Cincin Perawan 4 | kisahbb2

Cincin Perawan 4

Ayu
Di luar rumah Pak Tanba merasa gelisah. Sudah 40 menit lebih ia menunggu di luar, sementara istri dan Ayu, gadis selingkuhannya, mengobrol di dalam. Sudah satu bungkus rokok kretek yang ia habiskan selama menunggu. Jantungnya berdegup kencang. Ajakan menngobrol para tetangganya pun diiyakan Pak Tanba diiyakan untuk menutupi kegelisahannya. Selama mengobrol, pikirannya tertuju pada Istri dan Ayu. Apa yang mereka obrolkan? Apakah Ayu mendapat marah? Pak Tanba sebenarnya ingin masuk ke dalam rumah. Tapi lelaki tua ini tak mau memperkeruh suasana. Kegelisahan Pak Tanba terbaca oleh para tetangganya.
“ Kenapa Pak Tanba, kok gelisah? Kayak nunggu lahiran saja.? Lagi ada tamu ya?” tanya tetangganya.
Pria botak tinggi besar hitam ini hanya tersenyum dan mencoba menjawab dengan sewajarnya.
“Nggak kok. Hanya kurang tidur. Di dalam lagi ada keponakan istriku sedang bertamu,” Ujarnya singkat.
Penantian Pak Tanba berakhir selepas satu jam lebih. Dari rumahnya, ia mendengar istrinya memanggil. Pak Tanba pun lalu minta diri. Dengan langkah pincang, lelaki hitam besar ini menuju rumahnya. Ia sudah siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi. Namun, di ruang tamu ia tidak melihat sosok Ayu.
“Lho, kemana Ayu? Ngobrol apa aja kalian, Bu?” tanya Pak Tanba dengan suara beratnya.
Ia penasaran kemana gadis muda selingkuhannya itu. Bu Wati hanya tersenyum.
“ Nak Ayu sedang nunggu Bapak di kamar kita,” ujar Bu Wati.
Pak Tanba terkejut. Apakah istrinya telah setuju dengan hubungannya dengan Ayu? Apakah kini ia bisa menikmati tubuh Ayu tanpa takut dan sembunyi- sembunyi lagi? Bu Wati tahu perasaan suaminya.
“Saya sudah setuju Pak. Nak Ayu itu gadis yang baik. Ia amat menyayangi Bapak. Ibu juga tahu Bapak sayang sama Nak Ayu. Ibu minta Nak Ayu malam ini tinggal di sini, melayani Bapak. Sekarang Bapak bisa menggauli Nak Ayu dengan tenang, Ibu sudah ikhlas, “ jawab Bu Wati mantap kepada suaminya.
Tak terbayangkan betapa senangnya hati pria tua Ambon itu. Ia lalu mencium kening istrinya dengan penuh sayang. Pria jantan ini kagum akan keikhlasan istrinya itu.
“Terima kasih Bu.” Hanya itu yang bisa dikatakan Pak Tanba.
Bu Wati tersenyum .
“Sekarang bapak gauli Nak Ayu. Hamili dia. Tapi Ibu minta Bapak jangan lupa diri. Secepat mungkin Bapak ajak nikah Nak Ayu, supaya hubungan Bapak sah sebagai suami istri. Puaskan Bapak dan Nak Ayu. Jarang ada gadis muda cantik kaya raya yang rela ditiduri lelaki tua, “ ujar Bu Wati.
Pak Tanba tersenyum. Ia ingin membantu istrinya menutup pintu, tapi Bu Wati meminta Pak Tanba segera mandi dan menemui Ayu di kamarnya. Sambil tersenyum bahagia, Pak Tanba melangkah ke kamar mandi. Di dalam lelaki tua gempal berkulit hitam ini terasa amat bahgia. Tak sabar ia segera membersihkan diri lalu menemui istri mudanya yang amat cantik itu. Sudah 4 hari Pak Tanba tidak memuntahkan air maninya ke vagina Ayu yang sempit.

Seusai mandi, dengan hanya mengenakan sarung, Pak Tanba melangkah ke kamar istrinya. Di ruang tamu, sekilas terlihat istrinya yang tersenyum memberi restu. Bu Wati bahagia melihat suaminya gembira, karena sebentar lagi akan menunaikan tugasnya sebagai pejantan kepada madunya. Pak Tanba lalu mengetuk pintu kamar. Terdengar suara Ayu yang mempersilahkan ia masuk. Di dalam kamar yang sempit, yang hanya diterangi lampu 5 watt, lemari tua, dan ranjang tua, lelaki Ambon ini melihat Ayu sedang duduk di atas ranjangm mengenakan kaos dan celana pendek anak bungsunya. Kipas angin tua sudah dihidupkan untuk menghilangkan suasana gerah dan sumpek. Ayu melihat lelaki tua bertubuh hitam besar di hadapanya dengan tersenuym. Pak Tanba sudah bertelanjang dada, memamerkan tubuh hitamnya yang gempal, berbulu dan perut gendut. Hanya mengenakan sarung tua. Dada gadis muda ini bergetar. Kini ia akan bersenggama dengan lelaki tua ini di kamar yang ditempati bersama istrinya. Kini mereka resmi menjadi sepasang kekasih yang telah direstui istri Pak Tanba. Pak Tanba lalu mendekati Ayu. Lelaki tua ini melihat gadis cantik ini dengan penuh gairah. Keduanya lalu duduk berhadapan di ranjang tua milik Pak Tanba dan istrinya. Aroma tubuh keduanya memancarkan kesegaran sehabis mandi dan juga gairah yang sebentar lagi akan tersalurkan. Pak Tanba membelai wajah cantik Ayu. Jemari besar hitam dan kasar lelaki tua itu meraba bibir sang gadis.
“Sekarang kita sudah direstui Ayu. Ayu bahagia?” tanya Pak Tanba.
Ayu tersenyum.
“ Iya pak. Istri bapak luar biasa. Saya terharu, “ ujar Ayu sambil meneteskan air mata.
Pak Tanba mengusap air mata bahagia Ayu dengan jari besarnya yang kasar. Lelaki tua ini lalu mengecup pipi putih Ayu. Lalu bibirnya mengecup bibir Ayu dengan lembut. Lalu mengulumnya. Ayu membalas ciuman pejantannya itu. Kedua berciuman dengan lembut dan penuh birahi. Kedua tangan Ayu memegang wajah hitam Pak Tanba dan membelai kepala botaknya. Segera saja kedua lidah mereka bertautan. Nafsu dengan cepat membara. Pak Tanba lalu berusaha melepas kaos yang dikenakan Ayu. Ayu membantunya. Ayu segera telanjang dada, tanpa mengenakan apapun lagi. Pak Tanba kembali menciumi mulut Ayu, sambil berusaha meraba kedua payudara sekal indah milik Ayu. Tangan Pak Tanba terlihat gugup dan gemetar.
“Kenapa gemetar pak?” Tanya Ayu di sela percipokan mereka.
“Bapak sekarang malah gugup, karena sekarang kita resmi Ayu, “ ujar Pak Tanba sambil menatap wajah Ayu, betapa cantiknya wajah itu.
Ayu hanya menjawab dengan ciuman dan pagutan ke bibir Pak Tanba. Keduanya segera larut dalam gairah birahi. Segera saja Pak Tanba menciumi dan menjilati telinga, leher dan dada Ayu. Kedua buah dada Ayu di kulum dan dijilati dengan lembut.
Ayu mendesah, “Aaaah terus paaak”
Lelaki tua Ambon itu lalu merebahkan Ayu ke ranjang tua miliknya. Ia lalu menjilati selueurh tubuh Ayu tanpa lelah. Segera saja tubuh putih mulus gadis muda cantik itu basah oleh air liur Pak Tanba. Keringat pun segera membasahi kedua insan itu. Tubuh hitam gempal Pak Tanba tampak berkilat jantan. Sambil menciumi tubuh istri mudanya itu, tangan Pak Tanba menelusup ke balik celana pendek Ayu, meraba vagina sempit gadis itu.
Ayu mendesah, “Aaah.. buka saja ppaak”
Pak Tanba dengan senang mengabulkan permintaan gadis muda itu. Tidak susah karena dibantu oleh Ayu. Segera saja tubuh Ayu sudah bugil. Pak Tanba segera melihat vagina sempit mulus gadis muda itu. Dalam hati ia amat takjub, meski sudah empat kali dibobol oleh penis hitam besarnya, vagina itu masih seperti perawan.

Pak Tanba pun segera melepas sarung yang dikenakannya. Kini lelaki tua itu sudah bugil. Terlihat tubuh hitam besar kekarnya dan juga penis besar hitam lelaki Ambon itu yang sudah menegang. Meski sudah beberapa kali melihat batang perkasa itu, Ayu masih merasa bergetar. Ada pesona tersendiri saat melihat batang kejantanan Pak Tanba yang berwarna hitam dan berukuran 19 cm itu. Terlebih melihat kepala penis yang disunat berwarna coklat kehitaman mengkilat bak jamur itu.
“Lampunya dimatikan Ayu?” tanya Pak Tanba.
“BIarkan saja pak. Ayu ingin melihat wajah dan badan bapak waktu memasuki Ayu, “ ujar Ayu genit.
Lelaki Ambon itu segera menindih tubuh Ayu. Kembali mereka berciuman. Pak Tanba terus merangsang gadis muda itu dengan ciuman, jilatan dan belaian lembut di sekujur tubuh mulusnya. Sasaran berikutnya mulut Pak Tanba adalah liang vagina Ayu. Lelaki itu segera menjilati dan menciumi liang kecil harum tak berbulu itu.
“ aaaaaah enaak paak”.
Pak Tanba dengan telaten menjilati vagina itu. Sesekali jarinya membelai dan mengocok liang, serta kelentit Ayu. Tidak butuh lama bagi Ayu untuk merasakan sensasi birahi. Vaginanya terasa gatal.
“ Aaahhh paaaakk enaaak”
Pak Tanba terus merangsang vagina pasanganya dengan penuh gairah. Lidah kasarnya menjilat kelentit Ayu tanpa henti. Liang vagina Ayu terus banjir oleh cairan kenikmatan. Ayu pun segera orgasme. Liang kemaluannya berdenyut dan berdenyut.
“oooohh paaaakk” Ayu melolong panjang, seiring muncratnya cairan orgasmenya.
Pak Tanba tersenyum melihat gadis muda itu takluk oleh cumbuannya. Wajah hitamnya semakin mengkilat terkena cairan orgasme Ayu. Lelaki tua itu pun kemudian bangkit dan merangsek ke atas tubuh Ayu. Ciuman dan jilatnya kini mengarah pada ketiak putih mulus Ayu. Ayu yang masih lemas karena orgasme, menjerit geli. Pak Tanba lalu bangkit dan menghadapkan batang kemaluannya yang sudah menegang ke wajah Ayu. Ayu tahu bahwa sopir taksi Ambon ini ingin agar Ayu mengulum penis hitam besar itu. Segera saja kepala penis besar hitam Pak Tanba dihisap dan dikulum.
“oooh enaaak ayuu” desah Pak Tanba.
Pak Tanba lalu memompa batang kemaluannya ke mulut Ayu secara perlahan. Rongga mulut kecil Ayu segera terisi penuh oleh batang perkasa itu. Batang kemaluan hitam besar Pak Tanba segera keluar masuk mulut Ayu. Ayu berusaha memberi rangsangan kepada siempunya batang perkasa itu. Beberapa kali Ayu terlihat tersedak. Pak Tanba yang merasa penisnya sudah mengaceng maksimal, tak ingin mengeluarkan air maninya ke mulut Ayu. Lelaki Ambon ini mengeluarkan penisnya dari mulut Ayu. Kini batang penis besar hitam dan berurat itu telah basah mengkilat oleh air liur Ayu. Pak Tanba kini mengarahkan dua jarinya memasuki lubang vagina Ayu. Dikocoknya perlahan, sehingga vagina itu kembali basah.
“ooohh paaak Ayu udah nggak tahaaan”
Ingin memuaskan gadis muda itu dan dirinya, Pak Tanba segera mengambil ancang-ancang. Kaki Ayu dibuka lebar dan dua jari kasarnya menguak lubang vagina Ayu. Lubang kenikmatan itu telah menguak. Masih sempit. Pak Tanba lalu mengocok penisnya pelan, lalu membimbingnya memasuki vagina Ayu. Kepala penis besar bak jamur milik lelaki tua itu segera menyentuh bibir luar vagina Ayu. Pak Tanba lalu mendorong pantat hitam besarnya, dan perlahan penisnya masuk ke lubang sempit Ayu.

“ooooooohhhh”  Pak Tanba mendesah.
Ayu memejamkan mata menikmati setiap pergesekan kulit vaginanya dengan kulit penis sopir taksi tua itu. Pak Tanba merasa kenikmatan saat kulit penisnya menyentuh dinding vagina Ayu. Masih sempit dan pejal, meski sudah 4 kali dibobol penisnya. Pak Tanba mendorong dan menarik penis besarnya ke lubang vagina Ayu dengan pelan dan lembut. Ia tak ingin menyakiti pasangan mudanya itu. Terlihat vagina Ayu menganga lebar akibat dimasuki batang raksasa itu. Saat penis Pak Tanba menekan masuk, lubang itu merekah. Saat Lelaki tua itu menarik penisnya, vaginanya menguncup. Begitu berulang-ulang. Usaha penis besar hitam Pak Tanba memasuki lubang vagina Ayu semakin lancar akibat cairan vagina Ayu yang mengalir deras, berfungsi sebagai pelicin. Akhirnya penis Pak Tanba masuk seluruhnya ke vagina Ayu. Pak Tanba merasakan kenikmatan luar biasa, akibat penisnya dipijat dan diremas oleh dinding vagina Ayu. Ayu pun merasakan saat itu liang vaginanya amat penuh dan sesak. Ia merasakan kenikmatan kedutan urat batang hangat itu di vaginanya. Pak Tanba membiarkan beberapa saat penisnya mengisi lubang vagina Ayu. Ia ingin gadis itu merasakan nikmat dan terbiasa dengan ukuran penis hitamnya. Dalam hati lelaki tua itu heran, meski sudah ia renggut keperawanannya, vagina gadis cantik ini masih seeprti perawan. Sempit dan menjempit. Keduanya pun bertatapan dalam diam, menikmati pertemuan dua kelamin mereka secara sempurna. Wajah cantik Ayu yang memerah menahan gairah birahi terlihat amat cantik di mata Pak Tanba. Di sisi lain,wajah Ambon lelaki botak itu terlihat amat seksi dan jantan di mata Ayu. Meski jelek dan mirip Forest Whitaker, wajah Pak Tanba yang memendam birahi itu terlihat amat jantan.Pak Tanba lalu menarik batang penisnya hingga keluar separuh. Lalu perlahan dihujamkannya lagi ke vagina Ayu hingga lubang itu menganga lebar. Begitu berulang-ulang, lembut dan bertenaga. Ayu merasakan kenikmatan luar biasa saat bibir vagina bergesek dengan batang berurat lelaki tua itu. Ia merasakan geli. Sementara Pak Tanba pun  merasa amat  nikmat. Lama lama kocokan batang penis hitam besar Pak Tanba semakin cepat. Mata Ayu sudah terlihat sayu memendam birahi.
Keringat keduanya semakin membasahi tubuh masing-masing. Terlihat dalam kamar sempit sederhana di bawah lampu 5 watt itu, tubuh tambun hitam besar Pak Tanba terlihat mengkilat dan amat macho. Amat kontras dengan tubuh putih mungil Ayu. Hawa panas penuh birahi memenuhi kamar itu. Suara kipas angin tua, bercampur desahan dan erangan nikmat keduanya bercampur baur. Kaki putih indah milik Ayu mengangkang lebar. Memberika kesempatan bagi Penis besar hitam Pak Tanba memasuki vaginanya tanpa halangan. Kaki jenjang Ayu kini bertumpu pada pantat sekal besar milik Pak Tanba. Dari pertemuan kedua kelamin mereka, terdengar bunyi cipokan, akibat pertemuan batang penis dan vagina. Biji peler Pak tanba pun sesekali menampar pangkal vagina Ayu. Mata Ayu terpejam meresapi kenikmatan yang diberikan Pak Tanba. Kedua tanganya melingkar pada leher kokoh milik lelaki tua itu.
Kedua lengan hitam kekar Pak Tanba terlihat memegangi kedua paha Ayu. Mata lelaki tua itu terlihat sayu, namun menatap tajam ke arah wajah Ayu. Mulutnya tak berhenti. Kini bergantian, mulut hitam Pak Tanba mengulum kedua payudara sekal Ayu, sesekali lidahnya menjilat kedua puting merah jambu yang sudah mengeras.
“ooohh paaaaak” desah Ayu mendapat rangsangan.
Pemandangan yang terlihat di kamar itu amat menggairahkan. Betapa otot-otot tubuh Pak Tanba mengencang, karena lelaki Ambon ini ingin memberikan kenikmatan maksimal ke kekasih mudanya ini.
“Plokkk..plokkk” bunyi pertemuan antara penis Pak Tanba dan vagina Ayu, bercampur dengan desahan nikmat keduanya. Juga terdengar derit ranjang tua milik Pak Tanba dan istrinya. Seprai dan batal ranjang itu sudah tak karuan. Berantakan akibat perang birahi keduanya.

Pak Tanba

Sudah 13 menit persenggamaan panas itu berlangsung. Ayu kini merasakan vaginanya semakin gatal. Empotan dinding vaginanya semakin kuat. Gadis muda itu akan segera orgasme untuk kedua kalinya. Ketika saat itu datang, Ayu merasakan tubuhnya menegang. Tubuhnya melengkung ke atas. Pak Tanba yang sigap, segera mengulum buah dada kanan Ayu. Memberikan kenikmatan maksimal. Mulut Ayu terbuka, matanya terpejam dan semburan air vaginanya menyemprot kera.
“ acccchhhhh paaak Tanbaaa” Kedua tangan Ayu memeluk leher pak tanba keras.
“Crooot..croot..croot” Ayu lemas tak bertenaga.
Di sisi lain, Pak Tanba pun merasakan remasan dinding vagina Ayu semakin kuat menjepit batang penis dan kepala besarnya. Pak Tanba merasakan kepala penisnya gatal. Urat-urat penisnya membesar dan berkedut. Mata lelaki tua ini terpejam. Otot leher, dahi, serta tubuhnya menegang maksimal. Tubuh tua itu terlihat amat macho dan jantan. Pak Tanba lalu menekan seluruh batang penis hitam besarnya dan air maninya pun muncrat dengan deras. Pria tua Ambon itu menggeram.
“ oooohhhhh..ooooh…crroot..crooot”
Air mani kental sopir taksi ini  membasahi seluruh ruang vagina dan rahim Ayu. Saking banyaknya terlihat campuran antara mani kental dan cairan vagina Ayu, menetes dari vagina wanita itu. Kedua insan berlainan jenis itu lalu terkulai lemas. Tubuh hitam berkilat keringat Pak Tanba menindih tubuh mungil Ayu. Penis Pak Tanba masih tertanam di vagina Ayu. Saat lelaki ini menarik keluar penisnya, tampak lelehan air mani mengalir deras dari vagina Ayu yang kini sudah menganga. Batang hitam besar Pak Tanba terlihat mengkilat oleh mani dan cairan vagina Ayu.
“Plop..” begitu bunyi yang keluar saat pak tanba mencabut penisnya.
Kini Pak Tanba berbaring di samping Ayu. Nafas keduanya tersengal sehabis persenggamaan luar biasa itu. Angin kipas angin sedikit mengurangi udara panas di kamar itu. Ayu yang baru sadar dari kenikmatannya menoleh ke Pak Tanba. Lelaki tua itu kemudian mengecup bibir Ayu. Adegan persenggamaan itu disaksikan oleh Bu Wati yang mengintip dari lubang di kamar. Meski tidak merasakan gairah lagi, Bu Wati merasa amat puas dan bahagia. Ia teringat puluhan tahun silam, saat dirnya masih segar dan berada di posisi Ayu. Bu Wati bisa mengerti kepuasan yang dirasakan Ayu saat bersenggama dengan suaminya. Ia pernah merasakan kejantanan penis Pak Tanba mengobrak-abrik vaginanya. Empat anak yang sudah dewasa adalah buktinya. Saat persenggamaan itu selesai, Bu Wati menuju ruang kamar anak bungsunya. Ia menangis bahagia. Sementara di dalam kamar, Pak Tanba telah bangkit. Ia meraih sarungnya, mengenakan dan keluar kamar untuk mengambil air minum. Jalannya pincang, namun ia tetap jantan. Pak Tanba kembali ke kamarnya, menutup pintu kamar dan menghampiri pengantin mudanya. Ia dengan sayang memberikan minum kepada Ayu. Ayu pun meminumnya untuk memulihkan tenaga dan rasa hausnya. Keduanya lalu tertidur. Tubuh telanjang Ayu dipeluk oleh lengan kekar hitam Pak Tanba. Keduanya tidur pula seusai menuntaskan nafsu birahi yang terpendam. Kini hubungan mereka telah direstui oleh istri Pak Tanba.

##############################
“Bangun sayang” suara berat dan jantan itu membangunkan Ayu Dyah dari tidur lelapnya.
Dirasakan Ayu sebuah ciuman hangat menghampiri pipi dan bibirnya. Ayu pun membuka mata. Kini di hadapannya terlihat wajah hitam tua milik Pak Tanba, kekasihnya. Tampak beberapa garis keriput hadir di garis mata yang berkantung. Ayu bisa mencium aroma jantan sehabis mandi yang terpancar dari pria tua berkepala botak ini. Ayu sadar ia tertidur di kamar di rumah Pak Tanba. Kamar yang biasa ditempati sang kekasih tua itu dengan istri sahnya. Ayu mengulet manja. Ia tidur di balik selimut, tanpa mengenakan apapun. Ia tidur di ranjang tua milik Pak Tanba dan istrinya. Tercium aroma air mani dan air orgasme Ayu hasil persetubuhannya dengan Pak Tanba semalam. Pak Tanba melihat kekasih mudanya itu dengan bahagia. Lelaki tua itu duduk di pinggir ranjang. Lelaki Ambon ini mengenakan kaos dan celana panjang. Tampak membayang penis besar hitam milik lelaki 48 tahun ini di balik celananya.
“Jam berapa sekarang pak?” ujar Ayu masih di balik selimut. Jendela masih tertutup, namun sinar matahari masuk melalui celah-celahnya.
“Jam 7 pagi Ayu, “ jawab Pak Tanba sambil tersenyum, membelai wajah kekasih mudanya itu.
“Loh bapak nggak narik taksi?” tanya Ayu heran.
“Bapak narik malam nanti. Ayu juga nggak kuliah?” tanya balik Pak Tanba.
Ayu sebenarnya ada jadwal kuliah hari ini. Namun, badannya masih terasa lemas akibat persetubuhannya dengan Pak Tanba. Ia bermaksud ingin mengirim email ke dosen dan temannya, meminta izin untuk tidak masuk.
“Malas pak. “ Ujar Ayu singkat.
“Loh nggak boleh malas. Banyak yang pengen kuliah. Anak bapak juga pengen, tapi ngga ada biaya, “ Pak Tanba menasihati.
“Habis. Ayu masih lemas gara-gara bapak semalam. Ayo  tanggung jawab,” jawab Ayu manja.
Pak Tanba terkekeh. Dengan gemas diciumnya kekasih mudanya itu. Kini tak ada lagi yang menghalangi mereka. Hubungan mereka sudah direstui oleh istri Pak Tanba semalam.
“ Ayo mandi dulu, “ ujar Pak Tanba.
Ayu pun bangkit dengan malas. Tubuh telanjang indahnya kini berada di depan Pak Tanba. Lelaki tua itu masih berdecak kagum. Tubuh Ayu yang putih mulus ini amat ramping. Pinggangnya membentuk biola, pantatnya mungil kencang, padat dan putih. Kaki dan pahanya jenjang. Dan vagina Ayu pun masih sempit tak berbulu, meski telah berkali-kali dihentak oleh penis hitam besar lelaki Ambon ini. Pak Tanba pun segera terangsang. Lelaki hitam gempal ini memeluk tubuh Ayu. Mencium bahunya dari belakang.
“Tubuh Ayu memang seksi. Bapak beruntung, “ rayu Pak Tanba.
“sudah. Tadi bapak nyuruh Ayu mandi, “ Ayu merajuk.
Pak Tanba terkekeh. Ayu lalu mengenakan kaos dan celana pendek milik anak bungsu Pak Tanba yang sedang menginap di tempat anak tertua lelaki itu. Ayu masih merasa vaginanya lengket oleh air mani kental pejantan tuanya semalam. Ayu pun menuju kamar mandi sederhana milik keluarga Pak Tanba. Tidak ada shower, apalagi air hangat. Kamar mandi itu sederhana dan hanya pakai gayung. Toiletnya pun toilet jongkok. Ayu mandi dan merasakan air dingin membasuhi sekujur tubuhnya. Tak lupa ia bersyampo, mandi junub. Alat mandinya yang mahal, menyebarkan bau harum.

Cincin Perawan yang dikenakan Ayu, membantu gadis muda itu kembali segar. Vaginanya terasa menutup kembali, sehingga tidak terlihat jejak perbuatan penis perkasa Pak Tanba semalam. Usai mandi, Ayu pun keluar. Di ruang makan telah menunggu Pak Tanba. Mereka pun makan sarapan hasil masakan Bu Wati, istri Pak Tanba. Nasi uduk itu amat lezat. Saat makan dan ngobrol dengan Pak Tanba, Bu Wati masuk ruang makan. Wanita tua gendut istri Pak Tanba itu, sudah rapi seakan ingin pergi.
“Ayo dimakan Nak Ayu. Pasti capek abis semalam, “ sindir Bu Wati.
Pak Tanba dan Ayu yang mendengarnya tersipu. Ayu merasa malu, ia menikmati perlakuan hangat dari seorang istri, setelah ia bersetubuh dengan suaminya. Di kamar mereka pula.
“Masakan ibu enak, “ puji Ayu tulis.
Bu Ayu tersenyum. Ia mengelus rambut gadis muda itu.
“Ah masakan sederhana. Ayo dihabisi makannya. Nanti Ibu pinjam Bapak sebentar. Ibu mau ke rumah tetangga. Bantu hajatan, “ ujar Bu wati.
Mereka pun lalu menyegerakan makan. Tidak lama, Pak Tanba membantu bersiap-siap istrinya yang akan pergi. Pak Tanba memanaskan mobilnya. Dalam hati Ayu iri melihat kekompakan pasangan suami istri yang sudah membina rumah tangga selama 28 tahun itu. Tidak tampak Bu Wati bersedih hati, karena suaminya sekarang berhubungan dengan wanita lain, di depan matanya. Ayu melihat pengorbanan wanita Jawa sejati dari diri Bu Wati. Pak Tanba masuk sebentar.
“Ayu, bapak ngantar Ibu dulu ya, “ ujar Pak Tanba.
“Iya pak,” jawab Ayu. Pak Tanba menyempatkan diri mencium bibir kekasih mudanya itu. Melihat hal itu, Bu Wati terbersit rasa cemburu.
Pak Tanba dan Bu Wati pun pergi. Ayu menutup pintu rumah sederhana itu. Gadis muda itu kini sendiri.
Tidak ingin membuang waktu, ia mengirim pesan singkat dan email kepada rekan kuliahnya, menjelaskan bahwa ia tidak bisa masuk karena sakit. Lewat handphone-nya, Ayu pun mengecek beberapa e-mail yang sempat masuk. Rumah Pak Tanba memiliki halaman kecil di depannya, yang berdiri pohon jambu air. Rumah itu terletak di perkampungan padat penduduk. Dari dalam rumah, Ayu mendengar suara langkah kaki orang, anak kecil yang berlari-lari dan suara penjaja keliling. Suasana perkampungan ini amat beda dari rumahnya yang mewah di kompleks elit. Di bagian depan rumah Pak Tanba ada warung kelontong kecil milik Bu Wati. Warung itu tutup, karena penghuninya pergi.
Ayu sebenarnya ingin duduk di luar rumah. Namun, ia tidak mau kehadiran gadis muda sepertinya mengundang pertanyaan tetangga. Siapa dia? Keponakan Pak Tanba atau Bu Wati? Para tetangga tentu tidak percaya, karena tampang Indo-nya amat berbeda dari kedua suami istri itu. Mengisi kebosanan, Ayu memainkan games di hapenya.

Satu setengah jam kemudian, tepat pukul 09 pagi, ia mendengar deru mobil. Ia mengenali deru mobil itu, taksi pejantan tuanya, Pak Tanba. Meski telah lima kali berhubungan intim dengan lelaki tua itu, Ayu selalu bergetar saat membayangkannya. Bagaimana tubuh hitam besar tambunnya, senyuman dan suaranya, tangan kekarnya, hingga ke penis hitam panjang berurat Pak Tanba yang merenggut keperawanannya.  Ayu bergidik. Gadis muda ini mulai terangsang. Pintu terbuka dan Pak Tanba pun masuk. Lelaki tua perkasa ini tersenyum melihat kekasih mudanya sedang menunggunya.
“Lagi ngapain Ayu?” tanya Pak Tanba sembari menghampiri gadis muda yang duduk di karpet usang di ruang tamu.
“Lagi nungguin bapak,” jawab Ayu ringan.
Pak Tanba lalu duduk di dekat Ayu. Tangan kekar hitamnya memeluk tubuh Ayu dari belakang. Diciuminya leher belakang gadis muda itu, juga pundaknya. Ayu merasa terangsang.
“Bapak lama banget perginya, “ tangan Ayu membalas dekapan tangan kekar hitam lelaki tua itu.
“Tadi nemenin Ibu ke pasar bentar. Ayu nggak marah kan? “ canda lelaki Ambon itu, sembari menciumi leher Ayu dari belakang.
Bibir hitam tebal itu terus menciumi leher jenjang putih Ayu. Menjilatinya, memberikan kecupan ringan. Nafsu Ayu pun segera naik. Pak Tanba terus menjilati leher Ayu. Kedua tangan kekar hitamnya yang semula memeluk Ayu, kini telah meraba dan meremas dua buah dada Ayu dari balik kaosnya.
“aaaachhh’ Ayu mulai mendesah.
Remasan tangan Pak Tanba di payudara, serta jilatan di leher Ayu, membuat gadis muda ini terbuai. Tubuhnya lemas, ia lalu berada di dekapan tubuh hitam pejantan tuanya itu. Ayu kemudian mendongakkan kepala menoleh ke arah Pak tanba yang memeluknya dari belakang. Bibir merah Ayu yang sedikit terbuka, menjadi sasaran mulut Pak Tanba. Lelaki tua jantan ini segera mengecup dan mencipoknya.
“mmmffft” desahan Ayu tertahan oleh ciuman Pak Tanba.
Lidah mereka segera bertaut. Tangan Ayu meremas kepala botak lelaki tua itu. Bunyi cucupan dan cipokan lidah keduanya terdengar di ruang tamu kecil itu. Kedua tangan kekar hitam Pak Tanba masih aktif meremas payudara Ayu dengan lembut. Sesekali jari tangan kasar sopir taksi itu, memainkan puting Ayu dari balik kaosnya.
“Ahhhhh” ayu semakin terlena dengan permainan Pak Tanba.
Semenjak bertemu dengan Ayu, pengalaman seks Pak Tanba semakin mahir. Lelaki ini dulu hanya melakukan gaya misionaris saat menggauli istri tuanya. Kini Pak Tanba menjadi pejantan tangguh. Tidak hanya penis besar hitamnya amat perkasa, permainan foreplay pria tua ini juga meningkat. Sambil berciuman, tangan Ayu kini turun ke selangkangan lelaki tua itu. Dirasakannya batang perkasa itu telah membesar, seiring cumbuan mereka. Meski sudah lima kali merasakannya, Ayu tetap takjub akan penis besar berurat milik pria Ambon ini. Mulut dan lidah Pak Tanba pun sekarang beralih ke telinga Ayu. Telinga yang menjadi salah satu daerah sensitif gadis itu dijilati dan diciuminya. Ayu pun mendesah.
“Aaah gelii paak”
Vagina Ayu kini mulai basah dan gatal akibat permainan lembut Pak Tanba. Di tengah aktifitasnya menjilati dan menciumi telinga Ayu dari belakang, lelaki hitam besar ini membisikan sesuatu ke telinga Ayu.
“Tadi bapak beli sesuatu untuk Ayu, “ bisik Pak Tanba.

Ayu tersenyum. Ia berbalik menghadap Pak Tanba.
Dengan mata sayu menahan birahi, gadis muda ini bertanya,” Apa itu pak?”
Pak tanba tersenyum. Ia menciumi bibir mungil Ayu. Tangan mesumnya tetap mempermainkan puting Ayu yang makin mengeras.
“Kalo mau tahu, buka celana bapak” jawab Pak tanba mesum.
Ayu meringis.
“Loh katanya tadi beli sesuatu? Apa hubungannya dengan celana bapak?” ujar Ayu sembari merajuk.
Pak Tanba tertawa kecil.
Dengan gemas ia memencet putting Ayu, sehingga yang punya meringis.
“ Tadi Bapak beli jamu kuat, dengan telur dan madu. Bapak minum dan hasilnya ada di balik celana bapak, “ jawab Pak Tanba nakal.
“Ih bapak nakal,” rajuk Ayu, lalu mencium mulut Pak Tanba.
Lidah keduanya kembali bertautan. Meski Ayu merasa bau rokok di mulut lelaki tua itu, tapi Ayu menyukainya. Terasa jantan.
“Mau liat nggak?” tanya Pak tanba menggoda.
Pak Tanba lalu berusaha melepaskan celananya, sambil tetap duduk. Celana panjang itu segara turun hingga ke dengkul. Ayu membantu Pak Tanba melepaskannya, lalu membuang celana itu ke atas sofa di atas mereka. Kini Pak Tanba hanya mengenakan celana dalam murahan berwarna biru tua. Dari baliknya terlihat penis lelaki Ambon ini yang sudah menegang. Pak Tanba lalu membiarkan Ayu melepas celana dalamnya. Dan segara tampak batang penis hitam besar yang setengah tertidur. Ukurannya luar biasa, 19 cm. Penis itu dihiasi oleh bulu jembut lebat berwarna hitam. Kepalanya yang bulat besar bak jamur raksasa, tampak begitu indah. Terlihat pula buah pelir Pak Tanba yang masih kencang, diapit kedua paha gempal berwarna hitam dan berbulu. Dengan penuh nafsu Ayu memegang batang penis Pak Tanba dengan tangan kananya yang mungil. Diamatinya batang hitam setengah tertidur itu. Saat itu ukurannya sudah besar dan gemuk, apalai kalo sudah ereksi maksimal. Ayu lalu membungkuk mendekatkan wajahnya ke penis Pak Tanba. Diciuminya dan dihirupnya aroma kejantanan pria tua ini. Ayu kemudian mengarahkan kepala penis tumpul seperti topi baja itu kebibirnya. Lalu dimasukkannya ke dalam mulutnya.
“oooooh.” Pak Tanba mendesah nikmat, matanya terpejam saat mulut dan lidah Ayu menyapu kepala penisnya.
Ayu segera menjilati dan mengulum batang penis itu dengan pelan. Segera saja ukurannya membengkak dan membesar. Batang penis Pak Tanba segera mengacung tegang, bak kena strum. Ayu secara aktif dan lembut menjilati batangnya. Tak lupa lidah Ayu yang basah dan hangat, menjilati lubang kencing Pak Tanba. Pak Tanba terpejam. Mulutnya mengeluarkan desahan. Kedua tanganya secara aktir membimbing kepala Ayu agar bisa mengulum penisnya dengan sempurna. Sesekali mata Ayu melihat ekspresi kenikmatan lelaki tua itu. Terlihat seksi dan jantan di mata Ayu. Hari masih pagi, namun tubuh hitam besar Pak Tanba sudah mengeluarkan peluh yang membasahi kaosnya. Tak nyaman, lelaki Ambon ini melucuti kaosnya, hingga kini ia bugil. Tampak pemandangan erotis, ketika seorang gadis cantik berkulit putih, menghisap kemaluan lelaki tua bertubuh hitam besar tambun itu. Jilatan Ayu membuat penis Pak Tanba ereksi maksimal. Kini terlihat batang penis hitam besar itu mengacung dengan gagahnya, terlihat mengkilat karena air liur Ayu. Ayu terus mengulum penis hitam besar itu bak menjilati permen lollipop. Nafsu Pak Tanba sudah di ubun-ubun. Ia mendesah.

Saat itu tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari luar. Rupanya itu tetangga Pak Tanba yang ingin membeli sesuatu dari warungnya. Tetangga itu melihat dari luar rumah Pak tanba sepi, namun taksi pria Ambon ini terparkir di depan. Tanda ada tamu. Padahal di dalam, sang empunya sedang memacu birahi dioral oleh gadis simpanannya.
“Bu Watii… Pak Tanba..mau beli nih” teriak tetangga itu.
Pak Tanba yang sedang tanggung merasa kesal. Nafsu yang sudah diubun-ubun membuat kepalanya mau pecah. Tapi ia coba menjawab.
“Warungnya tutup.” Teriak Pak Tanba sambil menahan nafsu. Ayu tersenyum geli melihat pejantan tuanya yang sedang bugil dan memicu nafsu itu.
Tapi tetangga Pak tanba tak menyerah.
“Ayo dong pak.. butuh banget nih” teriaknya. Terdengar suara pria remaja.
Pak Tanba yang kesal pun lalu berdengus.
“Uh nggak tau lagi butuh dan tanggung nih, “ jelasnya kesal.
Ayu terkikik tertahan. Mata Pak Tanba yang sudah merah menahan nafsu sekilas menatap Ayu. Kedua jarinya membentuk isyarat untuk tidak bersuara.
“Sebentar ya sayang,. Ada gangguan” ujar Pak Tanba kesal.
Ayu mengerti. Ia lalu melepaskan pegangnya dari penis Pak Tanba. Pak Tanba terlihat gugup mencari celana dan kaosnya yang sudah terlepas. Ayu yang mengerti lalu menghambur ke dalam mencari sarung. Ia memberika sarung itu ke Pak Tanba. Pak Tanba nyengir memamerkan gigi putihnya. Ia lalu mengenakan sarung dan kaosnya. Ayu pun menghambur ke dalam kamar, agar tidak terlihat. Dengan kesal Pak Tanba membuka pintu rumah. Terlihat seorang bujang remaja berdiri di hadapannya.
“Mau beli apa?” tanya Pak Tanba dengan suara beratnya.
“Rokok pak. Dua bungkus untuk ayah, “ jelas sang remaja.
Pak Tanba lalu masuk ke dalam warung, mengambil dua bungkus rokok, lalu memberikannya ke remaja pria itu.
“ini” dengusnya
Pria remaja itu memberikan uang tiga puluh ribu rupiah. Sekilas dilihatnya muka hitam lelaki botak itu yang terlihat kusut. Keringat membasahi muka dan tubuhnya. Sang remaja pria tanpa sengaja melihat batang penis Pak Tanba yang mengaceng dari balik sarungnya. Sang pria tersenyum geli.
“Apa? Sudah dapet kan?’ Tanya pak Tanba ketus.
Anak pria itu berlari menghambur tanpa menoleh lagi. Pak Tanba pun kembali menutup pintu. Ia menguncinya dari dalam. Lelaki Ambon botak ini pun mengecek semua jendela dan lubang, memastikan tidak ada celah bagi untuk mengintip ke dalam. Lelaki tua ini lalu menuju ruang makan, membuka kulkas dan mengambil sebotol air minum. Ia meneguknya untuk menghilangkan kekesalan, haus dan nafsu birahinya yang tertunda.

Efek minum jamu kuat memang amat dahsyat. Pak Tanba butuh pelampiasan dan menumpahkan maninya ke dalam vagina Ayu. Pak Tanba lalu menuju kamar istrinya. Di sana terlihat Ayu yang tersenyum geli melihat kejadian tadi.
“hihi.. baru kali in Ayu liat bapak kesal. Serem juga. Baru keliatan orang Ambonnya, “ ejek Ayu.
Pak Tanba tersenyum. Lalu menghampiri Ayu. Mulutnya kemudian menyumpal mulut gadis muda itu dan menghujaminya dengan ciuman dan jilatan.
“Mau lihat bapak marah lagi? Tapi kali ini akan muasin Ayu, “
Pak Tanba lalu menciumi Ayu. Ayu pun membalas ciuman pejantan tuanya ini dengan jilatan dan sedotan. Jujur saja, Ayu pun tadi merasa nafsunya terputus.
“Ayu, kita main di kamar anak bapak aja ya. Di sana nggak pake ranjang. Cuma kasur. Lagian di sana nggak dekat jalan, jadi suara kita nggak kedengaran, “ rayu Pak Tanba dengan suara yang menahan nafsu.
Ayu mengangguk. Lelaki tinggi besar hitam ini kemudian membopong tubuh Ayu dengan tangan besar kekarnya. Dengan langkah pincang, Pak Tanba membawa tubuh Ayu ke kamar seberang, tempat anak bungsunya. Kamar ini sedikit lebih luas dari kamar Pak Tanba. Dengan sentuhan khas anak perempuan. Ada poster beberapa penyanyi terkenal di dindingnya. Pak Tanba menutup jendela kamar dan mengunci pintu. Ayu pun dengan sigap membuka celana pendek dan kaosnya hingga bugil. Kamar itu gelap, hanya diterangi cahaya matahari yang masuk dari celah-selahnya. Pak Tanba menyalakan kipas angin. Ia segera melepas kaos dan sarungnya. Kini tampak tubuh besar hitam tambun dengan perut gendut dan peler yang mengacung maksimal. Lelaki botak ini segera menghambur ke arah Ayu yang sudah berada di kasur kamar itu.  Suasana di luar rumah sunyi. Sekilas rumah itu tidak berpenghuni. Seluruh jendela dan pintu tertutup rapat. Namun, mobil taksi Pak tanba terpakrkir d luar. Orang ramai lalu lalang di dekat rumah Pak Tanba. Cuaca cukup terik dan hangat. Namun, tidak sepanas keadaan di kamar tidur anak Pak Tanba.Terlihat dua sosok tanpa busana sedang saling tindih. Yang berada di bawah adalah gadis muda cantik berkulit putih dan berbadan ramping, sementara di atasnya adalah pria paruh baya bertubuh hitam besar berkepala botak. Kedua tubuh itu sudah dibasahi keringat nafsu yang mebuat tubuh sang pejantan mengkilat. Sang pria besar hitam botak itu tanpa bergerak maju mundur di atas sang gadis. Kaki sang gadis mengangkang, dan mengapit pantat besar hitam sang pejantan. Mata gadis itu terpejam, semantara kedua tangannya berada di bahu sang pria. Tentu saja mereka adalah Pak Tanba dan Ayu yang sedang bersenggama. Tampak penis besar hitam perkasa Pak Tanba, sedang memompa vagina sang gadis.

Sudah dua puluh menit persenggamaan itu berlangsung. Ayu pun sudah orgasme. Namun, Pak Tanba masih perkasa membobol vagina Ayu. Terdengar suara cipokan akibat pertemuan antara batang penis Pak Tanba dengan vagina Ayu yang sudah sangat becek. Juga desahan mereka terdengar keras memacu birahi. Ayu yang terpejam amat menikmati persetubuhan kali ini. Dan sebenar lagi orgasme kedua pun menghampiri sang gadis.
“ aaaaaaahhhhhhh” Ayu menjerit.
Muncratan cairan orgasme keluar dari vaginanya menjepit dan meremas penis Pak Tanba. Namun Pak Tanba masih belum mencapai puncak. Ia menghentikan sebentar genjotannya menikmati remasan vagina Ayu yang orgasme. Efek jamu kuat itu sungguh luar biasa. Pria paruh baya yang dalam keadaan normal sudah perkasa itu, makin seperti kuda liar. Penis besar hitamnya masih perkasa. Pak Tanba lalu membisiki Ayu untuk berganti posisi. Ayu yang sudah lemas, hanya mengangguk. Dalam hati ia ssudah sangat lemas, vaginanya sudah pegal. Namun, ia bangga melihat stamina luar biasa pak Tanba. Pak tanba lalu mencabut penis hitam besarnya. Batang penis berurat dengan kepala bulat besar bak helm tentara itu, terlihat mengkilat akibat cairan orgasme Ayu. Pak Tanba lalu duduk dan meminta Ayu mendudukinya. Posisi woman on top. Ayu yang sudah lemas, dibimbing Pak Tanba. Ayu menduduki paha gempal Pak Tanba, lubang vaginanya dikuakkan, lalu dimasukkannya penis besar hitam Pak Tanba yang berdiri tegak. Perlahan-lahan batang penis besar itu amblas ditelan vagina Ayu yang sudah melebar.
“aaaaagghhh” desah Pak Tanba.
Ayu melingkarkan tangannya ke leher dan bahu kokoh lelaki hitam besar ini. Sementara kedua tangan Pak Tanba melingkar di pinggang ramping Ayu. Ayu yang lemas hanya menerima sodokan penis Pak Tanba dari bawah. Pak Tanba menggenjot keras, menimbulkan bunyi ciplokan akibat pertemuan antara kedua kelamin, serta paha gempal Pak tanba dan pantat Ayu.
“ ooh..ophhh”
Terdengar desisan bak orang kepedasan dari mulut Pak Tanba. Mulut lelaki jantan ini tak diam. Ia lalu mencium dan mengkulum bibir Ayu. Ayu yang lemas membalasnya dengan cipokan dan jilatan mesra. Dua lidah mereka bertemu, air liur mereka menetes. Sesekali muulut Pak Tanba menghisap dan menyusu payudara Ayu secara baergantian. Perbuatan Pak Tanba ini membuat nafsu Ayu kembali bangkit. Lidah kasar Pak Tanba juga menjilati kedua putting ranum Ayu yang sudah keras bergantian.
Ayu pun tak ketinggalan memberikan rangsangan kepada pejantan Ambonnya ini. Lidahnya menjilati telinga dan leher hitam Pak Tanba yang basah oleh peluh. Terasa asin keringatnya.

“ahhh…aaahhh”
Tak lama Ayu pun merasa akan mencapai orgasme ketiga. Tubuhnya mulai menegang. Pandangan gadis ini mulai kabur. Vaginanya mengendut keras. Diringi suara keras, Ayu pun menjerit. Ini adalah tenaga terakhirnya.
“aaaaahhh…mmmffft” Desahan Ayu tertahan oleh ciuman Pak Tanba.
Ayu mengejan. Vaginanya meremas keras penis besar hitam Pak Tanba. Lalu keluarlah orgasme dahsyat gadis muda ini.
“Crott..crott”
Di sisi lain, Pak Tanba pun mulai mencapai puncak kenikmatannya. Genjotannya semakin kasar, cepat tak beraturan. Tubuhnya menegang. Seluruh otot tubuh nya mengencang. Otot di leher dan dahi Pak Tanba keluar. Batang penisnya semakin membengkak dan diringi geraman keras, lelaki hitam besar ini menyodok penisnya sedalam-dalamnya ke lubang vagina Ayu di atasnya.
”argggghhh,,, arfggghh ooooh”
“Croott.crott.crrooot” berkali kali Pak Tanba menembakkan air mani kentalnya secara banyak ke rahim Ayu.
Tampak cairan pembuat bayi itu mengalir dari lubang vagina Ayu, bercampur dengan air orgasme Ayu. Menetes ke pangkal penis dan paha Pak Tanba.Kedua insan ini mengatur nafas yang tersengal-sengal.
Ayu yang masih berada di pangkuan Pak Tanba terduduk lemah lunglai. Tenaganya kali ini benar-benar terkuras oleh stamina ampuh Pak Tanba yang meminum jamu kuat. Penis besar hitam Pak Tanba masih tertanam di vagina Ayu. Lelaki tua botak ini lalu membaringkan Ayu di kasur anaknya. Barulah pria ini mencabut penisnya keluar. Batang hitam besarnya terlihat mengkilat akibat campuran mani dan air vagina Ayu. Gadis cantik ini amat lemas,namun puas. Ia segera merebahkan diri. Sementara Pak Tanba terbaring di sampingnya. Tubuh hitam besar gendutnya tertidur dan tergeletak di samping Ayu. Lelaki ini puas setelah membasahi rahim Ayu dengan bibitnya. Ia bertekad menghamili gadis ini. Namun Pak Tanba tak tahu rahasia cincin perawan Ayu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10:30 siang.

Bersambung...
By: Monsieur Djoe

0 Response to Cincin Perawan 4

Posting Komentar