaki paruh baya itu memutuskan untuk menelpon gadis muda itu. Pak Tanba beruntung. Baru saja ia ingin menelpon Ayu, sang gadis telah menelponnya duluan. Lelaki Ambon ini pun menyambutnya dengan riang. Obrolan yang awalnya ringan, lalu berujung pada pembicaraan cabul. Obrolan yang berlanjut pada kenangan saat mereka berhubungan intim, membuat Pak Tanba yang sudah 3 hari tidak ngentot dengan kekasih mudanya itu membuat Pak Tanba terangsang. Ia lalu menarik risleting celananya, lalu mengeluarkan penis besar hitam 19 cm-nya dari celana dalamnya. Sambil menelpon, Pak Tanba mengocok batang kejantanannya. Suara Ayu yang seksi dan mendesah membuat Pak Tanba amat terangsang. Seiring kocokannya, penis besar hitam dan berurat miliknya menjadi tegang maksimal. Kepala kemaluannya yang besar berwarna kecoklatan pun membesar. 20 menit mereka saling menelpon, Pak Tanba lalu mengerang. Air maninya muncrat berkali-kali . Di ujung telepon Ayu pun yang melakukan onani dengan menggesek vaginanya mencapai orgasme yang sama. Keduanya terengah-engah setelah menuntaskan rasa kangen dan birahi melalui phone-sex itu.
“ Pak, Ayu kangen sama bapak, “ ujar suara manja Ayu di balik telpon.
“ Sama Ayu. Bapak juga kangen ingin tidur dengan Ayu lagi, “ jawab Pak Tanba sambil mengeluarkan bunyi kecupan.
Percakapan terputus dan Pak Tanba meletakkan ponsel tuanya. Ia menerawang, meresapi kepuasanya setelah beronani sambil mendengarkan suara Ayu. Ia membayangkan betapa nikmatnya bila ia mengluarkan air maninya tadi ke lubang vagina sempit Ayu. Penis hitam besar Pak Tanba kini mulai melemas, meski ukurannya masih perkasa. Pak Tanba lalu mengelap air mani kental yang membasahi tangan dan batang pelernya dengan tisu. Pak Tanba tidak menyadari bahwa sedari tadi kelakuannya bertelepon dan beronani dilihat oleh seorang wanita bertubuh gemuk berkulit hitam. Wanita bertampang Jawa dan ndeso itu adalah istri Pak Tanba, Bu Wati. Meski telah berusia 51 tahun, 3 tahun lebih tua dari Pak Tanba, Bu Wati masih memperlihatkan sisa-sisa wajah manis wanita Jawanya. Melihat suami yang telah menemaninya selama 28 tahun itu bertelepon mesra, bahkan sambil mengocok penis dengan ditemani suara wanita, sebenarnya membuat hati wanita tua ini pedih. Kecurigaannya beberapa hari ini ternyata terbukti. Bahwa suaminya yang selama ini tidak pernah berbuat neko-neko memiliki wanita idaman lain. Bahkan ia yakin, suaminya itu telah bersenggama dengan wanita tersebut. Bu Wati sebenarnya sangat sadar bahwa Pak Tanba masih aktif secara seksual. Keadaan tubuhnya yang sudah menopause dan tua, membuat Bu Wati sudah tidak bisa memberikan nafkah batin kepada suaminya itu. Ditambah Bu Wati yang mengidap penyakit diabetes, tidak memungkinkannya memuaskan penis besar suaminya. Sudah lebih 6 tahun Bu Wati dan Pak Tanba tidak berhubungan intim. Bu Wati sebenarnya beberapa kali menyarankan Pak Tanba beristri lagi. Namun Pak Tanba menolak ide itu. Alasan finansial dan malu terhadap anak, selalu menjadi alasan Pak Tanba. Bu Wati sebenarnya percaya sepenuhnya dengan Pak Tanba. Meski bertampang bak preman, suaminya itu memiliki hati yang baik dan bertanggung jawab. Namun, perubahan sikap Pak Tanba yang 3 hari ini bak remaja yang jatuh cinta, membuat Bu Wati sadar bahwa suaminya telah menemukan wanita lain. Kenyataan bahwa Bu Wati memergoki Pak Tanba beronani sembari menelpon wanita, membuat Bu Wati yakin. Bu Wati hanya penasaran, siapa wanita yang sudah bisa membuat prinsip Pak Tanba yang tidak ingin mendua, berubah.
Pak Tanba masih menerawang sambil membelai penis besar hitamnya dan membersihkan air mani, saat Bu Wati bertanya.
“Sudah puas, pak? “ Tanya Bu Wati dengan nada penuh selidik dan suara dingin.
Pak Tanba kaget dan terperanjat. Pandangannya segara tertuju kepada istrinya. Lelaki botak hitam besar itu merasa amat cemas dan berdebar. Sudah terlambat baginya. Tubuh lelaki paruh baya itu berkeringat saat mengetahui istrinya memergoki ia beronani sambil menelpon Ayu. Buru-buru ia menyingkirkan gumpalan tisu bekas air mani dan memasukkan penisnya kembali ke celana dalam, serta menutup risleting celananya. Pak Tanba buru-buru membenarkan posisi duduknya.
“Kenapa harus ditutup toh pak? Aku sudah puas ngeliat dan ngerasain penis bapak selama 28 tahun, “ ujar Bu Wati masih dalam nada selidik dan dingin, ada rasa sakit hati di dalam nada suaranya.
Bu Wati lalu menghampiri Pak Tanba ke sofa butut tempat lelaki itu duduk. Pak Tanba bertambah gugup dan merasa bersalah. Suara dan gerak tubuhnya mendadak bingung.
“aeeeh.. umm . sudah di rumah toh bu?” tanya Pak Tanba basa-basi. Kegugupan akibat terpergok dan rasa bersalah amat jelas terlihat dari sikapnya. Pak Tanba memang sebenarnya pria yang baik.
“Sudah dari tadi pak. Ibu tau bapak datang, bapak ngambil minuman, terus bapak nerima telpon dari cewek dan bapak ngocok sambil puas. Bapak terlalu asyik nyampe ndak sadar kalo Ibu ngeliat dari tadi, “ ujar Bu Wati dalam bahasa Jawa medok. Suaranya tetap tenang, meski terdengar kepedihan.
Pak Tanba hanya menunduk. Ia tidak berani berkata apa-apa.
“Siapa wanita itu pak? Ketemu di mana? Jelasin aja Pak. Jangan bohong, “ tanya Bu Wati yang sambil menahan tangis, Air matanya mulai menetes.
“Bapak kan sudah tahu saya sudah rela bapak nikah lagi. Ibu sadar pak, kalo ibu sudah ndak sanggup melayani bapak, sedangkan bapak itu masih kuat. Tapi kenapa mesti di belakang Ibu pak?” cecar Bu Tanba. Air matanya sudah menetes.
Pak Tanba melihat istrinya dengan merasa kasihan dan bersalah. Ia sudah mengecewakan istrinya yang sudah lama berjuang bersamanya. Dengan suara gugup dan bergetar, pria tua perkasa ini meminta maaf.
“Maaf buu.. Bapak khilaf. Bapak memang salah, “ ujar Pak Tanba kepada istrinya yang sudah terisak.
Bu Wati menyeka air matanya. Wanita tua gendut itu menatap suaminya yang terlihat bingung. Dalam hati Bu Wati tahu, Pak Tanba merasa bersalah. Pengalamannya menemani lelaki Ambon ini selama 28 tahun, membuat Bu Wati mengenal pribadi suaminya.
“Sudah berapa lama pak? Berapa hari? Ibu tahu ini baru terjadi,” tanya Bu Wati sambil terisak.
Pak Tanba menarik nafas berat. Mau tidak mau ia harus bercerita kepada istrinya tentang kejadian yang sebenarnya.
“Baru dari hari Jumat malam kemarin, Bu. Baru 6 hari. Bapak pun baru kenal dia hari Senin minggu lalu, ‘ jawab Pak tanba dengan suara bergetar.
“Baru Jumat malam kemarin? Baru kenal Senin minggu lalu? Maksdunya apa Pak? Bapak sudah tidur dengannya? Umurnya berapa pak? ‘ Cecar Bu Wati sambil menahan isak.
Dengan suara bergetar menahan malu dan bersalah, Pak Tanba menjawab.
“Dia masih muda bu. Baru 22 tahun. Bapak kenal dia Senin minggu lalu. Dia penumpang bapak. Bapak tidur dengannya Jumat Malam lalu. Dannn.. ia masih perawan waktu pertama kali bapak gauli, “ jelas Pak Tanba dengan terbata-bata. Ia melirik wajah Bu Wati, ingin melihat reaksinya.
Bu Wati merasa kaget. Awalnya Bu Wati merasa bahwa wanita yang menjadi selingkuhan suaminya itu adalah seorang wanita nakal atau janda berumur 30-an. Mendengar suaminya berselingkuh dengan seorang gadis lebih muda dari anak bungsunya dan masih perawan, membuat Bu Wati kaget. Wanita ini tidak menyangka. Ia memandangi suaminya. Tapi raut muka dan sikap tubuh suaminya tidak memperlihatkan bahwa ia berbohong. Dalam hatinya Bu Wati makin penasaran. Suaminya bukan tipe pria yang bisa mendapatkan gadis muda perawan. Suaminya itu bertubuh hitam, gendut, berwajah relative tidak sedap dipandang. Apalagi kaki kanannya pincang dan ia bukan pria banyak duit. Meski Pak Tanba memiliki alat kelamin dan stamina seks yang membuat wanita bisa bertekuk lutut, tapi sulit mempercayai bahwa ada gadis perawan yang mau disetubuhi oleh suaminya.
“Bapak memperkosa gadis itu?” Suara Bu Wati meninggi.
“Bukan bu..bukan. Sumpah Bapak juga masih bingung kenapa gadis ini mau dengan bapak. Awalnya Bapak juga nganterin dia pake taksi. Nggak ada maksud apa-apa. Waktu pertama ia bilang suka ke bapak pun, bapak nggak percaya. Bapak sudah bilang bapak bukan pria yang tepat untuknya, tapi ia percaya dengan bapak. Lama-lama bapak khilaf bu. Jujur bapak awalnya juga suka dengan dia, tapi bapak sadar ia terlalu muda, terlalu kaya untuk bapak. Sekarang ia sudah tidak perawan lagi gara-gara bapak, “ ujar Pak Tanba panjang lebar.
Bu Wati masih tercenung. Meski ia percaya perkataan suaminya, namun cerita itu tetaplah luar biasa. Seorang gadis perawan cantik, masih muda dan kaya, mau menyerahkan tubuhnya tanpa meminta apapun, dengan suaminya yang tua, hitam dan jelek ini. Bu Wati mencoba tenang. Ia ingin mendengar lebih jauh.
“Ceritakan dari awal pak, “
Pak Tanba menghela nafas. Ia bingung mau menjelaskan dari mana. Setalah tahu, lelaki Ambon ini lalu bercerita tentang awal mula pertemuannya dengan Ayu. Siapa Ayu dan kegiatannya mengantar sang gadis sebagai sopir taksi langganan. Pak Tanba juga bercerita tentang Ayu yang selalu membayari jatah setoran taksinya, meski sudah dicegah oleh Pak Tanba. Lalu lelaki besar hitam ini juga bercerita tentang mulai dekatnya ia dengan Ayu. Saat di taman dan saat Ayu menyerahkan keperawanan kepada dirinya.
Ada rasa bangga yang tersirat dari suara Pak Tanba, saat bercerita di bagian Ayu yang rela menyerahkan keperawanannya. Biar bagaimanapun, Pak Tanba merasa amat sangat beruntung. Di sisi lain, meski sedih, tersembul rasa bangga di hati Bu Wati saat tahu suaminya digilai oleh seorang gadis muda cantik kaya raya. Bahwa Pak Tanba masih berusaha bertanggung jawab dan mengingatkan sang gadis, meski akhirnya suaminya meniduri gadis itu. Pria normal mana yang akan kuat imannya dan mampu menolak ajakan tidur seorang gadis cantik yang masih muda dan perawan? Bu Wati juga bahagia, karena tahu bahwa suaminya berselingkuh dengan gadis baik-baik. Perasaan campur aduk itu membuat Bu Wati bingung dan gelisah.Melihat reaksi istrinya usai mendengar ceritanya, Pak Tanba berkata.
“Maafkan bapak, bu. Jujur bapak tidak kuasa menahan hasrat. Ayu itu gadis yang amat baik. Ia tidak meminta bapak menikahinya. Bapak juga tahu bapak nggak pantas dengannya. Dan jujur bapak merasa sayang dengan Ayu. Bapak nggak bisa ninggali Ayu, setelah bapak menghisap madunya. Tapi, bapak juga nggak bisa ninggalin Ibu dan anak-anak,” Pak Tanba berkata dengan suara beratnya. Ada kebingungan di nadanya.Bu Wati menghela nafas panjang. Ia sudah mengambil satu keputusan.
“Ibu sekarang sudah tahu penjelasannya. Jujur ibu bingung, tapi ibu kagum dengan gadis itu. Ia bisa menerima bapak apa adanya. Ibu juga kagum dengan bapak, meski bapak salah, bapak ngakuin dan mau tanggung jawab. Ibu mau bertemu dan ngobrol dengan Ayu besok,” jelas BU Wati tegas.
Pak Tanba kaget. Ia tidak menyangka bahwa keadaannya seperti ini. Dari tadi lelaki tua Ambon ini menyangka bahwa istrinya akan marah dan menyuruhnya meninggalkan Ayu. Keadaan akan lebih mudah.Tapi permintaan istrinya membuat ia bingung.
“Bu..buat apa bu?”
“Ibu Cuma pengen ngeliat non Ayu. Ibu pengen ngobrol dan kenal lebih dekat. Ibu sadar bahwa posisi kita serba salah. Ibu juga sadar bahwa sudah terlanjur. Tapi sebagai istri bapak, Ibu pengen memastikan bahwa Ayu adalah gadis yang tepat untuk bapak. Kalo benar, ibu rela bapak terus sama Ayu,” jelas Bu Wati tegas.
Pak Tanba tambah bingung. Ia tidak menyangka bahwa istrinya bisa memutuskan hal yang seperti ini. Ada perasaan senang, takut dan perasaan lain yang bercampur aduk.
“ Maksud Ibu? Ibu ingin cerai atau bagaimana? Bapak nggak mau ini terjadi.,” tanya lelaki Ambon ini.
“ Nggak pak. Ibu nggak ingin cerai. Kasian anak-anak juga. Ibu hanya mau bila Bapak terus sama Ayu, bapak nggak sembunyi-sembunyi lagi. Besok bawa Ayu ke sini pak. Ibu mau ngobrol dan bertemu.” ujar Bu wati lalu berlalu masuk ke kamarnya.
Pak Tanba terdiam. Lelaki botak bertubuh hitam besar ini merasa serba salah. Di satu sisi ia lega bahwa istrinya amat pengertian. Di sisi lain, ia tak ingin Ayu kemudian marah karena ia menceritakannya hubungan mereka dengan istrinya. Pak Tanba masih ingin bersama dengan gadis muda itu dan terus merasakan kehangatan tubuhnya. Pak Tanba menarik nafas berat. Pilihan ini membuanta tak bisa tidur. Malam pun terasa amat panjang baginya.
Keesokan hari, Pak Tanba memberanikan diri menelopon Ayu. Ayu yang memang menantikan telepon kekasih tuanya itu, gembira menerimanya. Namun, Ayu merasa heran saat mendengar suara Pak Tanba yang amat serius dan mengatakan ingin bertemu. Dalam hati gadis muda ini tahu, ada suatu masalah yang menimpa pejantan tuanya itu. Mereka lalu sepakat bertemu di kampus. Sore sekitar pukul 16:30, Pak Tanba menjemput Ayu menggunakan taksinya. Ayu yang kangen dengan Pak Tanba mencium kekasih tuanya itu dengan gembira. Meski dibalas dengan hangat, tapi Ayu heran bahwa lelaki Ambon itu teramat serius.
“ Ada apa pak? Kok kayak ada masalah?” tanya Ayu.
Pak Tanba menghela nafas berat.
“Ayu, bapak pengen ngobrol panjang dengan Ayu, “ ujar lelaki hitam besar itu.
Ayu mengangguk, meski heran. Mereka lalu menuju sebuah rumah makan yang sudah menjadi langganan Ayu. Setelah memesan makanan, Pak Tanba yang sudah tidak tahan lagi, lalu menceritakan kejadian saat ia kepergok bertelpon seks dengan gadis muda itu. Ayu sempat kaget dan terkejut. Namun, gadis cantik keturnan Indo ini memberikan kesempatan Pak Tanba untuk bercerita lebih lanjut. Pak Tanba pun bercerita panjang lebar, termasuk keinginan istrinya untuk bertmu dengan Ayu.
“Begitulah Yu. Bapak sudah menceritakan segalanya. Dari awal bapak sudah cerita ke Ayu kalau bapak ini sudah punya anak istri. Bahkan sudah punya cucu. Bapak ini bukan pria yang pantas untuk Ayu. Bapak senang Ayu sudah percaya memberikan keperawanan Ayu ke Bapak. Bapak juga ingin terus bersama Ayu. Sekarang terserah Ayu gimana, “ ujar lelaki tua itu pasrah.
Ayu termenung. Semula Ayu memang hanya ingin menjalankan ritual Cincin Perawan yang telah membuatnya berhubungan intim dengan Pak Tanba. Ia pun tidak ada keinginan untuk menikah dengan sopir taksi 48 tahun ini. Ia masih muda, cantik, masa depannya cerah. Ia juga tak yakin, bila orang tuanya yang tinggal di Bali mengizinkan ia berhubungan dengan pria yang lebih pantas jadi ayahnya ini. Namun Ayu harus mengakui bahwa Pak Tanba telah menempati ruang khusus di hatinya. Selain puas dengan penis hitam besar lelaki ini, Ayu pun merasa bahwa Pak Tanba adalah pria bertanggung jawab. Ia pun ingin terus merengguk birahi dengan pria ini, entah sampai kapan. Tidak masalah bahwa Pak Tanba adalah lelaki tua, berkaki pincang, hitam dan berwajah seram. Ayu pun tersenyum. Ia meraih tangan kekar hitam Pak Tanba. Lelaki tua ini ini menatap wajah kekasih mudanya dengan hati yang berdegub kencang. Pak Tanba sudah siap bila ia harus melupakan kenangan seksual indah dengan gadis ini.
“ Pak, sekarang kita makan dulu. Terus kita ke rumah bapak ya,” Jawab Ayu dengan tersenyum.
Pak Tanba merasa kaget, senang dan berbagai perasaan lainnya.
“ Be…bee..nar Ayu? Pak Tanba memastikan. Ia masih tidak percaya.
“ Benar pak. Ayu pun tidak ingin berpisah dengan bapak,” tegas Ayu.
Ingin rasanya Pak Tanba mencium Ayu saat ini. Ia begitu bahagia, mengetahui gadis cantik ini begitu baik ingin menemaninya. Perasaan Pak Tanba saat ini sama saat Ayu pertama kali mengajaknya ebrhubungan intim. Keduanya lalu makan dan setelahnya mereka menuju rumah Pak Tanba.
Sepanjang jalan mereka hanya diam, sibuk berpikir masing-masing. Keduanya lalu tiba di rumah Pak Tanba tepat pukul 20:05. Istri Pak Tanba, Bu Wati, telah menunggu di depan pintu. Anak bungsu mereka masih menginap di rumah kakaknya, jadi di rumah hanya ada Bu Wati. Melihat sosok perempuan tua gendut berkulit sawo matang sedang menunggu di depan pintu, Ayu langsung tahu bahwa itulah Bu Wati, istri Pak Tanba. Ayu merasa gugup dan gelisah. Biar bagaimanapun ia akan bertemu dengan istri sah lelaki tua yang telah berselingkuh dengannya.
“ Itu Bu Wati ya pak?” Tanya Ayu gugup.
Pak Tanba mengangguk. Matanya menatap gadis muda di depannya. Ia menggenggam tangan Ayu, lalu mencium mulutnya lembut.
Keduanya lalu turun dari taksi dan melangkah masuk pintu rumah kecil itu.
Rumah Pak Tanba amatlah sederhana bila dibandingkan dengan rumah Ayu. Ruang tamunya kecil. Hanya ada sofa butut panjang, karpet, televisi dua puluh inch keluaran lama, dan bantal-bantal untuk tidur.
Dari ruang tamu sudah terlihat dua sekat kamar. Lalu terlihat ruang makan dan dapur yang tertutup tirai. Tidak ada perabotan mewah. Ruang tamu semakin sempit karena ada motor butut Pak Tanba yang terparkir.
‘Permisi” Ujar Ayu mencoba sopan. Pak Tanba menggandeng tangan Ayu supaya masuk ruang tamu.
“Silahkan masuk” Ujar Bu Wati dengan ramah. Tidak terdengar kemarahan. Keadaan ini membuat Ayu sedikit tenang
Ketiganya lalu duduk di atas karpet tua tipis di ruang tamu. TV menyala menyiarkan acara sinetron.
Pak Tanba duduk di dekat pintu keluar, Ayu di sampingnya. Bu Wati di depan mereka, seolah menginterogasi. Sejenak suasana menjadi canggung dan kaku. Mereka bertiga hanya diam. Hingga akhirnya Pak Tanba memberanikan diri memperkenalkan Ayu ke istrinya.
“ Bu perkenalkan ini Ayu. Ayu ini istriku, Wati” ujar Pak Tanba.
Ayu dan BU Wati berjabatan tangan. Mereka saling berpandangan dan memperhatikan
Bu Wati melihat Ayu dari ujung rambut ke ujung kaki. Ia tidak menyangka bahwa suaminya amat beruntung merenggut keperawanan gadis muda yang amat cantik ini. Bu Wati selama ini hanya melihat sosok secantik Ayu, lewat artis-artis Ibukota di layar kaca. Dalam hati Bu Wati makin penasaran apa yang menyebabkan Ayu mau saja tidur dengan suaminya. Sebaliknya, Ayu melihat sosok Bu Wati seperti ibu-ibu pada umumnya. Berwajah bundar, sudah keriput di wajahnya. Rambutnya yang panjang sudah memutih sebagian. Tubuhnya gendut dan Bu Wati memiliki raut keramahan yang membuat Ayu tenang.
“ Oh ini toh namanya Nak Ayu,” ujar Bu Wati lembut.
Ayu hanya tersenyum sambil menunduk. Ia melirik Pak Tanba, yang terlihat canggung dan salah tingkah. Mereka bak dua remaja nakal yang akan dihukum oleh Bu Guru.
“ Pak, Ibu ingin ngobrol berdua dengan Nak Ayu. Bapak nunggu di luar saja, “ pinta Bu Wati.
Ayu dan Pak Tanba cemas. Mereka berpandangan.
“Tenang saja Pak. Nak Ayu yang cantik ini nggak akan diapa-apakan. Ibu hanya pengen ngobrol dengan sesama wanita saja, ‘ jelas Bu Wati.
Ayu pun mengangguk kepada Pak Tanba. Kekasih tuanya, sekaligus suami Bu Wati ini pun kemudian berdiri dan keluar rumah. Lelaki tua ini amat gugup. Ia kemudian berdiri di halaman, dan menyalakan rokok. Sementara di dalam, istrinya dan gadis yang diselingkuhinya sedang bertemu, entah akan membicarakan apa. Di ruang tamu, Bu Wati memulai pembicaraan.
“ Non mau minum apa?” Tanya Bu wati lembut.
Ayu masih gugup. Ia hanya tersenyum, menggeleng.
“ Nggak usah Bu. Tadi saya dengan Pak Tanda sudah makan”
BU Wati tersenyum. Ayu merasa wanita tua ini amatlah baik dan bijaksana. Gadis muda ini kemudian merasa berdosa, telah membuat suaminya tidur dengannya. Hanya karena nafsu birahi Cincin Perawan.
Bu wati mendekati Ayu. Tanpa diduga, wanita tua itu membelai rambut dan wajah Ayu yang tampak bingung dan pucat. Bu Wati menatap wajah Ayu dengan lama. Wanita tua ini lalu memgang dagu lancip Ayu, kemudian melepasnya.
“ Nak Ayu ini sangat sangat cantik. Berkulit putih, baik, kaya. Ibu ingin tanya, apa yang membuat Ayu rela melepas keperawanan kepada suami ibu? Suami ibu itu udah tua, hitam, jelek, jalannya pincang. Sopir taksi lagi. Ibu yakin, banyak pemuda3 ganteng kayak artis yang sama kayanya dengan nak Ayu, yang rela mengejar-ngejar Nak Ayu. Ibu heran. Kenapa Nak?” tanya Bu Wati dengan lembut.
Ayu terdiam. Ia menunduk tak berani memandan. Ia sebenarnya sedang mencari jawaban yang tepat. Ayu tak mungkin bercerita mengenai Cincin Perawan yang dimilikinya. Setelah menemukan jawaban, Ayu memberanikan diri menatap Bu Wati dan menjawabnya dengan sopan.
“Saya juga bingung bu. Saya Cuma pernah berpacaran dua kali. Itu pun nggak ngapa-ngapain. Tapi ketika ngeliat Pak Tanba, Ayu merasa amat tertarik. Ada sesuatu dalam diri suami ibu yang membuat saya tertarik. Pak tanba memang bukan tipe ideal gadis-gadis seumuran saya. Pada malam setelah saya bertemu suami Ibu, saya mimpi bahwa Pak Tanba adalah pria yang saya cari. Saya sendiri tahu Pak Tanba telah punya anak istri, bahkan telah punya cucu. Saya tahu masa depan saya masih panjang, tapi saya tidak bisa membohongi diri sendiri, bahwa saya amat tertarik dengan Pak Tanba. Saya tidak minta dinikahi, saya hanya menemukan sosok lelaki yang membuat saya nyaman, “ jelasnya panjang. Tentu saja ia mengarangnya.
Bu Ayu tersenyum. Antara kagum, tidak percaya, dan bangga terhadap suaminya yang telah bisa menaklukkan gadis amat cantik ini. Wanita tua ini lalu memegang tangan Ayu.
“Ibu jarang ketemu sama gadis kayak Nak Ayu. Anak bungsu saya saja mencari pria tampan kaya. Tapi Nak Ayu beda. Ibu hargai kejujuran Nak Ayu,” ujar Bu Ayu lembut.
Ayu sama sekali tidak menduga reaksi Bu Ayu seperti ini. Tadi dia siap menerima dampratan, makian dan hinaan Bu Wati karena telah merebut suaminya. Dalam hati Ayu makin mengagumi Pak Tanba, yang memang seorang lelaki hebat. Tak hanya soal seks dan ukuran kelamin, namun juga mampu menjadi kepala keluarga yang baik. Bu Wati lalu bercerita mengenai awal mulanya bertemu dengan Pak Tanba. Ayu dan Bu Wati lalu mengobrol tentang sejarahnya bertemu dengan Pak Tanba, tentang dirinya dan tentang anak-anaknya. Bahkan Bu Wati memperlihatkan foto pernikahannya dengan Pak Tanba, Pak Tanba waktu muda, serta foto anak-anaknya. Obrolan mereka bak obrolan seorang ibu dan anaknya. Dalam hati Ayu merasa senang dengan Bu Wati. Bu Wati pun senang suaminya mendapat gadis seperti Ayu. Bu Wati juga menjelaskan perilaku seks Pak Tanba, yang ternyata memang lembut dan mampu membuat Bu Wati melayang. Wanita tua ini juga menceritakan bagaimana sudah lebih 6 tahun mereka tidak lagi berhubungan intim.
“Kini Ibu rela dan bahagia, suami Ibu bisa mendapat seorang wanita yang tak hanya menjadi teman tidur, tapi juga amat baik seperti Nak Ayu. Kalau misalnya bukan duluan bapaknya yang nidurin Nak Ayu, Ibu amat yakin, anak lelaki ibu pun akan kepincut, “ ujar Bu Wati tersenyum
“Ah Bu Wati bisa aja, “ jawab Ayu malu.
“Nak Ayu, Ibu mau bertanya. Waktu pertama kali suami Ibu merawanin Nak Ayu, apakah Nak Ayu kuat? Senjata Bapak kan gede dan panjang. Terus Bapak kuat lagi. Nak Ayu nggak kewalahan? Ibu aja duluu waktu malam pertama dengan bapak, sempat seminggu nggak bisa jalan, “ Bu Wati serius bertanya.
Ayu mukanya memerah mendapatkan pertanyaan ini. Gadis muda ini lalu teringat kembali saat pertama kali penis besar hitam Pak Tanba menjebol keperawanannya. Ayu pun merasakan hal yang sama. Sakit menahan penis besar hitam dan panjang milik Pak Tanba. Namun, Ayu tak mungkin bercerita mengenai Cincin Perawan miliknya. Mengingat saat ia ngentot dengan Pak Tanba, membuat Ayu terangsang.
“Jangan malu Nak Ayu. Ceritakan saja. Sudah berapa kali Nak Ayu bersenggama dengan Bapak?” tanya Bu Wati.
“Sudah 4 kali bu. Waktu pertama dengan Pak Tanba, memang sakit. Punya bapak gede banget. Tapi, bapak itu telaten dan lembut. Dia bisa membimbing Ayu. Habisnya Ayu juga sempet gak bisa jalan. Tapi Pak Tanba bisa ngemong Ayu. Dari malam pertama, Ayu sama Bapak ngelakuin lagi paginya. Terus Malam minggu dan Minggu Siangnya. Pak Tanba staminanya kuat, “ jawab Ayu sambil tertunduk malu.
Bu Wati terkekeh. Ia suka dengan sikap lugu Ayu. Ia juga senang bahwa suaminya telah belajar banyak dari pengalamannya. Meski tidak pernah berselingkuh sebelumnya, Pak Tanba ternyata banyak belajar bagaimana memperlakukan seorang perawan. Bu Wati membelai rambut Ayu.
“Nak Ayu, Ibu senang ngeliat Ayu dengan Bapak. Ibu juga senang bahwa kalian saling menyayangi. Ibu sekarang merestui Nak Ayu dengan Suami Ibu, “ ujar Bu Wati mantap.
Ayu terkejut. Ia tak menyangka ketulusan dan kebesaran hati Bu Wati mendukung suaminya.
“ Sekarang Ibu minta Nak Ayu malam ini nginep di rumah ini. Layani Bapak. Ia amat butuh Nak Ayu. Kebetulan Anak bungsu Ibu sekarang nginep di rumah kakaknya. Nak Ayu sama Bapak tidur di kamar kami, Ibu akan tidur di kamar anak bungsu, “ ujar Bu Wati mantap.
Ayu terkejut. Bukan karena kerelaan Bu Wati ia bersetubuh dengan suaminya di kamar mereka, tetapi Ayu tidak membawa pakaian ganti. Ayu memang selalu membawa perlengkapan mandi, tapi ia tidak membawa celana dalam. Bu Wati mengerti pikiran Ayu.
“Nak Ayu bisa pinjam baju anak Ibu untuk tidur. Memang bukan baju mahal, tapi cukup untuk tidur. Kasian juga misal Nak Ayu mesti pulang dulu, baru kesini lagi. Sudah jam setengah sepuluh malam. Kamar ibu juga Cuma punya kipas angin, tapi Ibu yakin Nak Ayu juga sudah kangen dengan bapak, “ jelas Bu Wati.
Dalam hati Ayu membenarkan perkataan Bu Wati. Ia memang sudah merindukan belaian, cumbuan dan penis hitam besar Pak Tanba. Dan kini, istrinya sudah merestui hubungan mereka. Kini mereka sudah bisa berhubungan tanpa sembunyi-sembunyi lagi. Memikirkan itu, Ayu mengangguk.
‘Bentar ibu panggilkan Bapak dan Ibu kasih baju ganti buat Nak Ayu. Nak ayu bawa alat mandi kan? Sekarang Nak Ayu mandi dulu, ganti baju ya, “ ujar Bu Wati.
Bu Wati lalu menuntun Ayu ke kamar mandi dan ke kamar pribadi Bu Wati dan Pak Tanba.
Bersambung...
By: Monsieur Djoe
Jumat, 17 Januari 2014
Karya Pengarang Lain
0 Response to Cincin Perawan 3
Posting Komentar