- Cerita ini adalah khayalan belaka , tak ada kaitan dengan tokoh manapun dalam kehidupan sebenarnya
- Nikmatilah cerita ini dengan rileks , buanglah kepenatan setelah berjuang seharian mencari sesuap nasi
- Boleh dinikmati sekali , dua kali atau tiga kali sehari - tak ada keharusan pemakaian dengan resep dokter
- Dapat dinikmati sebelum makan , disaat makan atau sesudah makan , tidak akan mengganggu lambung
- Boleh dinikmati dengan busana resmi-lengkap , pakaian bebas , pakaian daerah , juga boleh tanpa baju
- Dapat dinikmati dalam posisi duduk , berdiri , tiduran , terlentang , terlungkup , atau bahkan nungging
- Boleh dibaca dikamar tamu, dikamar makan, dikamar mandi, dikamar tidur, tapi jangan dikamar kerja
- Baca sendirian boleh tapi pasti lebih mantab bersama partner dan keduanya berpakaian ala Adam & Eva
- Ilham cerita dari CWK GNS - di tulis menjadi cerita oleh CWK GTL - tambahan foto-foto dari CWK GNS
- Sebagai finishing touch dikoreksi, diberi bumbu lezat dan ditambahkan foto dimana perlu oleh CWK SDS
EPILOG
Cerita ini adalah lanjutan dari kisah hangat pernah di rilis diawal blogs yang semarak memenuhi cyberspace Nusantara. Pernah dimuat di weblog "ah-uh.tk" dengan judul "Desahan Santi dkk." , Hampir dalam waktu bersamaan tampil pula di weblog "17 Tahun.com" serta "Sawomatang.com" dan masih ada beberapa weblogs lainnya yang kini sudah almarhum. Tentunya tak terlupakan pula pernah muncul di-blog asuhan boss Shusaku namun judulnya diganti oleh sang pengarang menjadi "The Hottest Liveshow". Penasaran ? Silahkan tanya karena pasti boss Shu tahu persis cerita apa dimaksud - atau research sendiri sambil baca cerita-cerita lama tak kalah hot dengan yang baru.
########################
Preview
tiga orang gadis cantik rupawan dari kalangan upper class (the beauties) memenuhi undangan rekan sekuliah Erwin yang kaya raya untuk "sukarela" melakukan orgy dan bahkan bergantian di-gangbang oleh lima orang kuli pekerja kasar pekerja (the beasts) dari perusahaan milik orang tua Erwin di rumah yang juga masih satu kompleks dengan pabriknya di kota Bandung. Kini beberapa tahun telah berlalu dan ketiga gadis yang bernama Santi, Sandra dan Ivana telah lulus kuliah , telah sukses dalam kehidupan karier mereka dan dua orang telah menemukan jodohnya , sedangkan yang seorang masih tetap sendirian karena mungkin memang "berat" jodoh" dan agaknya lebih mementingkan kehidupan bebas.
Setelah mereka menempuh jalan kehidupan masing-masing secara kebetulan mereka pernah bertemu dan berkumpul kembali - reunian kecil katakanlah tanpa partner mereka. Dalam pertemuan dengan percakapan bebas itu muncul kenangan disaat mereka mengalami peristiwa di rumah Erwin , dan dengan ke-genitan wanita dewasa yang tak kalah dengan kegenitan ABG mereka saling menceritakan kembali apa rasa tubuh mereka disaat orgy party di rumah teman pria mereka itu. Bagai anak kecil tak mau kalah dengan temannya membanggakan mainan baru , mereka berusaha membandingkan apa dan bagaimana bentuk badan kuli kuli yang menggarap tubuh mereka, bahkan bau badan, mulut, kemaluan serta sperma yang terpaksa (?) mereka telan juga dijadikan bahan pergunjingan. Mereka secara bebas menceritakan kuli mana (nama tepatnya sang kuli sebagian sudah mereka lupakan) yang menurut mereka masingmasing paling "hebat" dan jago sanggup membangunkan gairah mereka. Tanpa disadari mereka sampai membandingkan rasa yang dialami disaat dipaksa (?) orgasmus berulang-ulang baik saat digarap berulang , bergantian dan massal sekaligus.
Sebagaimana wanita modern ketika berkumpul sesama jenis mereka sambil tertawa geli dan terbahak amburadul mnceritakan bagaimana fantasy mereka setelah peristiwa di rumah Erwin. Akhirnya mereka berkesimpulan dan secara jujur mengakui satu sama lain bahwa kejadian tersebut mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sex mereka.
Mereka berterus terang satu sama lain bahwa tidak mau untuk dijadikan seterusnya budak sex didalam kehidupan suami istri. Namun misalnya suami mereka disaat ML ingin bermain "sandiwara" memaksakan hubungan sex baik secara halus maupun (agak) kasar dan untuk semalam dijadikan budak sex yang harus patuh dan menyerah atas kemauan dan diapakan saja oleh suami (asal tak sampai luka) maka tak ada satupun yang menolak......
Setelah reunian tak resmi itu mereka kembali sibuk dengan tugas sehari-hari, juga tugas diranjang melayani suami, dan tanpa disadari kenangan di saat mengalami orgy itu menambah semaraknya ML dengan sang suami.
.
Sequel ini adalah kelanjutan hidup mereka yang mungkin karena sudah suratan takdir memiliki episodes tak kalah hangatnya dibandingkan dengan pengalaman mereka di rumah teman mereka ketika menghadapi kelima kuli kasar itu.
Dibawah ini adalah pengalaman dari Santi.
############################
Mobil Peugeot 308 Luxus Edition berwarna light green silver metallic memasuki halaman dan garasi sebuah villa mewah di kompleks perumahan elite diluar kota Jakarta. Setelah mobil memasuki garasi keluarlah pengendaranya, seorang wanita ayu manis bertubuh ramping namun padat sekal bahenol kata orang Sunda. Dilepasnya kaca mata mahal khusus penahan sinar matahari model terbaru merk Yves St. Laurent, lalu dengan langkah gemulai wanita cantik ini masuk kedalam rumah melewati pintu penghubung antara garasi , ruang kecil tambahan diantara dapur dan ruang tamu. Sesampainya diruang tamu dihempaskannya tubuhnya yang sintal keatas sofa , diletakkannya kunci mobil dan kunci rumah yang menjadi satu dalam portemonaé kulit asli dengan initial VSO - dan ini merupakan singkatan dari nama si wanita : Valentina Santi O.............. Sepatunya yang ternyata juga model terakhir dari mode Italia "Salvatore" terlepas sehingga terlihat kaki yang kecil dengan jari-jari mungil dan kulit telapak licin berwarna agak kemerahan. Di pergelangan kaki kanannya terdapat lilitan kalung amat tipis halus berwarna keemasan dengan tulisan gravur "Belong to my love, Edo".Wanita cantik dengan nama panggilan sehari-hari "Santi" ini masih single dan hidup sendirian hanya dengan pembantu tua bernama Misem, villa tempat tinggalnya adalah milik sendiri yang dibelinya satu tahun lalu. Santi adalah wanita pengejar karier, sarjana ekonomi lulusan perguruan tinggi terkenal di Bandung , selain itu mempunyai tambahan titel MBA (Master of Bussiness Administration) dari Universitas Nyenrode Breukelen Utrecht, di negeri Belanda. Ia melanjutkan study-nya di Belanda karena kebetulan tantenya yang menikah dengan orang Indo telah bermukim lebih dari tigapuluh tahun disitu. Oleh karena sarjana lulusan Belanda umumnya multi lingual maka Santi selain fasih berbahasa Inggris, juga lancar dalam bahasa Belanda, Jerman serta Perancis.Dengan modal seperti itu dan pergaulan yang cukup luas sejak ia sering survey dan research untuk memperoleh ijazah S3 (PhD) tak heran setelah kembali di Indonesia Santi yang memang sangat intelligent itu langsung memperoleh pekerjaan dan posisi sangat tinggi di sebuah Bank Internasional di daerah Jakarta Selatan Kompleks World Trade Centre. Posisinya itu hanya dalam waktu setahun sudah melonjak mencapai Vice Director , titik berat kegiatannya adalah dalam bidang valuta asing [forex], juga semua yang menyangkut persoalan asuransi, dan terutama ia selalu menjadi penghubung penting bagi nasabah orang asing , karena kepandaiannya dalam pelbagai bahasa. Kecantikannya dan keramah tamahannya namun disamping itu penampilan yang anggun disertai ketegasan membuat semua orang sangat hormat padanya. Dalam meeting yang dilakukan setiap minggu di ruangan conference direksi , dimana dengan hubungan langsung satelit dapat berdiskusi dengan bank-bank asing LN, terlihatlah bagaimana Santi tanya jawab dan berceramah begitu lancar dalam pelbagai bahasa asing , sehingga direktur sendiri merasa iri dan segan terhadap wanita karier ini. Tak perlu ditanyakan lagi bagaimana pendapatan Santi dengan kedudukannya yang tinggi itu, selain villa yang dimiliki, mobil Peugeot untuk sehari-hari serta Daimler Mercedes Benz SLE - AMG tuning untuk keperluan resmi, juga uang tabungannya di pelbagai bank di empat benua (Amerika, Australia , Asia dan Eropa) cukup dipakai tujuh turunan hidup di Indonesia.
Di rumahnya yang mewah berbentuk villa itu juga dilengkapi dengan ruangan fitness serta sauna, dimana Santi setelah letih bekerja selalu memelihara kesehatan tubuhnya. Oleh karena itu tubuhnya tetap elok dan langsing, buah dada membusung dengan ukuran 36B , pinggul dan bulatan pantat sangat membangunkan gairah lelaki , apalagi jika sedang berjalan terlihat mengayun dan bergoyang alamiah bagai terputar kekiri kekanan namun tak di buat-buat seperti pelbagai penyanyi dangdut pengebor diatas panggung. Tak ada kesan bahwa goyangan paha dan pinggul itu menghentak-hentak, namun lemah gemulai bak penari puteri keraton setelah latihan bertahun tahun. Santi memejamkan matanya dan berusaha melupakan pekerjaannya di hari Jum'at ini setelah sibuk dengan meeting dengan team direksi dari Hongkong , selain itu juga tiga nasabah lelaki dari Afrika dan Timur Tengah.
Sebagaimana sering terjadi maka nasabah dari pelbagai Timur Tengah serta benua Afrika agaknya kurang atau belum dapat menerima bahwa seorang wanita muda cantik jelita menjabat kedudukan tinggi. Mereka sering sekali berusaha untuk mengabaikan bank employé jika itu seorang wanita , juga setelah mengetahui bahwa si wanita itu kedudukannya sangat tinggi dan intelligent maka mereka berusaha pelbagai cara untuk merayu. Yah sudahlah fikir Santi selalu - mereka datang dari belahan dunia lain , selain itu mungkin sekali akibat tradisi ribuan tahun rendahnya posisi wanita masyarakat disana dan keyakinan yang di-anut mempengaruhi sifat mereka. Rasa kesebalan Santi terhadap nasabah itu pudar ketika nasabah terakhir yang datang tak terduga sama sekali adalah teman akrab sejak kuliah yang sudah beberapa waktu tak berjumpa : Sandra ! Sudah agak lama juga Sandra tidak ke bank tempat Santi bekerja , biasanya yang lebih sering datang adalah suaminya Sandra yaitu Hendra karena urusan transfer uang asing yang berhubungan dengan urusan bussiness. Hendra pernah mengalami kesulitan dalam persoalan transfer valuta asing namun atas bantuan Santi maka semua dapat diselesaikan tepat pada waktunya , sehingga urusan bussinessnya tetap lancar tanpa gangguan hingga kini. Sebagai rasa terima kasih maka Hendra pernah mengajak Santi makan malam disebuah restoran sangat mewah di complex pusat perbelanjaan mahal setelah keduanya selesai dengan tugas di tempat kerja masing-masing. Diner khusus sangat luxus yang terdiri dari enam babak itu disertai pula dengan champagne Chardonnay Chateau Provance Perancis dengan harga satu botolnya melebihi lima setengah juta Rupiah. Pada saat itu Sandra sedang ikut tour keliling Eropah Selatan dan Laut Tengah selama dua minggu bersama dengan rombongan kaum wanita berdompet tebal.
Hendra tak dapat ikut karena kebetulan sedang sibuk sekali mengurus proyek baik di Indonesia maupun beberapa negara lain di Asia Tenggara , jadi setelah pulang kerja cukup penat merasa kesepian. Santi yang sampai saat itu juga masih lajang tanpa partner pasti karena terlalu sibuk pula dengan urusan karrier sendiri terkadang kesepian pula setelah sibuk dengan urusan perbankan internasional. Dua insan nan kesepian itu terbawa pengaruh latar belakang musik romantis selama makan malam bersama, ditambah aperitif Kir Royal dan champagne, akhirnya turun ke lantai dansa menjelang tengah malam , dan tanpa menyadari penuh kelanjutannya memasuki kamar tidur yang sama di hotel kelas internasional bintang enam yang terletak di seberang complex perbelanjaan mahal itu.
Perselingkuhan yang berlangsung beberapa jam itu rupanya tak hanya berlangsung sekali , karena Hendra yang telah mencicipi lezatnya "jajanan" kelas satu ini menjadi ketagihan. Terutama kepandaian Santi mengoralnya sedemikian rupa sehingga Hendra merasakan terbang dilangit ke tujuh. Istrinya sendiri, Sandra juga pandai sekali mengoralnya, namun Santi dengan kuluman dan kocokannya cepat dapat membuat Hendra hampir mencapai puncak. Berbeda dengan Sandra istrinya maka Santi justru menghentikan kegiatannya , tak dibiarkannya Hendra mencapai orgasmus, membuat Hendra ter-engah² mengharapkan kepuasan. Setelah Hendra mulai mereda ketegangan ereksinya maka Santi memulai kembali kepandaiaan mulut , bibir dan lidahnya sehingga Hendra seolah² dipaksa kembali menaiki keterjalan puncak gunung yang justru baru dituruninya. Beberapa kali Hendra diperlakukannya sedemikian rupa, dan setelah Hendra penasaran merespons memakai gaya posisi 69, barulah akhirnya keduanya mencapai orgasmus bersama - pengalaman ini membuat Hendra bagaikan kecanduan hebat. Dimana ada kesempatan Hendra selalu ingin bertemu lagi dengan Santi , namun Santi merasa tak enak hati karena Sandra adalah teman lamanya, sehingga dengan pelbagai alasan selalu ia berusaha menghindar. Oleh karena itu perselingkuhan Hendra dengan Santi "hanya" sempat berlangsung sebanyak tiga kali - namun perselingkuhan ketiga terjadi di hotel Grand Melia tanpa disadari keduanya terlihat oleh salah seorang cleaning service yang mengenali Hendra karena adik wanita cleaning service bekerja dirumah Hendra sebagai pembantu. Tanpa mereka ketahui maka cleaning service ini membuat beberapa foto dengan HP-nya ketika mereka sedang check-in , bersama-sama masuk lift , berjalan gandengan di corridor dan masuk kedalam kamar tidur bersama. Foto ini diperlihatkan oleh si cleaning service kepada adik perempuannya yang tentu saja gossip dan menceritakan lagi kepada majikannya yaitu Sandra. Tentu saja dengan segala macam taktik Hendra diawal mula membantah persoalan perselingkuhannya itu sampai diperlihatkan fotonya dihotel barulah Hendra mengaku dan sekaligus berjanji bersumpah untuk tak akan mengulang perselingkuhannya dengan Santi. Namun Sandra yang sedang mengalami schock karena belum lama dilecehkan oleh mang Usep, Andang, Kyai Musiroh dll. (baca kisah Sandra sebelum ini) merencanakan untuk "membalas" perselingkuhan suaminya itu.
Sandra tak segera menemukan jalan bagaimana membalas perbuatan Hendra suaminya karena ia sendiri kesulitan berada dalam kekuasaan dan cengkraman mang Usep dkk. Sehingga fikiran nakal dan cemburunya sementara diarahkan kepada teman lamanya Santi yang semakin lama semakin sukses dibidang karrier , namun agaknya belum berniat mengikatkan dirinya di dalam jenjang pernikahan. Benak Sandra berusaha mencari jalan bagaimana menjebak Santi agar menjadi mangsa kumpulan lelaki-lelaki kasar seperti yang telah dan sedang dialaminya - dan untuk itu hanya tinggal menunggu waktu dan tempat yang baik. Akhirnya Sandra merencanakan untuk "membagi nasibnya" dengan Santi di villa baru milik Hendra terletak antara Puncak dan Cipayung, dan kesempatan itu ternyata datang lebih cepat daripada semula diduga. Tentu saja harus diatur di saat Hendra berada di LN dan para tokoh lelaki 'beast'-nya sedang tidak sibuk bekerja di pembangunan. Kebetulan seminggu setelah perayaan Imlek seperti lazimnya hampir tiap tahun hujan deras tak henti²nya sehingga Jakarta sampai ke Bogor dan Bandung pun dimana-mana banjir dan kegiatan pembangunan oleh kontraktor juga terpaksa dihentikan sementara sejak hari Rabu. Sandra yang bertemu Santi di Bank Internasional di tempat kerjanya mengajak temannya untuk week-end di villa Hendra yang memang belum pernah di kunjungi oleh Santi. Tak terfikir oleh Santi bahwa ia akan mengalami jebakannya Sandra dan "de-ja-vu" seperti beberapa tahun lalu. Santi menelan beberapa beberapa teguk air juice merk 'Jilliz' yang dingin karena baru diambilnya dari lemari es, rasa campuran buah citrun, anggur dan apel manis Italia itu memang sangat di senangi dan menjadi favoritnya. Lamunan Santi mengarah ke jurusan lain yaitu pertemuannya beberapa hari lalu juga ditempat kerjanya dengan pria ganteng , seorang dokter ahli bedah tulang keturunan Indo Belanda bernama Dr. Jimmy van de Lange. Sesuai dengan nama "de Lange" yang dalam bahasa Belanda berarti panjang, memang dokter ini badannya tinggi besar untuk ukuran Asia/Indonesia : melebihi 1,95 meter, gagah tegap atletis dengan berat badan hampir 100 kilo, namun sama sekali tak terlihat gemuk atau berlemak, semuanya hanya otot² keras karena ia selalu berolah raga. Kedatangan Jimmy ke Indonesia adalah dalam rangka kerjasama penukaran tenaga ahli di bidang bedah tulang, terutama yang menyangkut persoalan operasi koreksi kelainan tulang punggung yang diderita kanak² sejak lahir. Dokter yang berusia sedikit lebih tua daripadanya itu telah dikenalnya sepintas ketika masih kuliah di Belanda, di saat pesta malam Tahun Baru dengan para mahasiswa/-siswi yang tergabung dalam perhimpunan mahasiswa/i internasional Amsterdam. Dengan cepat mereka terlibat dalam percakapan mengasyikkan karena ternyata Jimmy memiliki darah Indo campuran Indonesia Belanda dan sedikit Chinese sehingga masih sangat fasih berbahasa Indonesia. Bukan hanya soal bahasa ternyata karena ibunya Jimmy berasal campuran Jawa Menado maka ia masih kenal dan menyukai segala macam makanan dari pelbagai daerah di Indonesia. Masih terkenang oleh Santi saat Jimmy mendekapnya erat² ketika mereka dansa Wiener slow-waltz menjelang dentang jam tengah malam memasuki pertukaran tahun baru. Setelah meneguk champagne dari tangan yang saling melibat sebagaimana kebiasaan dipelbagai negara Eropah Barat, Santi yang untuk ukuran wanita Asia cukup tinggi, namun hanya setinggi bahu partner dansanya itu merasakan Jimmy mengecup dahinya dengan lembut mesra kemudian kecupan itu menurun ke pipi dan akhirnya merangkuh bibirnya yang basah merekah. Santi telah sering merasakan ciuman pria sejak masih kuliah di Indonesia, namun kali ini dia merasakan ciuman mesra dokter Indo muda tampan ini "lain daripada yang lain". Terasa bahwa ciuman itu mesra sekali , hangat dan passionate sebagaimana seorang pria mencium kekasihnya , namun juga tidak kasar atau tergesa². Saat itu Santi merasakan tubuhnya agak lemas, gemetar dan "melayang" , namun itu dianggapnya karena ia telah meneguk champagne sebelumnya. Setelah itu mereka berpisah kembali dan meskipun masing² telah mencatat nomor tilpon serta alamat e-mail , namun karena kesibukan masing-masing , terutama setelah Santi kembali ke Indonesia , maka akhirnya hubungan mereka terputus. Tak diduganya beberapa hari lalu Jimmy muncul ditempat kerjanya untuk mengurus soal asuransi kesehatannya yang diperlukan selama ia berada di Indonesia , dan karena kebetulan Santi berada ditempat , maka oleh rekannya ia diminta menangani seluk beluk soal yang memang merupakan bidang keahliannya. Dengan spontanitas sebagai seorang Indo maka Jimmy menyapa Santi dan bersalaman saling berjabatan tangan, disaat mana dengan galant Jimmy menunduk dan mencium tangan Santi menyebabkan yang terakhir ini tersipu mulai merona merah pipinya. Hal ini belum pernah dialami dari nasabah manapun dan tentunya hal ini diperhatikan oleh rekan-rekannya yang lain
Lamunan Santi terganggu ketika ponsel-nya berdering , dan dilihat dari display-nya bahwa yang menilpon adalah Sandra, dan ini memang sesuai dengan janjinya akan menilpon di hari Jum'at ini untuk pergi bersama.
"Hi Santi, udah pulang, sendirian aja dirumah, lagi ngapain, yuk kita makan diluar barengan mau engga ?", tanya Sandra dengan suara khas logat Betawi.
"Uuuh, gue masih capek nih, lagian belon lapar banget, mau makan dimana sih, ada tempat makanan baru yang enak dan gue belum tahu ?", demikian balas Santi, masih dalam setengah melenggut karena ngantuk.
"Hmmmmh, kemana ya , tempat makanan yang kita belum pernah cicipin , ntar gue tanya sopir , ngkali dia tahu, tapi ngomong-ngomong jadi kan kita beberapa hari ke villa gue di luar kota, sumpek banget kan dirumah aja, mana selalu dikepung banjir", lanjut Sandra yang mulai memasang jeratnya.
"Iya sih bener juga, sumpek dirumah , tapi di villa loe yang baru ada apa aja sih , kan katanya waktu itu belon jadi semua ?", balas Santi yang terpaksa melawan kantuknya karena terus diajak bicara.
"Baru aja kemarin jadi, yang penting ada kolam renang air panas diluar , selain itu di bawah tanah juga ada sauna gede untuk delapan orang, selain itu ruangan spa khusus untuk kita berduaan, fitness, pokoknya siiiip lah", bujuk Sandra yang merasa yakin bahwa rencana untuk "membagi nasib"nya sebagai budak sex kepada temannya, juga sekaligus sebagai "pembalasan" karena Santi berselingkuh dengan suaminya beberapa kali.
"Oke lah, semau loe aja, kalo emang ada tempat makan enak yang gue seneng menunya mau juga gue ikut, tapi untuk ikut ke villa loe ya gue mesti tuker pakaian dulu, lagian mesti bebenah bawa baju di suitcase dan koper, kan maksudnya nginep dua tiga hari ?", sahut Santi sambil setengah duduk melihat arlojinya merk Mido.
"Gue denger-denger ada restoran baru khas makanan Parahiangan di dekat "Duck King" yang dulu sering kita mampir abis belanja, inget engga, gue belon pernah ke situ , kita nyobain mau engga. Buat nginep di luar kota engga usah bawa baju banyak, kan badan loe ama badan gue engga beda banyak , bisa pake pakaian gue. Lagian disitu engga ada orang lain , jadi kita mau telanjang seharian juga engga ada yang protes , pokoknya santai aja , gue jemput sama sopir sekitar satu jam lagi pasti loe udah siap kan?", sambung Sandra tak ada putusnya menyebabkan Santi malas untuk berdebat dengannya, dan beranjak bangun menuju kamar tidur untuk mempersiapkan kopernya.
"Iya lah, gue ngikut aja, tapi kalo gue udah bosen di villa , loe jangan marah ya jika gue pulang duluan sendirian , dan sopir loe boleh kan gue minta anterin gue pulang ?", tanya Santi yang sebenarnya masih agak ragu ikut.
"Siiiip lah, pokoknya kalo loe sampe bisa ampe bosen nginep di villa gue kali ini, gue ngga tau lagi deh apa hobby loe saat ini, gue jamin loe akan puas dan justru bisa ketagihan tiap waktu pengen balik lagi", jawab Sandra.
Santi hanya mendengarkan kalimat terakhir ini dengan setengah telinga dan tak mencoba menelaah apa arti serta maksud lebih mendalamnya Sandra, dianggapnya memang sahabat lamanya itu sangat senang ngoceh semaunya.
Setelah ragu sebentar maka Santi akhirnya menukar juga baju yang dipakainya karena terasa sudah agak pekat dipakai seharian kerja. Dipakainya gaun mini berwarna biru muda yang mencapai atas lututnya, dan kalau ia duduk maka gaun itu akan naik tersingkap memperlihatkan lebih dari sepertiga paha mulusnya yang putih halus.
Untuk bagian atasnya Santi mengambil keputusan memakai blouse berwarna putih agak cream kuning muda yang kancing teratas tak dipasangnya karena memang udara diluar agak panas, sehingga jika Santi menunduk maka terlihatlah belahan buah dadanya terlindung BH tipis sehingga puting susunya akan "mencetak" dibawah blouse. Sebagaimana telah diduga maka Sandra baru datang dengan sopirnya bernama Murad sekitar dua jam kemudian karena akibat banjir dimana-mana maka mereka harus mengambil jalan lain, dan dimana-mana sebagaimana biasa Jakarta selalu macet. Santi memeriksa sekali lagi semua pintu dan jendela rumahnya, semua sistim alarm diaktifkan dan pembantu kepercayaannya Misem yang sudah tua di pesan wanti-wanti agar hati-hati tak membuka pintu rumah untuk siapapun yang tak dikenal. Diberikannya pembantunya itu uang saku extra untuk belanja lebih untuk seminggu, dan sesudah itu barulah Santi memberikan kopernya kepada Murad, kemudian mereka berangkat dengan memakai mobil SUV Volvo milik Sandra. Pertama-tama mereka menuju ke tempat pusat makan (food court) di PIM, dan memang ternyata disitu ada restoran yang Sandra sebutkan. Kebetulan memang Santi sangat memilih dalam soal makan daging , ia lebih senang sayuran karena membuat semua kulit tubuhnya halus dan tak cepat keriput katanya. Sedangkan Sandra tak begitu perduli soal mutu atau gizi makanan, asal enak semuanya dinikmatinya. Agak lama juga mereka duduk makan minum disitu sehingga akhirnya mereka diperingatkan oleh Murad dengan mengatakan bahwa perjalanan mereka masih cukup jauh, dan terutama karena musim hujan maka dimana-mana banjir.
Ketika jam dinding di restoran hampir menunjukkan setengah tujuh petang barulah kedua wanita muda elite itu meninggalkan restoran lalu menuju tempat parkir mobil , dimana Murad telah lama duduk dan berulang-ulang melihat arah arlojinya. Diperkirakannya bahwa paling cepat mereka akan sampai di tujuan sekitar setengah sembilan, tapi kalau harus jalan putar apalagi sampai terpaksa harus lewat tol ke arah Bandung dahulu, lalu dari situ balik ke arah Puncak maka ada kemungkinan mereka baru tiba satu dua jam lebih lambat lagi. Di dalam mobil Sandra adalah yang selalu mengambil inisiatif untuk berbicara ngobrol ngalor ngidul, sedangkan Santi sudah terlalu letih dengan tugas kantornya seharian sehingga hanya menjawab seperlunya saja. Akhirnya kegelapan telah menguasai alam sehingga tak ada yang dapat dilihat diluar. Selain itu hujan rintik-rintik menyebabkan Murad tak berani mengendarai terlalu cepat dengan akibat suasana di mobil semakin menjemukan. Untuk sedikit menyenangkan perjalanan maka Sandra meminta Murad memutar musik modern cukup berisik, namun Santi menanyakan apakah tak ada jenis musik lebih tenang. Akhirnya setelah mencari-cari dan tak menemukan musik yang cocok barulah Santi ingat bahwa ia membawa USB-stick dengan isi melodi bernada slow, campuran setengah klasik ringan dengan diselang seling lagu romantis, lalu diberikannya kepada Murad untuk segera di-play.
"Hmmm, gue engga nyangka loe masih senengnya lagu-lagu kaya ginian, ituh kan lagu zaman baheula. Gue engga ngarti loe gitu romantis dan begitu banyak cowok yang pasti naksir , juga pasti ada babe-babe kelas kakap, tapi koq loe masih sendirian terus , mau cari yang gimana sih ?", demikian Sandra berusaha memulai percakapan kembali.
Santi hanya tersenyum dan tak menjawab pertanyaan temannya itu, selain ia terlalu ngantuk dan juga mereka telah sering berdiskusi soal itu tanpa ada solusinya , karena watak keduanya memang sangat berbeda. Kembali ia memejamkan matanya menikmati musik favoritnya, dan anehnya kini muncul kembali wajah ganteng Jimmy !.
Untunglah di mobil itu sudah gelap sehingga Sandra tak melihat senyum kecil disudut bibir Santi yang melenggut. Setelah itu mereka tak banyak bercakap-cakap lagi di mobil, diluar sangat gelap sehingga tak terlihat apapun, hujan semakin lama semakin deras sehingga mengatasi bunyi musik, Murad harus konsentrasi penuh mengendarai kendaraan. Santi yang telah letih sepanjang hari lelap tertidur. Hanya Sandra yang tetap sadar dan otaknya terus merancang bagaimana mengatur pesta gangbang yang diharapkannya akan lebih hangat dari beberapa tahun lalu. Sehari sebelum berangkat Sandra sudah berhasil kontak dengan mang Usep dan mengatakan bahwa ia akan disuguhkan "makanan" yang pasti akan mereka sangat senangi. Sandra tidak menceritakan lebih lanjut apa yang dimaksudkannya dengan "makanan lezat" itu. Namun untuk meyakinkannya maka Sandra menjanjikan bahwa selain mang Usep, juga rekan-rekannya yang lain : pak Andang, pak Endang dan Kyai Musiroh pasti akan menikmati hidangan lezat itu. Mereka yang terpaksa sedang nganggur karena hujan deras tak henti²nya sehingga tentu saja ingin mempergunakan waktunya menikmati tubuh Sandra itu akan diberikan bonus sebesar dua kali upahan gaji mereka sebagai pekerja bangunan. Untuk Sandra uang bukan soal tapi sebaliknya untuk pekerja bangunan harian maka upah mereka sehari-hari adalah seperti hidup matinya mereka. Uang sebesar itu hanyalah cukup untuk bayar tempat tidur dan makan , ibarat pepatah "kais pagi makan pagi , kais petang makan petang".
Sandra yakin semua rencananya akan berhasil dan sudah tak sabar menantikan saat dapat menyaksikan Santi dibantai oleh para pria tua yang selama ini meminta jatah kepada tubuhnya. Ia merasa akan dapat "merebut" lagi perhatian suaminya Hendra jika adegan gangbang Santi dengan para pemerkosanya dapat direkam dan kemudian diperlihatkannya kepada Hendra. Namun malam baik Sandra maupun para kuli kasar itu harus sabar menunggu, jika mereka sampai di villa Puncak maka hari sudah terlalu malam, Sandra juga sudah tak begitu minat untuk melayani mereka. Selain itu Sandra juga telah menjanjikan bahwa jika mereka mau bersabar sampai keesokan harinya, maka "makanan lezat" yang dijanjikan akan lebih "meresap" untuk dapat dinikmati. Sebodoh-bodohnya mereka yang hanya berpendidikan seadanya itu mulai menduga bahwa akan ada pengikut baru didalam sexual orgie yang selama ini hanya mengenal Sandra sebagai pemain perempuan utama satu²nya. Hanya mereka belum menduga bahwa "makanan lezat" yang akan disajikan adalah peserta wanita yang pernah dinikmati pula oleh mang Usep.
Akhirnya mereka tiba di villa yang dituju ketika arloji tangan Sandra sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Namun tak sebagaimana biasanya , meskipun telah Sandra masuk ke dalam rumah dan memanggil-manggil, sang pembantu tak langsung menjawab. Karena penasaran maka Sandra keluar lagi ke teras di belakang rumah untuk memanggil lagi berulang-ulang dengan suara semakin nyaring. Satu menit kemudian barulah pembantunya yang sudah setengah baya itu masuk lewat pintu pagar belakang dan segera dengan tergesa-gesa menyambut kedatangan majikan perempuannya. Pembantu Sandra yang sudah melebihi usia lima puluh tahun bernama Rosinah itu ternyata tak langsung mendengar kedatangan majikannya karena berada disebelah villa Sandra dimana terdapat bungalow yang juga lumayan mewah sedang dibangun. Bungalow yang belum selesai dibangun itu dimaksudkan sebagai tempat penginapan untuk pegawai berkedudukan tinggi dari salah satu Bank Bumidaya Nasional yang besar. Kontraktor yang membangun bungalow itu ternyata sama dengan kontraktor pembangunan pelbagai proyek perumahan baru di pinggiran ibukota, dimana Usep bekerja. Rosinah atau sehari-hari hanya disebut Inah memang sering ke sebelah untuk ngobrol dengan keponakannya yang juga bekerja sebagai buruh bangunan disitu dan sekaligus telah diserahi tugas menjadi mandor menjaga segala macam bahan bangunan serta perlengkapan sanitair. Mungkin memang sudah suratan takdir , keponakan Inah yang biasa dipanggil sehari-hari mang Obar ini dulu pernah menjadi buruh kasar dari perusahaan kayu dan kaca rumah dengan majikan muda bernama Erwin (bacalah cerita awal dalam weblog boss Shu ini juga : "The Hottest Liveshow") dimana mang Usep juga bekerja. Rosinah akhirnya "keceplosan" omong kepada keponakannya dan menceritakan mengenai majikannya Sandra yang sering di datangi oleh pelbagai lelaki kasar dan pada saat seperti itu maka Rosinah diberikan satu dua hari libur dan juga uang extra. Tentu saja tak sukar menduga apa yang terjadi pada saat Rosinah dipersilahkan cuti satu dua hari itu , karena Rosinah melihat bagaimana nakal dan penuh gairah mata para buruh dan lelaki tua yang diterima sebagai "tamu" di villa majikannya, si neng Sandra itu. Inah yang telah bekerja demikian lama, dimulai sejak Sandra baru berusia tiga tahun tak tega mengkhianati majikannya dengan menceritakan hal itu kepada suaminya Hendra, tapi tak sengaja terlanjur gossip dengan keponakannya. Tentu saja rasa ingin tahu mang Obar muncul karena mengingat pengalamannya sendiri beberapa tahun lalu , dan salah satu peserta wanita dalam "sport" gratis bersama Erwin majikannya dulu sama juga namanya Sandra, akibatnya mang Obar mulai melamun mengkhayal, apakah .........? Pertanyaan yang muncul di benak mang Obar itu mulai terjawab sekitar dua minggu lalu ketika Inah ngobrol membawakan makanan kesenangannya yaitu urapan genjer dan kecipir, sehari setelah "rombongan tamu" di sebelah rumah pulang. Dari gambaran yang di ceritakan Inah padanya makin yakinlah mang Obar bahwa Sandra memang yang pernah di"kenal"nya beberapa tahun lalu , hanya mang Obar tak mimpi bahwa "rejeki"nya bukan hanya Sandra yang dapat di"cicipi"nya lagi melainkan juga neng Santi !
########################
Keesokan harinya ....
Santi baru bangun lewat jam sembilan pagi - untuknya ini sudah sangat terlambat , karena biasanya di hari kerja ia telah siap pergi ke kantor sekitar jam tujuh pagi. Inipun sudah tak luput lagi dengan kemacetan yang kronis di ibukota. Oleh temannya Sandra ia diberikan kamar tidur cukup besar dan mewah ditingkat atas dilengkapi dengan balkon, sehingga ketika Santi membuka gorden jendelanya langsung "mengundang" untuk keluar. Dengan masih memakai baju tidur daster tipis agak pendek hanya mencapai diatas lutut Santi membuka pintu balkon kamar tidurnya, dan langsung tercium harum pelbagai bunga mawar dari kebun di bawah. Santi melangkah keluar dan berdiri di pinggir balkon sambil merentangkan kedua tangannya keatas seolah-olah ingin bersenam pagi. Ia tak sadar bahwa matahari cukup cerah itu menembus pyama tipisnya, menyebabkan tubuhnya yang langsing semampai dapat langsung merayang terlihat meskipun dari jarak cukup jauh. Kesegaran udara pagi hari itu mulai menghilangkan rasa penat dan letih yang kemarin menyebabkannya langsung tidur pulas tak lama setelah mereka tiba di villa. Santi menggerak-gerakkan kedua lengannya ke atas, ke samping dan agak ke belakang bagaikan sedang bersenam, dan dengan gerakan-gerakan itu maka makin nyatalah bahwa ia tak memakai BH karena kedua bukit montok didadanya jelas "mencetak" di balik pyama , terutama kedua putingnya yang agak kemerahan mencuat keatas seolah ingin menembus kain pyama. Sejuknya udara pagi itu rupanya semakin menambah tegangnya puncak buah dada yang sekal menggemaskan mata pria, dan memang tanpa dapat terlihat oleh Santi sendiri ada beberapa pasang mata lelaki di balik semak tanaman rhododendron dan hibiscus melotot bagaikan mau lepas melihat senam gratis itu. Bukan hanya bagian atas tubuhnya saja yang dapat terlihat dari jauh , juga pinggangnya yang langsing dan pinggulnya hanya tertutup celana dalam string minim serta paha betis belalangnya menjadi santapan mata. Santi menghentikan sementara senam paginya karena perutnya sudah terasa lapar , dan sebagaimana kebiasaan dirumah maka ia mencuci sebentar wajahnya dikamar mandi , kemudian turun dari loteng kebawah menuju arah ruang dekat dapur dan disitu dilihatnya Sandra sudah duduk dan baru mulai sarapan pagi. Ternyata Sandra telah memakai baju berenang bikini berwarna orange dan setengah tertutup dengan daster merah muda yang tipis pula.
"Wah asyik banget loe tidurnya ampe kedengaran ngegeros keluar, ngimpi apa aja semalam ?", sapa Sandra yang mulai melahap roti manis di hadapannya , lalu diajaknya Santi duduk di sebelahnya dan ditawarkan roti manis lain dengan bentuk seperti tapal kuda.
"Iya bener , gue udah capek banget makanya langsung pules engga tahu apa-apa lagi dan baru nih", sahut Santi.
"Eh, gue juga ada ba'cang sapi tuh di dapur masih anget, atau loe mau juga telor rebus setengah mateng ?", tanya Sandra, " - "semuanya udah disediain sama si bibi , pokoknya loe bilang aja mau kopi atau teh ?", lanjut Sandra.
"Wah jangan langsung kebanyakan makan, ntar gue pulang-pulang jadi gendut", sahut Santi sambil mulai menikmati roti manisnya.
"Aah, gendut dari mana, badan loe masih ceking gitu, biar montokan lah, kan enak jadinya di-géwel tangan cowok loe , lagian loe pasti perlu cukup enersi , kan sebentar lagi kita mau berenang , betul engga ?".
"Kalo pagi cukup lah gue makan roti setakep , lalu cruesli semangkok ditambah dengan kopi susu, tapi trim's deh", jawab Santi
"Pokoknya loe mesti perlu tenaga 'ntar barengan berenang ama gue, kalo lagi asyik gue bisa dua tiga jam berenang atau lebih ", lanjut Sandra lagi.
Santi hanya tersenyum saja mendengarkan celoteh teman akrabnya itu, padahal dalam hati Sandra mentertawakan temannya yang polos, karena yang dimaksudkannya tentu saja bukan sekedar berenang di air kolam renang , melainkan berenang di ranjang............."
Harus tunggu bentaran lagi , tuh kolam renang baru aja dibersiin, dan harus diberikan sedikit chloor supaya airnya jernih bersih lamaan", Sandra menerangkan lebih lanjut.
"Udah lama juga gue engga sempat berenang, pasti 'ntar kalah deh kalau berlomba sama loe, engga seperti zaman masih kuliah", Santi meneguk kopi cappucino-nya dari Philip Senseo.
Setelah itu Santi permisi sebentar keatas untuk sikat gigi dan menukar bajunya dengan bikini tak kalah sexy-nya dengan model yang dipakai oleh Sandra.
Melihat temannya naik lagi keatas untuk tukar baju di kamarnya maka Sandra segera bergegas turun kebawah dan berlari-lari kecil ke arah teras dan kolam renang. Di tepi kolam renang Sandra menoleh kekiri kekanan sebentar lalu memberikan tanda acungan jempol ke atas , langsung dari balik semak tanaman kembang hortensia, tanaman kembang sepatu (hibiscus) dan rhododendron yang lebat muncul tiga lelaki : dua agak tuaan,satu masih muda.
"Selamat pagi neng, waaah makin denok aja nih si neng, mana montok lagi tuh tedoy, mamang jadi langsung pengen nyusu nih, he, he, he", ujar mang Usep langsung berdiri di depan Sandra, sementara pak Andang dan pak Saimin mencegat di sebelah kiri kanan agak di belakang.
Dikepung seperti itu tentu saja Sandra tak dapat mundur mengelak , tapi hal semecam ini memang sudah biasa dihadapinya, bagaikan dikepung srigala buas kelaparan.
"Aaaah, tunggu dulu aaah, auuuw , jangan kasar gitu dong , auuuuw, katanya mau dateng berempat , pak Endang mana , auuuuw , sadis amat sih nih orang", Sandra menggelinjang berusaha agak membungkukkan dirinya karena telah dipegangi dari kiri kanan oleh Saimin dan Andang, sedangkan Usep meremasi sumber susu kesayangannya.
"Pak Endang harus mendadak ke Jambi, mertuanya sakit keras , jadi dia engga ada rejeki temuin neng pagi ini tapi digantiin ama mang Saimin yang juga pasti engga kalah pentungannya dengan pak Endang. Selain itu 'ntar ada bantuan lagi dua orang, yang satu neng udah kenal baik , tapi yang satunya waaah, ini kejutan deh", Usep melanjutkan, kemudian tanpa banyak bicara langsung membekap mulut Sandra dengan ciuman rakusnya.
"Hmmmmmp, iiiiih siapppaa, curaaaangg, eeeeffnnnnnngh, nnngggaa maaaau kaloooo belooooom kenaaaal, eemmppffffh, sssssshhhh", Sandra berusaha diantara ciuman ganas itu menanyakan siapa yang dimaksudkan.
"Pokoknya siiiiip bangeeet dah neng , pasti engga nyesel , kali ini pesta éwéken kita yahuuuud bangeeet lah", ujar pak Andang yang tak mau kalah mulai lancang menggerayangi bokongan Sandra yang mulus dan berusaha untuk melepaskan handuk yang menutupi tubuh Sandra , usaha mana langsung berhasil karena si handuk jatuh ke lantai.
Sandra mulai terengah-engah dikerubuti dikerjain ketiga kuli kasar itu tapi sebagaimana biasa hasrat birahinya pun mulai muncul, tapi kali ini ada rencananya yang lain, oleh karena itu dengan kerahan tenaga yang mendadak dan kuat Sandra melepaskan dirinya, menyebabkan ketiga lelaki itu agak terkejut karena ini tidak seperti biasanya.
"Eeeeh, kenapa neng , koq pake berontak segala , kan neng selalu seneng dan nikmati juga maen-maen sama kita?" pak Usep agak jéngkél karena ciuman dan remasannya terpaksa berhenti akibat Sandra meloloskan diri.
"Kan udah dibilang juga kalian akan dapat hadiah istimewa kali ini, tapi kalo engga sabaran kaya gini udah dah bubar aja hadiah istimewa bakalan engga dapet, ayo mau nurut engga kemauan saya kali ini", Sandra berusaha kali ini untuk jual mahal.
"Nyang bener nih neng , hadiah apaan sih nyang lebih bagus dari neng sendiri ?", sahut Saimin tak sabaran ingin menikmati santapan daging hidup di hadapannya.
"Awas jangan ngebohong ya neng , tahu sendiri kalo kita udah geregetan engga tahu lagi deh si neng kita bisa apaiin aja , ayolah keluarin hadiah istimewanya , udah mulai ngaceng nih empéet-empétan kita , betul ngga ?", pak Andang ikut nimbrung sambil menoleh kepada Saimin dan Usep , dan kedua yang ditanya segera manggut-manggut
"Ini hadiah istimewa engga bisa dibeli di toko mana aja, tapi syaratnya kalian harus nurut dan tunggu bersabar beberapa menit lagi , ayoh sekarang kalian ngumpet lagi di belakang semak-semak pohon kaya tadi", Sandra merasa kali ini agak bangga bahwa ia bisa menyuruh srigala² ganas itu , tak hanya dirinya sendiri selalu jadi bulan-bulanan.
"Hadiah kaya apaan sih hebatnya , iya kita nunggu bentaran , tapi kalo engga bener atau neng ngebohongin kita , neng kita hukum gantung kaki diatas kepala di bawah harus nyepong kita satu persatu dan minum pejuh literan", Usep menggerutu dan mengajak kedua konconya kembali bersembunyi di belakang semak pohon disebutkan. Setelah memberikan petunjuk yang terakhir ini maka Sandra berjalan ke arah kolam renang yang terlihat begitu jernih airnya dan dari tepi ataspun telah terlihat gelembung-gelembung kecil keluar dari pinggiran dasar air. Gelembung-gelembung ini adalah udara yang telah khusus dipanasi sebelumnya dan menyebabkan air kolam renang itu akan terasa sangat hangat nyaman , dengan berenang disitu maka tak kalah mewahnya dengan bubble bath di bath tub kamar mandi. Perlahan Sandra menuruni beberapa trap yang ujung kolam renang dimana airnya masih rendah, tubuh sintal montoknya kini telah mulai terendam, mulai dari kaki, betis, paha, perut dan mulailah Sandra berenang.
Semua adegan di teras tak jauh dari kolam renang ini terlihat oleh dua pasang mata lelaki setengah baya dari loteng bungalow di sebelah villa Sandra. Empat bulatan mata yang tadinya ngantuk baru bangun tidur belum sempat disegarkan dengan kopi dikucek dan digosok-gosok oleh sang empunya untuk memperoleh pantauan lebih jauh, dan apa yang mereka lihat memang sangat menarik. Sejak kemarin Usep, Andang dan Saimin telah menginap di bungalow belum selesai dibangun itu, dan tidur di ruangan atas loteng bersama Obar, sang mandor disitu. Usep yang memang masih ada hubungan keluarga dengan Obar melalui istri mereka menceritakan pengalamannya selama ini dengan Sandra. Tentu saja sebagaimana pejantan setengah baya Usep dan Andang menambah bumbu-bumbu ceritanya agar lebih menarik didengar, apalagi menjelang malam di bawah pengaruh bandrek bajigur dan teh jahe. Semakin yakinlah mang Obar bahwa tokoh Sandra yang diceritakan Usep adalah salah satu peserta pesta sex di tempat kediaman majikan mereka dulu. Hanya saja mang Obar sudah agak lupa yang mana Sandra, yang mana Ivana dan yang mana Santi , kemudian diingatnya pula bahwa salah satu dari mereka tak senang minum sperma, rasa-rasanya Sandra, namun disini mang Obar keliru : Ivana adalah yang tak senang oral sex apalagi dipaksa harus minum pejuh, ia sampai menangis tersedu-sedu saat di-gangbang dulu (bacalah "The Hottest Liveshow"). Ketika malam sudah larut dan mereka sudah mau tidur datang lagi seorang tamu yang begitu saja muncul seolah siluman mendadak keluar dari kepekatan malam gelap gulita. Tokoh ini bertubuh paling jangkung kurus telah kita kenal dalam kisah Sandra sebelum ini : Kyai Musiroh dan ternyata ia juga "diundang" oleh Usep untuk ikut meramaikan pesta di esok harinya. Mereka belum dapat menduga bahwa yang akan menjadi "santapan" di hari berikutnya bukan hanya neng Sandra namun ada lagi kelinci mulus untuk digarap : Santi !.Dengan penuh berdebar-debar ketiga lelaki yang telah beberapa kali mengalami pesta gairah bersama Sandra di villa milik suaminya Hendra bersembunyi dan dengan mata melotot menantikan apakah "hadiah extra istimewa" yang telah dijanjikan Sandra. Dalam hati kecilnya Usep juga agak tertawa mengingat bahwa untuk Sandra sendiri pun akan terjadi sedikit surprise karena ada peserta satu lagi yang nanti akan membantainya : bukan kyai Musiroh yang sering menikmati tubuh mulusnya, namun srigala ganas lain yang doyan daging legit : mang Obar !. Sementara itu bagaikan sepasang harimau ganas semakin mendekati mangsanya maka kyai Musiroh dan mang Obar sebagai peserta berikutnya telah turun dari loteng bungalow di sebelah, mulai berjalan sangat perlahan dan agak mindik menuju ke arah batas kebun belakang villa Sandra. Villa dengan kebun belakang luas serta kolam renang mewah sekelilingnya tertutup rapat oleh dinding tinggi dan tak mempunyai pintu sama sekali, namun Usep dan Obar sepanjang hari kemarin telah membuat tangga darurat terbuat dari bambu tebal dan tiang-tiang kayu bangunan bekas yang pasti cukup kuat untuk menampung bobot badan mereka. Tangga itu cukup tinggi sehingga akan cukup dipakai merambat ke atas dinding, dan setelah sampai di atas dinding maka dengan mudah mereka dapat meloncat turun, karena rumput di dalam taman sangat tebal sehingga kemungkinan untuk cedera amat kecil. Akhirnya mereka berdua telah berhasil memanjat ke atas dinding tebal penutup kebun dan disaat Sandra berenang menyelam di bawah air maka mereka meloncat turun sehingga tak dapat didengar oleh Sandra. Lengkaplah sudah lima orang pria yang telah dipenuhi dengan hasrat memuaskan desakan hormon kelaki-lakian mereka bersembunyi di balik semak tanaman bunga , dan tepat pada saat sama pintu penutup teras terbuka dan Santi melangkah keluar. Bagaikan seorang bidadari turun dari kayangan Santi tampil di ambang pintu teras dan setelah pintu itu automatis bergeser menutup sendiri mulailah ia melangkah menuju ke arah kolam renang. Bikini yang dipakainya berwarna putih sedikit kekuningan muda krem sangat mirip dengan warna kulitnya sendiri, bentuknya pun sangat minimum menutupi bagian vitalnya. Bagian atas hanya menutup setengah bulatan padat buah dadanya dan lumayan tipis sehingga puting susu yang menonjol tegak seolah ingin menembusnya, sedangkan bagian celananya berbentuk segitiga kecil terhias tali yang tersimpul di kiri kanan , tengahnya hanya persis menutup setengah bukit Venusnya hingga seharusnya tak mungkin menyembunyikan bagian atas bulu kemaluannya. Namun Santi selalu mencukur bulu pelindung bukit Venusnya paling tidak seminggu sekali sehingga selalu amat licin bagaikan bayi baru lahir.
Dari semak tanaman bunga yang cukup lebat lima pasang mata lelaki melotot bagaikan mau lepas dari socketnya menyaksikan kehadiran bidadari ini, mana telanjang lagi ....... telanjang ....? , telanjang .......? Akhirnya barulah mereka menyadari bahwa bidadari itu masih memakai BH kecil dan celana dalam minim namun karena warna penutup aurat itu sedemikian mirip dengan warna kulit si pemakai maka dari jauh seolah telanjang bulat.
Sandra menyambut kedatangan teman lamanya itu dengan senyum terbersit sedikit iri hari melihat betapa anggun dan ayu manis Santi dalam bikininya. Dengan posisi berenang gaya kupu-kupu Sandra yang memakai kap tutup kepala berwarna ungu muda melambai kearah Santi untuk ikut masuk ke dalam kolam renang. Santi berusaha menyembunyikan rambut kesayangannya yang bergelombang sepanjang bahu dibawah kap tutup kepala warna merah muda, setelah berhasil maka berbeda dengan Sandra yang turun ke kolam lewat trap maka Santi yang memang pandai berenang langsung terjun dibagian paling dalam dan dari situ mulailah mengelilingi tepi kolam renang pertama dengan gaya lumba-lumba, kemudian gaya kupu-kupu dan akhirnya dengan gaya bebas. Kini barulah Usep mengerti apa yang dimaksudkan dengan "hadiah extra istimewa" yang dijanjikan Sandra - dan Obar tanpa banyak susah langsung mengenali neng Santi, bidadari yang pertama digarapnya beberapa tahun lalu.
Sandra kini telah berenang menuju tempat yang airnya lebih rendah sehingga saat ia berdiri di situ terpampang pula tubuhnya yang sedikit lebih pendek dibandingkan dengan Santi, namun juga sangat sexy menggiurkan. Bagaikan ingin menunjukkan kepada ke lima lelaki yang asyik mengintip bahwa dirinya tak kalah dapat saingan dengan siapapun, Sandra sengaja berdiri sambil pura-pura membetulkan letak penutup buah dadanya sehingga beberapa detik terlihat putingnya berwarna coklat muda kemerahan , kemudian hal sama dengan celana renang yang mencetak bulatan pantatnya sengaja di tariknya ketengah sehingga menyerupai G-string. Sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan telah dijanjikannya kepada Usep serta kawan-kawan, Sandra lalu berteriak ke arah Santi :
"Eh, loe mau minum apa buat bikin seger badan , gue ada orange juice , apple , nangka , sirsak atau yang lain , ntar gue ambilin ?" Dari sudut kolam hanya terlihat kepala Santi dipermukaan air saat menjawab : "Semau loe aja lah , engga usah berabe gitu , ntar gue ambil sendiri".
Namun Sandra sudah berlari menuju pintu teras yang membuka automatis , dan sebelum masuk ia menoleh sebentar dan kemudian mengacungkan jempolnya ke udara.
######################
ADEGAN HANGAT DI RUANG TAMU BERSAMA SANTI
Ini adalah tanda perjanjian kepada Usep dan semua konconya bahwa kini pesta pembantaian boleh dimulai.........!
Sementara itu Santi masih sangat asyik berenang keseluruh arah dan penjuru kolam renang itu , tubuhnya yang demikian sempurna dengan lekuk liku menggairahkan bergerak sangat cepat bagaikan ikan lumba-lumba. Air di kolam renang modern itu sedemikian nyaman dirasakan Santi, terutama semburan lunak udara hangat keluar dari dasar kolam menyebabkan Santi sangat sering menyelam sampai kedasar dan sampai satu menit berdiam di situ untuk menikmatinya. Kesempatan itu tentu saja dipakai oleh ke lima lelaki yang telah keluar dari semak-semak tanaman tempat persembunyian dan disaat Santi berada di dasar kolam maka mereka berlari dengan cepat melewati teras masuk kedalam rumah menantikan mangsanya. Ruang tamu yang sangat luas itu terasa nyaman karena memakai pengatur suhu automatis : selalu berkisar antara 22 sampai 23 derajat Celcius , dengan kelembaban optimal tidak terlalu kering maupun terlalu basah demak , sehingga setiap tamu merasa betah karena tak cepat berkeringat. Para kuli yang tak sabar lagi itu telah diberikan perintah oleh Sandra untuk bersembunyi dipelbagai sudut ruang : mang Obar ngumpet di balik gorden tebal didekat knop pintu penghubung dengan teras , sebegitu Santi memasuki ruangan maka mang Obar akan menekan tombol itu sehingga pintu keluar ke teras terkunci, sedangkan pintu² lain telah dikunci oleh Sandra - semua telah direncanakan , kini hanya menunggu Santi yang segera akan masuk kedalam jebakan tak ada jalan keluar, di dalam jebakan mana Santi akan dibantai habis-habisan oleh semua lelaki itu. Adegan-adegan pembantaian yang terhangat akan diabadikan dengan camera handycam milik Sandra, sementara dua buah handphone milik Sandra : sebuah Blackberry dan sebuah Android Samsung siap pula merekam pelbagai snapshots, untuk mana mang Usep, mang Obar ; Saimin serta supirnya Murad bersedia akan melakukannya. Sekitar dua puluh menit Santi berenang sendirian dan merasa agak aneh juga bahwa Sandra tak muncul lagi untuk menemaninya, demikian pula minuman segar yang biasa di janjikan oleh Sandra masih belum ada di meja teras. Tapi ya tak apalah fikir Santi, mungkin Sandra ada kegiatan lain , aku kan teman lama, sudah biasa untuk ambil minuman sendiri tanpa menunggu untuk dilayani. Oleh karena itu Santi keluar dari kolam renang , berjalan ke teras untuk mengeringkan tubuhnya dengan aduk besar disitu lalu tanpa curiga sedikitpun melangkah masuk melewati pintu yang menggeser ke kiri kanan membuka automatis. Dilihatnya di ruang tamu memang terletak dua buah gelas namun agaknya masih kosong , sehingga Santi berjalan menuju ke arah lemari es di dekat ruang makan. "Klik-klik" , terdengar bunyi dari pintu geser ke arah teras sehingga Santi menoleh dan ia amat terkejut melihat lelaki asing dengan hanya memakai celana kolor berdiri menyeringai mesum di samping gorden. Belum lagi hilang kaget Santi melihat lelaki yang memegang handphone ini , muncullah dari pelbagai sudut ruangan tiga lelaki lain dan terlebih mengejutkan lagi ketiga lelaki yang usianya rata-rata diperkirakan sudah berada di atas empat puluhan itu sama sekali bugil sehingga terlihatlah "senjata" mereka yang besar mengacung mengangguk-angguk siap "menembak".
"Siapa......, siiiaapa kalian , mau apa kalian , Sandraaaa, Sandraaaa, lekas ke sini , apa maunya kalian ?", Santi melihat kekiri kekanan mencari jalan keluar namun ketiga lelaki telanjang bulat itu dengan cepat maju mendekati. Santi berusaha mundur dan punggungnya mendekati arah pintu teras , ketika mendadak tubuhnya terasa dibekap dari belakang demikian mulutnya , ternyata oleh mang Obar yang masih bercelana kolor dekil itu.
"He, he , he , akhirnya kesampean juga mimpi gué , apa kabar néng geulis , pasti masih kenalin abang dong ?", demikian tanya mang Obar sambil dengan erat memeluk badan ramping Santi yang berontak menggeliat sekuat tenaga. Semua usaha Santi tentu saja tak berhasil bukan hanya karena ia kalah kuat dengan mang Obar , namun ketiga lelaki lainnya yaitu Andang , Saimin dan Kyai Musiroh kini ikut membantu merejang tubuh sang korban.
"Emmmmmppffffffh, nnnggggghhhh, sssgggggggghhhh", desis dari mulut Santi yang terbekap, dan dirasakannya bahwa ketiga lelaki lainnya kini telah memegang kedua pergelangan kakinya dan berempat mereka mengangkat tubuhnya yang menggeliat-geliat tanpa hasil itu dan dibawa ke ruang tamu dimana lantainya tertutup dengan permadani sangat tebal hangat khusus di-import dari negara Iran. Disitu tubuh Santi diletakkan dan diterlentangkan kemudian dengan sigap Kyai Musiroh berlutut di atas kepala dan menangkap merejang kedua pergelangan tangan Santi di atas kepalanya. Saimin dan Andang berlutut di kiri kanan pinggul Santi, kemudian masing-masing merejang pergelangan kaki Santi yang di tarik sejauh mungkin ke kiri ke kanan sehingga selangkangan Santi membuka lebar. Selain memegang merentangkan kaki Santi kedua lelaki berotot itu menarik dengan kuat bikini berwarna crémé yang menutup buah dada dan kemaluan Santi sehingga hanya beberapa detik kemudian si bidadari telah telanjang bulat seperti mereka sendiri. Santi mulai menyadari bahwa dirinya telah masuk jebakan , terutama ketika sambil tetap meronta-ronta matanya terpantau ke arah loteng , dimana dilihatanya Sandra berdiri menggeliat-geliat pula dipeluk dan dijarah oleh Usep dan Murad sang sopir yang berdiri di belakang dan di depannya. Secara naluriah Santi menduga bahwa semua yang dialaminya saat ini telah diatur dan dirancang , dimana Sandra adalah sang sutradara sendiri.
"He, he, he, makin asoy aja si neng nih , udah lama mamang pengen ngerasain , akhirnya ketemu lagi , neng pasti masih kenalin nih keris daging antik mamang", mang Obar kini juga telah meloloskan celana kolornya dan penuh bangga mendekatkan penisnya yang ngaceng dengan andeng-andeng di dekat liang kencingnya mendekati ke mulut Santi. Santi kini tak berteriak lagi karena merasa pasti tak ada gunanya, hanya ketika mang Obar mendekatkan alat kejantanannya itu maka dialihkannya wajahnya menjauhi penis besar yang rupanya jarang dicuci sehingga aroma kurang enak langsung menyambar penciuman Santi.
"He, he , he , si neng malu-malu lagi , bikin mamang makin nafsu aja, neng masih inget kan dulu pernah kulum ngisep nih meriam pejuh , ayolah neng , mamang pengen tahu ilmu nyepongnya neng udah makin jago engga ?", tanya mang Obar yang kini berada di atas dada Santi dengan lututnya di kiri kanan ketiak Santi yang terbuka lebar karena kedua tangannya direjang di atas kepala, sambil menyodorkan kepala penisnya mendekati mulut Santi.
Sejak peristiwa pesta seks di rumah Erwin beberapa tahun lalu memang Santi sangat mencurahkan kehidupannya di dalam bidang bussiness. Akibat mengejar karier yang memang akhirnya berhasil itu maka Santi tak lagi menjalani kehidupan "liar" seperti masa ketika masih mahasiswi, meskipun dipelbagai waktu dan kesempatan ia mengalami petualangan sex, seperti misalnya dalam waktu pendek dengan Hendra, suaminya Sandra. Namun semua partner ranjangnya adalah pria kelas kakap , kelas VIP , kelas "high socoety" dengan pendidikan tinggi dan kantong yang padat, selain itu juga ia selalu melayani partner sex-nya satu lawan satu , tak pernah lagi alami pesta sex liar. Namun yang kini dihadapinya adalah ulangan dari peristiwa beberapa tahun lalu : ia pasti akan alami penjarahan baik bergantian maupun sekaligus dengan lelaki "asing" kasar , dibawah "derajatnya" dengan cara kasar bahkan mungkin sangat sadis. Santi menyadari bahwa pilihannya hanya dua : melawan terus dengan hasil mengecewakan atau bahkan menyakitkan , atau menurut dan bekerja sama dengan harapan mereka sejauh mungkin tak memakai cara kasar apalagi menyiksa atau bahkan menyakiti. Oleh karena itu Santi berusaha menekan rasa harga dirinya, menekan rasa gengsinya sebagai wakil direktur bank, dan dengan perlahan menolehkan kembali kepalanya sehingga tatapannya melihat wajah bopengan mang Obar :
"Iya, saya kenalin lagi mamang pernah mampir ke rumah temen saya waktu itu, bilangin dong temen-temennya, saya mau ngelayanin asal mamang dan temen-temen mamang jangan main kasar, tapi saya mau tahu dulu apa neng Sandra ngatur ini semua ?", demikian tanya Santi kepada mang Obar.
"Iya betul, neng Sandra yang biasa ngelayanin kita ngejanjiin katanya ada hadiah extra istimewa, makanya mang Obar yang kerja ngebangun bungalow sebelah kali ini juga diundang Usep untuk lebih bikin rame", jawab bapak Andang yang bersama Saimin sambil tak henti-hentinya mengelus dan mengusap-usap paha mulus Santi.
"Bukan mang Obar aja neng , tapi ada temen lama dan dukun sakti penasihat Usep juga kali ini ikut ngeramein , biar kurus ceking tapi dijamin kekatannya engga kalah sama anak muda neng", demikian tambahan komentar pak Saimin sambil menunjuk ke arah Kyai Musiroh. Karena yakin bahwa mangsanya sudah dapat di-jinakkan maka ke-empat lelaki itu tidak lagi memegang-merejang pergelangan kaki tangan Santi. Saimin dan Andang tetap berlutut di kiri kanan pinggul Santi menggerayangi dan mengusapi paha mulusnya, semakin lama semakin naik ke atas mendekati selangkangannya. Sementara itu Kyai Musiroh dan mang Obar berlutut di kiri kanan wajah Santi dan bergantian meminta Santi melakukan tugas untuk menyepong, mengulum dan menjilat penis mereka. Ukuran penis mang Obar dan Kyai Musiroh sebenarnya tak banyak berbeda namun bentuknya berlainan : penis mang Obar yang beberapa tahun lalu sebagai pertama orang pertama membelah vagina Santi tetap tegak lurus gagah perkasa sepanjang hampir 20 cm. dengan tahi lalat dekat liang kencingnya, sedangkan milik Kyai Musiroh agak langsing namun bengkok ke atas mirip pisang tanduk. Santi memegang kedua penis itu dengan jari-jarinya yang sangat langsing. Di saat ia menyepong penis Kyai Musiroh maka ditingkatkannya gerakan mengocok di penis mang Obar dan demikian pula sebaliknya dengan bergantian.
"Oooouuuuuh, uuuhhhh , hmmmmmmh , iyaaaaa , ini bener-bener servis kelas satu , ooooh , aaaaaah , neng pinteeer amat sih, iyaaaa , teruuuusin neng", mang Obar berulang kali memuji kemahiran Santi memanjakan si otongnya.
"Beneeeeer, yahuuuuuuud, neng bahenol belajar ngisep apa bisa ahli kaya gini, ooooh ini namanya jilatan meong parahiangan asli", desahan Kyai Musiroh terdengar bergantian dengan celotehan mang Obar.
Kedua lelaki itu tak hanya menikmati "servis" mulut Santi , namun mereka juga mulai aktif mengusap meremasi bukit kembar didada Santi, jari-jari kasar mereka memilin dan mencubit serta menarik-narik puting kemerahannya yang mencuat. Serangan di buah dada dan terutama putingnya kini ditambah pula dengan rasa geli tak terkira karena Saimin dan pak Andang menekuk kaki Santi, dan sekaligus keduanya mengulum jari-jari kakinya, kemudian lidah kasar mereka mulai menyelusup di ruangan antara jari-jari mungil yang tentu saja membuat Santi menggelinjang-gelinjang karena geli. Tangan mereka pun tak hentinya meraba dan mengusap bagian dalam paha Santi dan makin lama semakin dekat ke lipat selangkangan menyentuh kaki bukit Venus yang gundul karena Santi selalu rapih apik mencukurnya.
Pak Usep |
"Uiiiiih, ini paha putih amat , bageur euy , haluuuuuuuus kaya sutra , uuuuiiih engga tahaan lagi nih , bapak mau géwel boleh ya neng",
Tanpa menunggu jawaban, Andang dan Saimin menciumi menggigiti paha dalam Santi, sehingga beberapa menit kemudian terlihat cupangan-cupangan merah gemas membuat Santi makin geli menendang-nendang dan tanpa disadari nafasnya semakin mendesah tak karuan dan nafsu birahinya semakin bergejolak menggelora.
"Gimana kita ngegilir si non Santi nih ?", mendadak Kyai Musiroh bertanya kepada ketiga konconya , "neng Santi cuma punya tiga lubang yang sekaligus bisa diisi, tapi artinya ada satu yang ngaceng nganggur".
Mang Usep langsung menemukan jawabannya dan menyahut : "Murad , Kyai dan gue kan udah sering nyantap neng Sandra, jadi giliran Saimin, Obar dan Andang dong nyicipin tuh badan amoy Sandra di loteng, kita kelonin dulu neng Santi ampe puas, ntar babak kedua tukeran, betul engga?" , dan usul ini langsung mendapat persetujuan dari Musiroh serta Murad. Sebetulnya mang Obar sejak dari peristiwa gangbang di rumah Erwin dulu selalu konak dengan santapan pertamanya Santi, tapi akhirnya dengan sedikit menggerutu menyetujui, tapi masih ingin tawar menawar sedikit :
"Brengsek, sialan, gue jadi mesti nunggu, padahal nih amoy tinggal di-éwék, iya gue ngalah dulu tapi mau ngisep madunya dulu, kalo engga gue ngotot terus", demikian Obar ngedumel , "ayolah kalian rejeng lagi supaya si neng engga bisa berontak selama gue minum madunya".
"Mau susu atau mau madu, mana lebih enak ya ?", rupanya Musiroh sengaja agak memancing kesabaran Obar, dan kembali mengambil posisi di atas kepala Santi dan mulai merejang lagi tangannya di atas kepala, sementara Andang dan Saimin tetap menguakkan paha Santi selebar mungkin, memungkinkan Obar masuk tengahnya.
Santi merasa sangat tersinggung bahwasanya ke-empat lelaki itu seolah-olah sedang mengundi dan bertaruh siapa akan lebih dahulu menikmati tubuhnya. Santi yang sehari-hari sangat dihormati sebagai Wakil Direktur Bank kini diperlakukan dan diperdagangkan sebagai wanita kelas rendah yang harus bergantian memuaskan nafsu mereka. Rasa martabatnya sejenak bangkit dan ia ingin berontak , namun akal sehatnya menyadari bahwa tak ada guna sama sekali melawan mereka, selama dirinya tak disakiti atau dibuat cedera maka ya masih dapat disebut untung.
Sampai saat ini tak ada seorang pun membuat foto atau merekam adegan mesum mereka, oleh karena itu Santi memutuskan untuk tidak membuang tenaga melawan mereka secara fisik, toh akan kalah. Lebih baik mencari akal bagaimana mempercepat proses pembantaian sex ini selesai , secepatnya dapat pulang ke rumah lagi , sejauh mungkin menjauhi Sandra, menolak hubungan dengan suaminya Hendra, dan sedapatnya melupakan segala-galanya. Asahan otak Santi mencari jalan keluar itu namun segera terputus karena terasa tubuhnya yang telanjang kembali digerayangi oleh ketiga lelaki yang masih mengelilinginya. Mang Obar yang telah berhasil beberapa menit mencicipi cairan pelumas dinding vagina Santi ngeloyor meninggalkan adegan hangat di ruang tamu itu dan bergegas menaiki tangga ke loteng untuk bersama dengan pak Andang dan Saimin menggarap tubuh Sandra. Sementara itu tubuh Santi kembali diletakkan terlentang di permadani tebal dan kini Murad dan Usep yang menagih untuk diberikan kocokan tangan halusnya serta oral service. Santi berusaha melakukan tugas blow job sebaik-baiknya dengan harapan bahwa keduanya akan cepat ejakulasi kehabisan mesiu untuk ronde berikutnya. Usahanya berkonsentrasi tak mudah dilaksanakan begitu saja karena kedua betis dan pahanya kini kembali dikuakkan kemudian diletakkan di kiri kanan bahu Kyai Musiroh yang telah berlutut di tengah selangkangannya. Matanya yang tajam kecil ibarat srigala ditengah kepekatan malam menatap bukit licin menantang, bibir tebalnya menyeringai menakutkan, kumis tikus dan jenggot mirip kambing gunung semakin mendekati belahan idamannya, sehingga dengusan nafasnya yang begitu panas langsung terasa oleh Santi.
"Oaaaaah, hhiiiyaaaah, neng geulis mulutnya emang bikinan alam buat nyepong barang mamang, ooouuuh, duuuh neng , ajarin istri mamang dong supaya bisa nyepong kaya gini, aaaaaaaah, jangan cepet-cepet neng, mamang ntar jadi kecepetan keluarin pejuh , uuuuuuuh, sssssssh , iyaaaa gituuuuu", Usep ngoceh sambil merem melek.
"Shhhhhh, slrrrrrrrup, hhhmmmmhhh, slrrruuuuup, aahhhhhhmmmm, sssshhhhhh", hanya itu yang keluar dari mulut Santi semakin liar berganti ke kiri ke kanan menyepong , mengulum , menjilat penis Murad dan Usep.
"Aiiiihh, aaaaah, siiaaaaaah, konaaaak banget , rejeki nomploooook , lidaaaah bisa begini haaaluuuuuus , uaaaah engggaa kalaah ama meooong gedongan , tengahnya neng , tengahnya tuh ada lobang buat keluarin pejuh hadiah mamang buat neng", Murad tak mau kalah dengan Usep memberikan pujian membuat muka Santi merah padam.
“Sialan nih orang , lidah gue masa dibandingkan lidah kucing”, pikir Santi sambil menggelinjang menggeliat karena paha bagian dalamnya kini dijadikan sasaran : diciumi, digéwel dan disedot-sedot bibir Kyai Musiroh dengan gemas hingga hanya dalam waktu beberapa menit paha putih halus mulus itu kini telah penuh cupangan bercak-bercak merah.
Kyai Musiroh ternyata bukan anak belasan tahun , bukan lelaki biasa yang mudah untuk dipancing nafsunya dan langsung menghabiskan tenaga. Kyai Musiroh sebagai dukun di desa pedalaman telah banyak "mengobati" pasien, terutama pasangan muda di kampung yang masih lugu memasuki ambang pernikahan. Banyak suami setengah baya "ditolongnya" yang akan menikah dengan gadis belasan tahun karena mulai sukar "berdiri". Sebaliknya juga banyak wanita desa muda yang tak puas dengan suami karena terlalu cepat "banjir" - sehingga merasa gelisah kurang nafkah badaniah - Musiroh tahu bagaimana caranya membuat wanita "gersang" ini menjadi blingsatan. Keahlian bertahun-tahun itu telah sering dipergunakannya kepada Sandra , dan kini akan dipraktekkannya untuk dapat menguasai Santi. Dengan kedua lutut Santi ditekuk dan terletak di atas pundaknya maka dengan mudah Musiroh menekan jari-jarinya yang kurus berkuku panjang itu di tepi bibir luar kanan kiri celah kemaluan Santi yang masih menutup seolah-olah menyembunyikan rahasia kenikmatan di dalamnya. Direkahnya dengan hati-hati ke samping sehingga mulai terbelah memperlihatkan dinding mengkilat berwarna merah muda, dijulurkannya kini lidahnya yang kasar dan panjang untuk mulai menyelinap ke celah itu, dijilatinya untuk mencicipi lendir madu yang akan mengalir.
"Wuuuiiiiihh, emang bener nih madu alam maniiis, guriiiiih, banyaaaak lagi keluarnya, mbah mau permisi masuk lebih dalem lagi, hhhmmmhhh , lobang kencingnya baguuuus amaaat neng, mulai kedut-kedut lagi , mbah nyobain ya, ccuuuuuppp, wangiiiii amat nih mémék , ccuuuuppp, hmmmmmh", Kyai Musiroh tak habis-habis memuji mangsanya.
"Ngggggghh, sssshhhhhhh, iiiiinnngggggh, sssshhhhhh, sllllurrrrrrpp, geliiiiii, ooooooooh, aaaaaaah", desahan Santi makin terdengar tak teratur karena kewalahan untuk melakukan tugas menyepong dua orang dan sekaligus diserang rasa geli oleh kumis jenggot dan lidah Kyai Musiroh di selangkangannya. Si dukun cabul tentu saja tidak memperdulikan - bahkan desahan Santi bagaikan musik merdu mengalun ditelinganya. Ditingkatkannya kecupan dan julurannya lidah masuk semakin dalam di vagina Santi, disentuh dan dijepitnya kelentit mungil sebesar butir jagung di antara bibir tebal yang digeser-gesernya ke kiri kanan. Semuanya dilakukannya silih berganti dengan jilatan lidahnya masuk sejauh mungkin didalam liang surgawi yang semakin lama semakin basah dan licin oleh lendir pelumas. Sambil menyentuh gerbang liang kecil tempat keluar air kemih mangsanya, Kyai Musiroh kini menekan dengan ritmis bagian atas bukit Venus Santi karena diduganya bahwa dengan demikian Santi akan makin gelisah takut tak sengaja kebelet untuk buang air kecil. Dugaan dukun pengalaman ini memang benar karena Santi makin berontak untuk melepaskan diri dan memukul-mukulkan tumit kakinya yang tergantung di pundak Kyai Musiroh.
"He, he , he , kenapa gelisah amat neng, keénakan ya di jilat sama mbah, lepasin aja semua keinginan neng, udah péngén pipis ya néng, ayolah pipis situ, tapi ini pipisnya laen, kan néng juga udah sering pipis digenjot", Musiroh kembali menggigit, menjilati, menggigiti, menggéwel klitoris Santi, disertai jari tengahnya tiba-tiba menusuk ke anus.
"Ooooooooh, auuuuuuuuuwwww, jangaaaaan, pak saya engga tahan lagi , auuuuuuw, aiiiiiiiiiiih ssssshhhh, emmmpppfffh, aaaaaaaah", badan Santi kejang menggelepar-gelepar bagaikan sedang diserang penyakit ayan melenting dan melekuk bagai jembatan, kedua tangannya berusaha mencekal penis Murad dan Usep dengan sekuat tenaga. Kyai Musiroh melepaskan kedua kaki Santi ke samping dan memberikan perintah kepada kedua kaki tangannya :
"Ayoooh, kalian pegangin sekarang kakinya, pengkang selebarnya, senjata pusaka mbah mau ngelukuh tanah subur nih, mau dibikin empuk basah dan becek, ntar kalian tinggal nyebar benih, tapi mbah masuk duluan",
Kyai Musiroh mengarahkan penisnya yang panjang berurat agak melengkung itu. Meskipun Murad dan Usep menarik paha Santi selebarnya ke samping namun Kyai Musiroh tak langsung berhasil memasukkan rudalnya. Setelah tiga kali melését barulah di serudukan keempat kepala penisnya yang berbentuk jamur itu terjepit oleh bibir kemaluan Santi, lalu perlahan² namun pasti Kyai Musiroh menekan, maju mengubah arah sedikit , menusuk makin ke dalam.
"Ooooooh Gusti , aaaaaah , uuuuuuh sempiiiiiit amaaaat nih mémék , engga beda sama perawan ting ting , apa resépnya neng , licin ditarik tapi peret dimasukin , duuuuuuuuh , neng geulis bageur teuing , amoy kelas satu", kini Kyai Musiroh mulai mengerjai Santi tanpa rasa belas kasihan lagi, tanpa mengingat penis bengkoknya juga sering membuat Sandra menjerit-jerit keénakan tapi sekaligus juga ketagihan tak ingin melepaskannya begitu saja.
"Aaaaaooooowwww, aaaiiiiiiiih, aaaaaah, oooooh pelan-pelan dong, ngiluuuuuu amaaaaat, eeeeeennggggghh , sssshh, ooooooh , aaaaaaah , paaaaaak, pelanaaaann dikiiiiit, ngggga tahaaaan, oooohhhh iiiiyaaaaaahh, iyaaaahh", tak kalah dengan Kyai Musiroh yang dengan penuh tenaga sedang menggenjotnya maka Santi pun merintih menjerit-jerit.
Pada saat itu bukan lagi seorang sarjana, bukan seorang wakil direktur bertingkat tinggi di masyarakat, saat itu Santi adalah wanita dewasa penuh hormon betina yang makin meluap memacu dan menuju puncak syahwatnya.Murad dan Usep dengan buas ikut membantu Musiroh dengan meremas-remas dan menggigit puting Santi secara sadis. Hampir bersamaan waktu Kyai Musiroh menggeram bagai singa terluka, menancapkan senjatanya sedemikian dalam menghantam rahim Santi hingga ia merasakan seolah ulu hatinya tertekan, menyebabkan Santi meraung-raung menjerit bagai paduan suara dengan geraman pemerkosanya, matanya berkunang-kunang dan putihnya bagai terbalik :
"Yaaaaaa, ennaaaaak ngga néééng , ngaakuuuuuu sama mbaaaaah , siiiaaah , aaaaah , mbaaah ngcccrooooot", teriakan Musiroh menggema disertai tarikan kedua tangannya untuk mengangkat pinggul Santi yang bahenol.
"Iyyyaaaaah, ooooooohhhh, ngiluuuuuuuu, periiiiiiiiiihh , mbaaaaaaah , saya lagi diapaiiiiin , auuuuuuuuuwww, udaaaaaaaah, saya ngaku kalaaaaaah, mbaaaah , toloooong, sakiiiiit, iyaaaaaah, niiikkmaaaaaaat, ampuuuuuun",
Santi menggelepar dan kembali kejang-kejang bagaikan orang sekarat dan akhirnya lemas ambruk ke atas permadani. Namun kedua lelaki lain yang selama ini sekedar membantu merangsang sudah tak sabar menunggu gilirannya , Usep rupanya lebih menyenangi posisi santai bagaikan tuan besar dan langsung merebahkan dirinya dengan penis gagah tegak bagaikan tugu Monas. Agaknya Murad dan Musiroh langsung mengerti apa tindakan yang harus dikerjakan berikutnya : tubuh Santi yang sudah basah kuyup keringat itu diangkat dari permadani , dibalikkan agar berposisi telungkup, dari kiri dan kanan mereka sanggah lengan dan pahanya yang terkuak lebar. Kemudian diarahkan selangkangannya ke tugu daging yang telah menunggu untuk membelah lipatan bibir kemaluan Santi. Santi yang telah lemas itu hanya dapat mengeluh dan melenguh perlahan ketika disadarinya bahwa pembantaian masih jauh dari selesai. Kedua buah dadanya yang menggantung menggemaskan langsung disambut tangan kasar Usep, kembali diremas-remas dan bergantian dimasukkan kemulut Usep untuk digigit putingnya hingga Santi merintih-rintih. Karena vagina Santi sudah begitu licin oleh cairan pelumasnya sendiri maupun air mani Kyai Musroh dan penis Usep sedemikian keras dan tegang , maka pada usaha yang kedua kali terbelah sudah belahan daging montok itu.
"Wuuuuaaahh, angeeeet , aluuuuuuuusss banggeeeeeet nih lobang , neng Santi pinter bangeeeet ngeremesin mijit barang mamang nyang emang pegel-pegel, iyaaaaaah, gituuuuuu , teruuuuus non", Usep ngoceh sambil "menyusu".
Berbeda dengan kenikatan yang dialami Usep, maka justru Santi tersentak lagi dari keadaan lemas setengah sadar karena dirasakan vaginanya kembali disodok dibelah oleh batang kejantanan yang lebar dan keras bagaikan kayu.
"Aaaaaaiiiiihh, udaaaaaahan dooooong mainnya, tuuungggguuuuu , aaaaaaaawwwhhhh, ngilluuuuuuuu, toloooong pak, kasihani saya doooongg, emmmmmfffppph", jeritannya terhenti karena bibirnya disergap oleh mulut Usep dengan ludah memuakkannya karena berbau rokok kretek yang sangat dibencinya. Setelah berhasil menurunkan dan menancapkan tubuh Santi di tonggak kebanggaan Usep maka Musiroh bergerak ke arah kepala Santi yang sedang dibekap dan diciumi bibirnya dengan ganas oleh Usep.
Sedangkan Murad yang mendapatkan jatah ingin mencoba lubang Santi yang lain dan karena itu bergerak ke arah belakang pantat Santi. Usep menghentikan ciuman ganasnya, segera dipeluk dan ditariknya pinggang langsing Santi ke bawah dan dengan rakus kembali digigiti dan disedotnya puting kiri kanan bagaikan bayi sedang menyusu. Karena ditarik pinggangnya kebawah maka pinggul montok Santi makin nungging sehingga bongkahan pantatnya terlihat nyata dengan belahan menggiurkan terhias cekungan agak merah dan kecoklatan. Sekeliling cekungan melekuk kedalam itu dilengkapi garis-garis kerutan simetris menandakan masih kencang dan kuatnya pertahanan otot-otot lingkar pelindung bagian intim Santi itu. Murad tersenyum lebar melihat cekungan anus Santi yang sebentar lagi akan ditembusnya. Ditétésinya gerbang anus menggairahkan itu dengan ludah dan diusapi dengan jarinya. Tanpa disadari oleh Santi otot-otot lingkar pelindung anusnya berkontraksi hingga cekungan itu bagaikan bunga putri malu menguncup ke dalam. Murad merasa ketegangan penisnya telah memuncak siap menerobos lingkaran otot yang pasti akan menahan dan melawan sekuat tenaga. Dengan kedua tangannya yang kuat Murad menarik bongkahan pantat korbannya ke samping kiri kanan sehingga cekungan anus Santi makin terbuka. Diletakkannya kepala penisnya yang telah begitu mengeras bagaikan kayu, dilebarkannya sejauh mungkin belahan pantat Santi, kemudian ditekan kepala penisnya perlahan-lahan namun dengan penuh keyakinan...
"Aaaaaaaaah, adduuuuuuuuuhhh, aaaauuuuuuuuwwww, jangaann masukin kesituuuuuu, sakiiiiiiiiiitt, tolooonng bang, saya enggga tahaaaaann, udaaaaaaahhh, sakiiiiiiiiiiittt bang , ampuuuuuuuuuuun, aaoooeeemmmmppfffh",
Santi tak dapat melanjutkan jeritan dan raungannya yang begitu memilukan karena mulutnya yang terbuka lebar kini mendadak tanpa permisi lagi dijejali penis Kyai Musiroh yang bengkok menyentuh langit-langit hingga ia tersedak.
Betapa kontras terlihat tubuh Santi demikian putih mulus dijepit di antara dua tubuh lelaki hitam legam berotot, dan tanpa ada rasa kasihan lagi ketiga jantan pembangunan itu memaju mundurkan senjata daging mereka ketiga lubang si wakil direktur. Semakin lama mereka semakin mahir menemukan ritme yang cocok : pada saat vagina Santi hanya terisi seperlima oleh penis mang Usep, maka anusnya justru tertancap maksimal oleh kemaluan pak Murad , dan juga kemudian sebaliknya, sementara kyai Musiroh mempunyai ritme tersendiri yang bergonta ganti antara perlahan, cepat , semakin cepat, kemudian mulai menurun , perlahan , seolah hampir berhenti , kemudian mendadak menerobos lagi menghantam langit-langit mulut Santi. Dalam keadaan terjepit itu Santi hanya dapat berusaha mencakar Murad yang begitu asyik menyodominya - namun kedua pergelangan tangannya langsung di telikung dan direjang di punggungnya sehingga tak mampu berontak. Kyai Musiroh juga tak mau kalah dan menjambak rambut Santi sehingga hunjaman penisnya semakin mantap menjelajah kedalam rongga mulut hangat dengan sapuan lidah yang begitu lembut. Tak ada lagi yang dapat dilakukan Santi selain memejamkan matanya sambil mengharapkan agar peristiwa gangbang ini segera berakhir karena dirasakannya bagaikan telah berabad-abad. Keempat badan yang sedang bergulat itu telah licin mengkilat karena penuh keringat, ruangan yang semula sepi kini tak hentinya terisi oleh dengusan dan rintihan silih berganti. Suara-suara yang khas menandakan pelbagai jantan dan betina sedang dilanda hawa nafsu tanpa kendali tak hanya menggema dari ruangan tamu , namun juga datang dari tingkatan di loteng, dimana Sandra juga sedang kewalahan dibantai pak Andang, Saimin dan mang Obar.
"Aaaiiiihhh, ooooohhh, iyaaaaaahhh, uuuuuuhh, ssssshhhh, siaaaaah, asoooooyyy bangeeeet, bisa ngelonin neng kayak begini, oooooohh, neeeeng, abaaang engggga mau berhentiiii lagii, pengeeen teruuuuus, kayak beginiiiiiii", terdengar bergantian suara pak Andang, Saimin dan mang Obar yang sedang asyik menjedug-jedug rahim Sandra sehingga yang terakhir ini menjerit-jerit dan berteriak-teriak bagaikan hysteris.
"Duuuuuuh, eeemmmpuuuuuk amaaaaat niiiiih memeeeek kelaaas satuu, bisa kedut-kedut mijit-mijit lagi, si neng bidadari turun dari langit ke berapa neng , tungggggu sebentaaar lagi abang mau banjiiiiir niiiih, aaaaaaah, oooooh", pak Andang berceloteh bagaikan mengucapkan jampi-jampi yang biasanya lebih sering dikeluarkan dukun di kampung.
Sandra akhirnya tak dapat lagi menahan laju gelombang orgasmus yang ketiga kalinya : penis pak Andang yang bagaikan batu linggis mengaduk-aduk menghantam membentur dinding vaginanya dari segala arah menyebabkan rasa ngilu sedemikian hebatnya sehingga Sandra kejang dan melengkung tubuhnya keatas. Hampir bersamaan Saimin dan Andang menyemprotkan sperma mereka ke dalam mulut atas dan mulut bawah Sandra : semburan bertubi-tubi memenuhi rongga mulut Sandra sehingga aroma khas kelakian agak amis sepat asin-asin memenuhi penciumannya, sementara air pelumas di dalam vaginanya bercampur dengan luapan sperma pak Andang yang memenuhi rongga kewanitaannya.
Kemaluan mang Obar yang begitu besar sehingga untuk mengocoknya Sandra terpaksa harus menggunakan sepuluh jari kedua tangannya akhirnya juga mulai berdenyut-denyut dan melimpahkan air maninya ke arah kedua gundukan daging di dada Sandra bagaikan pemadam kebakaran. Untuk lebih meningkatkan kehebatan rasa keunggulan mereka terhadap Sandra maka pak Andang dan pak Saimin tak hentinya meremas dan menggigit-gigit bergantian puting buah dada Sandra, sementara mang Obar dengan mendadak dan brutal menusukkan jari tengah ke dalam anus Sandra, mengakibatkan korbannya ini menggeliat menggelepa-rgelepar berusaha menolak rangsangan ini.
"Aiiiih, aoouuuuuw, udaaaah, paaak, saya engga kuat lagi, jangan masukin lagi, ampuuun pak", Sandra memelas.
"He he he, enaaak bangeeet ya neng, ngaku lah, ini baru namanya pertarungan kelas dunia, sekarang neng harus ngelayanin para jagoan yang lain - udah siap ya neng ?", demikian pak Andang sambil terus menyupangi Sandra.
Sandra tak mampu lagi menjawab komentar pak Andang karena nafasnya telah terputus-putus mengalami kehebatan orgasmus berulang-ulang tanpa henti, pandangan matanya mulai kabur dipenuhi oleh jutaan bintang berkunang-kunang. Hal sama pula sedang dialami oleh Santi yang dipaksa juga untuk mengalami orgasmus berulang-ulang, Murad , Usep dan Musiroh mempermainkan tubuh sintal bahenol korbannya : ketiga lubang Santi yang disumbat kejantanan itu akhirnya disirami oleh semprotan air mani, dimulai dengan Usep yang menaburi mulut rahim , kemudian Murad menambah licinnya dinding anus Santi dengan air mazinya, dan disaat Santi ingin berteriak sekuat tenaga untuk melepaskan semua rasa frustrasi dan pengakuan kekalahannya, maka kerongkongannya dipenuhi arus tsunami sperma dukun cabul Musiroh yang harus diakui Santi mempunyai rasa paling aneh dan tak enak dibandingkan dengan semua sperma yang pernah memasuki mulutnya, lebih sepat, pahit dan aroma amat menusuk hidungnya.
"Emmppphf, glegg, eeennnghh, gleeegg, eiiiihgg, gleggg, gleeegg, aghhh", Santi dipaksa menelan semua sperma yang sangat memuakkannya itu, diiringi seringai buas dan pandangan mata si dukun penuh nafsu hewaniahnya.
Akhirnya Santi dan Sandra tak sanggup lagi berontak apalagi melawan , tubuh mereka benar-benar telah lemas dan takluk sepenuhnya dikuasai kuli-kuli kasar itu, dalam keadaan setengah pingsan mereka tergeletak dimana mereka terakhir mengalami perkosaan massal. Wajah mereka juga telah kuyu dengan rambut acak-acakan , namun semuanya itu tidak dapat menyembunyikan kecantikan alamiah mereka, bahkan sebaliknya. Dalam keadaan telanjang bulat, tangan dan kaki agak terentang ke samping, wajah menengadah dengan mulut setengah terbuka dihiasi bibir basah merekah, justru semuanya menimbulkan semangat dan gairah setiap lelaki sehat untuk menggarap mereka. Apa yang dialami Sandra dan Santi selama hampir dua jam terakhir itu ternyata hanya merupakan "prelude", tak lebih dari "foreplay" yang menunjukkan betapa kemahiran dan stamina tubuh kuli-kuli kasar itu. Saimin dan Murad kemudian pergi sebentar untuk membeli makanan siang untuk mereka - sementara itu mang Usep, pak Andang, Kyai Musiroh dan mang Obar tak puas-puasnya mempermainkan tubuh korban perlécéhan mereka. Kedua tubuh yang amat langsing namun montok sintal bahenol itu tetap terlihat kontras dengan tubuh para pemerkosanya yang hitam dan kasar. Kulit Sandra dan Santi yang begitu putih kini telah penuh dengan bekas ciuman, cupangan bercak-bercak kemerahan dan disana sini juga bekas gigitan yang rupanya sangat gemas terutama di buah dada, ketiak, paha, betis dan perut datar di sekitar pusar yang sangat menggiurkan setiap mata lelaki. Ketika Murad dan Saimin pulang kembali dan membawa makanan lezat maka barulah keempat lelaki itu berhenti dan melepaskan mangsa-mangsa dari cengkraman mereka. Namun di saat itu mereka menunjukkan secara demonstratif bahwa mereka yang sedang "berkuasa" : mereka kembali memakai celana mereka, sedangkan kedua wanita elite cantik jelita itu dipaksa untuk tetap telanjang bulat duduk makan bersama di meja makan mewah. Betapapun permohonan dan ratapan mereka namun tak diladeni sama sekali : akhirnya mereka makan bersama, dan selama makan itupun tak henti-hentinya tubuh mereka dijadikan sasaran remasan, belaian , usapan dan cubitan kasar.
Setelah selesai dengan makan siang mereka maka ke enam pejantan itu merasakan telah cukup segar untuk mulai dengan "olahraga" babak berikutnya. Rupanya Murad , Saimin dan Kyai Musiroh mempunyai keinginan khusus untuk menggarap Sandra di kolam renang - kapan lagi sebagai buruh rendah dan sopir bisa mengalami sanggama dengan majikan di kolam renang mewah. Oleh karena itu tanpa memperdulikan permohonan Sandra yang masih kecapaian itu, mereka menyeret dan menceburkan mangsanya yang telanjang bulat itu ke kolam renang disusul oleh mereka sendiri setelah semuanya melepaskan pakaian sehingga semuanya bugil. Mereka dengan sengaja mempermainkan dan mengepung Sandra dari pelbagai jurusan, mereka bergantian memangkap memeluk tubuh Sandra yang mulus licin itu. Setelah tertangkap maka mereka menggelitik pinggang, mencubit paha, puting dan meraba-raba selangkangan Sandra sehingga menggeliat-geliat meronta kegelian, lalu mereka lepaskan kembali, dibiarkan Sandra berusaha berenang menjauhi diri dan berenang kearah tepi kolam. Namun jika Sandra hampir berhasil keluar dari kolam, maka kembali kakinya disergap dan ditarik kembali masuk ke air sehingga gelagapan. Setelah hampir setengah jam mereka mempermainkan mangsanya maka akhirnya Sandra mereka seret kebagian kolam yang sangat rendah airnya dan disitu kembali mereka bergantian dan bersama menggarap sang majikan. Sandra tak dapat berbuat apa-apa lagi, ini adalah akibat dari rencana jebakannya sendiri yang dipasangnya untuk Santi dan akibatnya juga harus ditanggungnya juga : menjadi permainan sex dari serigala-serigala yang diundangnya sendiri. Sementara itu di kamar tidur yang mewah dan penuh aroma parfum mahal tiga serigala lainnya yaitu pak Andang, pak Usep dan mang Obar sedang menikmati dengan rakus daging empuk yang sejak pagi tadi diincar mereka. Tak ada sejengkalpun tubuh Santi yang bebas dari jamahan, belaian, rabaan, remasan dan cubitan tigapuluh jari yang kasar - mereka bergonta ganti merangsang semua permukaan kulit Santi yang halus mulus penuh syaraf peka. Satu dua menit mereka meraba dan membelai dengan mesra seolah takut melukai - namun di saat Santi mulai relax dan mengira bahwa mereka tak main kasar maka mendadak mereka dengan gemas meremas mencubit bahkan menggigit secara geregetan dan sadis, terutama kedua puting susu dan kelentitnya menjadi sasaran utama.
"Neng geuliiiis bageuuuurr teuuiiiiing, montooook amaaat nih tetek, mamang mau nyoba susu seger boleh ya ?", mang Obar tak habisnya memuji kemolekan tubuh Santi dengan puting susu mencuat keatas menggemaskan.
"Udaah dong mang, saya udah capek bener, kasihani saya dong, mang mau uang berapa saya kasih, lepasin dong, saya engga akan lapor siapa pun, saya mau pulang mang, aaaaah, aouuuwwww, ssshhhhh, geliiii dong, ampuuuun mang , saya enggga kuat, engga tahan lagi, ampuuuun mang", Santi meratap sambil merintih-rintih.
"Waaah, masa baru aja mulain udah pingin berhenti sih neng, engga acih ah, mamang pengen banget nyicipin badan neng, lobang si neng ada tiga pasti masih kegatelan minta di sumpel, ngaku aja deh neng, betul engga", mang Obar tak henti-hentinya menyupangi payudara Santi yang demikian putih halus.
"Iya, nih paha begini mulus, jadinya pengen ngegigit terus, mana licin lagi memeknya, mamang jilatin lagi biar keluar madunya ya neng ?", pak Andang menimpali sambil tak puas-puasnya mengendus, menciumi, menggéwel bagian dalam paha Santi, selangkangannya, lalu menjilati celah liang surgawinya.
"Bapak sih mau nyumbang obat awet muda buat si neng, tapi neng mesti nyedot sendiri dari sumbernya, iyaaa gituuu pinteeer, aaah, aaaiiih, iyyaaa, jilaaaat, kuluum yang lama, sedooooot neng, jilaat lagi ujungnya tuh ada lobang, hhhmmm, pijitin biji pelérnya, daaah ampir keluaaar, yaaaa teruuuus neng", mang Usep sementara itu tanpa memperdulikan protes mangsanya menyumpalkan penisnya beraroma asam kedalam mulut Santi.
Kyai Musiroh |
"Emmmphfffh, ooooh, emmmmppphhfhf, aaaah, maang, geliiiii, aiiih, slrrrrp, ssssshhh, sssshhhh, auuuuw", Santi berusaha menarik nafas megap-megap di antara kegiatannya yang terpaksa menyepong, dan sekaligus menghentak-hentakkan kakinya karena tak tahan kegelian dirangsang vaginanya dan juga ngilu karena diremasi dan digigit putingnya.
"Ayoooh tuh nyang bener keluarin madunya, gue udah engga tahan pengen ngejos, bikin licin dulu tuh memek biar engga sakit", demikian mang Obar memberikan aba-aba kepada pak Andang yang semakin getol menjulurkan lidahnya kedalam celah kewanitaan Santi, kemudian dikecup dan digigiti kelentitnya yang semakin menonjol.
Mati-matian Santi berusaha menguasai nafasnya yang makin terengah-engah karena mulutnya dipenuhi penis mang Usep dan setiap tarikan nafas tercium aroma keringat selangkangan mang Usep yang entah berapa jarangnya dicuci. Semua tak ada guna : semakin lama tubuh Santi sebagai insan muda penuh hormon kewanitaan semakin berreaksi terhadap rangsangan yang diterima. Tanpa disadari jari-jari tangannya yang lentik semakin cepat mengocok penis mang Usep, badannya semakin menggeliat-geliat namun ditahan dan dibekap oleh pak Andang yang kini menjepit biji klitoris yang sedemikian peka di antara bibir tebalnya lalu digigiti dengan giginya yang setengah ompong. Di saat bersamaan mang Obar dengan sadis menggigit puting kirinya sedangkan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengahnya memelintir mencubit menarik puting puting kanan Santi - ini adalah trigger terakhir yang membuat ambruknya pertahanan Santi, apalagi saat itu mang Usep menekan keras penisnya di langit-langit belakang mulutnya. Srrrrr, crrooooot, croooooot, croooooot, lahar panas mang Usep menyemprot kerongkongan Santi menyebabkan ia tersedak dan hampir muntah, sedangkan gelombang kenikmatan menjalar dari ujung-ujung urat syaraf di buah dada dan kelentitnya meledak di kepalanya disertai jutaan bintang ibarat kunang-kunang berputar di hadapan matanya.
"Aaaahhhh, ooooooh nikmaaaat, iyaaaa neeeng, sedooooot teruuuuus, minuuuum semuanya pejuh hadiah hanya untuk neng geulis, jilaaat sampe bersiiiihh, ooooooh neng, mamang ngcrooot teruusss, aaaah", teriak mang Usep.
"Gantian ah, sekarang kalian pegangin si neng kesayangan gue yang bahenol, gue mau ngerasain lagi tuh memek, coba neng geuliiiiis teuiiing, lihat nih mamang punya lembing pusaka yang pernah dulu neng rasain", mang Obar kini menempatkan diri di tengah selangkangan Santi sedangkan kedua pahanya yang masing kejang menghentak-hentak diletakkannya di atas bahunya. Pak Andang dan mang Usep menyeringai mesum sambil menempatkan diri di samping kiri kanan bahu Santi sambil memegang pergelangan tangan Santi dan direjang di samping kepalanya.
Ditengah-tengah badai orgasmus yang melanda tubuhnya dan dengan berkabutnya linangan air mata Santi masih sempat melihat mang Obar menempatkan diri di tengah selangkangannya, rasa terkejut dan ngeri membuatnya meronta-ronta karena alat kejantanan yang siap membantainya sangat besar, seingatnya bahkan lebih besar dan panjang dari beberapa tahun lalu ketika dirinya digagahi pertama kali di rumah teman kuliah dan ex pacarnya Erwin di masa itu.
"Jangan pak, ampuun, saya engga mau, penis mamang terlalu besar, pasti engga muat, jangan,", Santi berusaha melepaskan diri dari cengkraman kedua kuli yang merejang kedua pergelangan tangannya sambil meratap.
"Engga apa-apa neng, jangan takut, kalo neng tahan dikit memang permulaannya mungkin ngilu sakit, tapi nantinya ditanggung neng ketagihan minta terus, he he he, mamang mau mulai nih ngebelah durennya neng, uuuuh iyaaaa, mantab engga berobah, tetep aja peret kaya dulu, mamang teken pelan-pelan lagi ya neng, shhhhhh", desis mang Obar.
Santi menggéléng-gelengkan kepalanya ke kiri ke kanan selain sebagai pengucapan rasa ketidak berdayaan, selain itu seolah-olah ingin menghindarkan rasa ngilu dan sakit yang mulai menerpa kemaluannya. Kakinya yang tergantung tak berdaya di pundak mang Obar hanya menumbuk-numbuk lemah punggungnya tanpa menghasilkan perubahan apapun. Jari-jari lentiknya membuka menutup sebagai ungkapan ketidak berdayaan karena nadinya tetap direjang ditekan ke kasur ranjang. Wajah sayu kuyu begitu ayu cantik dan manis semakin menengadah menggairahkan, apalagi disertai dengan dengusan nafas keluar dari lubang hidung mungil kembang kempis. Sementara bibir nan merah basah merekah setengah terbuka mengeluarkan suara rintihan seorang betina sedang dikuasai jantan-jantan perkasa :
"Aduuh, aooowwh, aaaaahh, shhhhhh, auuuuuuuw, paaaak, pelaaaan-pelan , jangaaaan diterusin , ngiluuuuu, oooooh, sakiiiiiiiiit paaaak , udaaaaaah, aaaaauuuuuww, ampuuun, paak udah dong, auuuuuuww", Santi menggelepar-gelepar bagai kancil lemah sedang dicengkeram dikoyak oleh tiga singa yang ganas dan buas.
Semuanya tak diperdulikan oleh ketiga lelaki desa yang sedang kesurupan nafsu birahi, bahkan kini pak Andang dan pak Usep menciumi mencupangi ketiak Santi yang tercukur licin, bau keringat betina sedang digarap semakin menambah gairah keduanya. Kulit ketiak yang juga sangat peka itu dijilati , dikecup dan digigit, sementara jari-jari kasar pak Usep dan pak Andang mengembara lagi menaiki bukit gunung di dada Santi diremas-remas lalu mencari-cari puncak puting berwarna coklat muda kemerahan itu untuk kembali dipilin-pilin, ditarik dan dicubiti dengan gemas.
Mang Obar akhirnya dengan susah payah berhasil menjejalkan seluruh rudalnya ke dalam vagina Santi, kemudian tanpa memperdulikan perbandingan besar rudalnya sendiri dengan ukuran alat kelamin mangsanya dan mengabaikan jeritan sakit korbannya mulailah dia menggenjot sekuat tenaga, keluar masuk , keluar masuk, tarik dorong, pelahan keluar, lalu dihantamnya mulut rahim wanita idamannya itu.
"He he he, akhirnya kesampean juga ngimpi mamang bertahun-tahun, duuuuuh legitnya nih daging, kena lotere apa ya mamang bisa nyicipin lagi badan amoy putih mulus begini, enaaak ya neng dironcé mamang, ngaku lah neng mau terus-terusan jadi piaraan mamang, makin syuuuur di jedug-jedug, sakit ngilu nyeri tapi nikmat ya neng?", ujar mang Obar sambil cengéngésan melihat wajah Santi sedemikian ayu menggairahkan di saat mengalami perkosaan.
"Auuuuuwww, aduuuuh, aaauuuuuuuw, enggghhh, ooooooohhh, udaaaaah, saaakiiiiittt, maaang, aampuuuunn", desahan Santi tiada hentinya diselang seling oleh suara dengusan mang Obar bagaikan banteng ketaton murka.
Sekitar duapuluh menit Santi dikerjain habis-habisan dalam keadaan terlentang kemudian mang Obar menginginkan posisi lain, juga untuk memberikan kesempatan kepada kedua peserta lainnya untuk menikmati tubuh Santi.
"Giliran siapa mau ngegantiin gue ngejos, ayoh rebahan situ, bikin ngaceng nyang manteb jadi bisa nancep dari bawah", mang Obar rupanya asyik mengambil inisiatip bagaikan mandor.
"Iya lah gue pengen nyaté durén si neng dari bawah, dijamin semprotan air mancur mamang untuk servis néng, siapa tahu ntar keluar gadis cilik cantik mirip néng, he he he", rupanya mang Usep berkhayal menghamili Santi.
"Engga usah lah, mamang sih ntar mau banjir ditempat nyang aman, lagian nih pejuh obat awet muda manjur, supaya néng awet muda terus, jadinya mamang konak banget lah", rupanya pak Andang lebih senang disepong.
Santi yang sudah lemas tak berdaya melawan ketika tubuhnya diangkat dalam posisi telungkup oleh pak Andang dan mang Obar, kemudian perlahan diturunkan dengan liang kewanitaannya yang basah licin diarahkan ke rudal mang Usep yang terlentang dengan penis ngaceng keras bagaikan gagahnya tugu Monas.
"Aaaaahhhhh, aaaiiiiihmmmmhh, aaaaduuuuuh, maaaang, ooooooooohh, pelaaan pelaaan", Santi menggeliat lemah ketika dirasakannya vaginanya dibelah oleh tugu daging mang Usep, sentimeter demi sentimeter akhirnya amblas semuanya, posisi Santi kini menungging dengan bongkahan pantat bahenol menonjol ke atas. Kedua tangannya yang sudah lemas gemetar berusaha menunjang tubuh atasnya dan kesempatan itu dipakai oleh mang Usep yang keenakan menggenjot Santi dari bawah untuk mencaplok bergantian kedua buah dada Santi yang montok , diremasi dan dijilat-jilat serta disedot-sedotnya putingnya sehingga semakin mencuat menegang.
"Duuuuh, enaaaaak beneeer nih tetek, empuuuuk haluuuuuus putiiih kayak kapas, mamang mau minum susu asli si neng ya", mang Usep kembali mencaplok dengan rakus ke kiri kanan, membuat Santi berontak-berontak kegelian.
"Jangaaan sadis dong, sakiiiit aaaah mang, ngiiluuu doong, oooauuuw, ssssh, adduuuh, au bagaikan kuntum bunga mulai merekah. Mang Obar meletakkan penisnya yang sangat panjang besar itu di tengah lingkaran anus Santi, dengan kedua tangannya dicekalnya kedua bongkahan pantat montok bahenol itu dan ditarik ke samping agar lebih membuka lagi. Diberikannya aba-aba pada mang Usep untuk menancapkan kemaluannya di vaginanya sedalam mungkin namun tidak maju mundur, diludahinya beberapa kali lubang anus Santi dan juga kepala penisnya, lalu mulailah ia menekan maju.
Rasa pedih, ngilu dan sakit tak terkira bagaikan tersayat pisau tajam mengakibatkan tubuh Santi bergetar menggelepar-gelepar bagaikan sedang sekarat , teriakan sekuat isi paru-parunya diusahakannya keluar namun tetap teredam oleh penis pak Andang yang semakin menekan wajah Santi sehingga melekat selangkangannya yang penuh bau keringat dan kemaluannya menekan langit-langit kerongkongan Santi membuatnya beberapa kali tersedak-sedak dan mulai menangis tersedu-sedu. Namun semuanya tak menimbulkan rasa iba para pemerkosanya, bahkan sebaliknya justru mang Obar makin semangat menanamkan penisnya yang begitu besar ke dalam lubang pantat Santi. Rasa pedih dan nyeri bagai disayat-sayat pisau kini berganti dengan rasa ngilu sakit bagaikan disodok kayu panas nyala berapi, apalagi gerakan hunjaman penis mang Obar disertai pula gesekan dan gerakan keluar masuk penis mang Usep.
Di saat itu Santi hanya mengharapkan agar ia segera jatuh pingsan, belum pernah dialaminya peristiwa gangbang seperti ini. Dalam kehidupan pribadinya Santi telah mengenal seks sejak masih menjadi mahasiswi, pernah alami pesta seks sebagaimana diceritakan di dalam kisah "Desahan Santi dkk." alias "The Hottest Liveshow" terdahulu.
Setelah itu sejak ia menjadi sarjana dan menduduki kudukan tinggi di masyarakat Santi bukanlah termasuk kaum selebriti yang melakukan seks liar dengan segala macam pria. Namun sebaliknya ia pun bukanlah wanita munafik dengan berpura² memakai baju penutup seluruh badan , penutup rambut dan penutup wajah seperti sementara kaum wanita di kelompok tertentu. Dalam pergaulannya yang sangat luwes dan bebas dengan rekan bussiness dan kelompok kelas tinggi maka dimana dirasakan kebutuhan biologisnya sebagai wanita sedang tinggi , maka sesekali diterimanya undangan pria yang dianggapnya sederajat untuk intim, termasuk Hendra suami Sandra.
Namun apa yang sedang dialaminya saat ini adalah perkosaan massaal yang terkadang dibacanya di surat kabar terjadi terhadap gadis muda yang dijebak kelompok perampok atau begundal gelandangan. Kini semuanya terjadi dan dialami olehnya sendiri - jikalau disaat pesta seks di rumah ex rekan sekuliahnya Erwin adalah atas "suka rela" - maka kini tubuhnya dipakai semena-mena, tubuhnya di seret memasuki arus pusaran sex menenggelamkan ke dasar dunia gelap penuh luapan nafsu tak terbendung. Betapapun akal sehatnya serta jiwanya menolak , namun keenam pemerkosanya terlalu canggih dan pengalaman mempermainkan tubuh sintal montoknya. Peluh membasahi badan Santi dan ketiga pemerkosanya meskipun udara di villa itu sangat sejuk sehingga terlihat licin mengkilat. Hentakan demi hunjaman penis mang Usep dan mang Obar berganti masuk keluar lubang vagina dan anus Santi, keduanya mengusahakan penis masing-masing agar saat maju mundur tak sampai keluar sama sekali, kepala penis mereka yang berbentuk jamur atau topi baja itu bertahan silih berganti di kedudukan paling dalam atau berada di awal gerbang lubang yang sedang mereka jarah. Mang Usep dan terutama mang Obar merasakan betapa halus lapisan dalam liang yang sedang mereka gagahi, belum lagi tanpa disadari otot-otot Santi mencekal meremasi lembut, sukarlah dilukiskan kata-kata betapa kenikmatan yang sedang dialami keduanya, sehingga mereka mendengus-dengus. Sebaliknya dengan para pemerkosanya maka Santi merasakan siksaan dan penderitaan tak kunjung henti, daya untuk berontak atau melawan tak dimilikinya lagi, rasa ingin mempertahankan kehormatannya telah punah total. Usahanya untuk mencakar lengan atau tangan mang Obar yang memegang bongkahan pantatnya langsung gagal karena kedua pergelangan tangannya segera dicekal oleh mang Obar dan ditelikung agak keatas dipunggungnya menyebabkan rasa sakit dipergelangan bahu. Santi kini hanya dapat menurut dan pasrah sepenuhnya terhadap semua keinginan tiga lelaki yang bagaikan predator buas sedang mencabik-cabik korbannya. Proses alamiah perlahan² membantu Santi : dari tengah rasa sakit tak terkira mulai muncul sensasi lain, sengatan perih mulai tercampur dengan kehangatan dan gelombang kegelian dan kenikmatan yang terlarang. Jeritan sakit mulai berubah menjadi rintihan dan desahan wanita dewasa ditengah badai keputus-asaan menghadapi jeratan siksa gatal dan nikmat.
"Gimana neng, mulai ngerasain enak engga, mamang engga ngebohong kan, dari perih ngilu sakit pelan-pelan jadi nikmat, iyaaaa neng juga pinter jadinya mijitin sosis mamang, uuuuh enaaak sedaaaap, teruuus gitu neng", celoteh mang Obar dan mulai mempercepat genjotannya.
Mang Usep yang berada dibawah merasakan perubahan gejosan mang Obar tak mau kalah ikut mempercepat genjotannya, sehingga dinding vagina dan anus Santi berganti-ganti terasa ditarik dan didorong masuk keluar. Santi sudah tak perduli lagi, tenaganya telah sirna, hanya desah rintihan lewat lubang hidungnya terkadang masih terdengar, mulutnya tetap tersumpal oleh penis pak Andang. Agaknya dari ketiga lelaki pejantan itu pak Andang lah yang pertama-tama mencapai puncak orgasmusnya, disertai dengusan kepuasan keluarlah semburan pejuhnya menyemprot ke dalam langit-langit kerongkongan Santi :
"Duuuuh siaaaah, mamang nyumbang obat awet muda niiih, aaaaah, teleeeeen semua neng , iyaaaaaaa, sedooot, minummmm semuaaaa, neng geulis pinter nyepong, jangan ada nyang kebuang, sayang mubazir, mahal neng engga ada yang jual, jilaaaat neng, iyaaaa", pak Andang akhirnya melepaskan jambakannya di rambut Santi.
Santi berusaha mati-matian melawan rasa mual ingin muntah karena terpaksa menelan sperma yang asin-asin sepat serta berbau asam itu, tersedak terbatuk-batuk namun terpaksa diturutnya kehendak pak Andang, diteguknya semua tetesan sperma di kepala penis pak Andang, bahkan tetesan yang masih keluar dari lubang kecil itupun dijilatnya. Lima menit kemudian dengan waktu hampir bersamaan mang Usep dan mang Obar menyemburkan sari kelakian mereka ditubuh Santi, keduanya menekan menghunjam penis mereka sedalam mungkin ke dalam vagina dan anus bagaikan tak ingin mencabutnya kembali, semuanya itu diterima dengan pasrah oleh Santi disertai rintihan lemah:
"Aaaaah, iyaaa, saya nyeraaaah, oooooh amampppuuunn, udaaaaaah, sayaa pingsaaan paaak, lepasin oooohh".
Kedua pemerkosanya membiarkan penis mereka bermenit-menit tetap berada di lubang yang dijarah mereka, sehingga denyut-denyut terakhir dan tetesan terakhir lahar panas sperma mereka telah memasuki rahim dan anus Santi, berulah mereka melepaskan korbannya, dan akhirnya mereka berempat menggeletak telanjang bulat dan penuh keringat. Tiga hari dua malam pesta orgi itu berlangsung dimana Sandra dan Santi dijadikan budak sex, semua gaya dan cara bersetubuh di lakukan dan di paksakan oleh enam laki-laki itu, tak tahu lagi pasangan mana dan kombinasi mana yang telah mereka laksanakan - dan semua adegan itu di abadikan mereka melalui webcam dan juga HP, kemudian kartu-kartunya diambil dan dibawa mereka untuk dijadikan kenangan dan bahan jaminan di hari depan.
###################
Setelah tiga hari Santi yang telah berubah menjadi pendiam sekali dan tak mau bicara lagi diantarkan pulang Sandra. Tak ada satu katapun yang lepas dari mulut Santi sehingga tiba dirumahnya, permintaan maaf Sandra juga tak digubrisnya, pendek kata : Santi mengalami transformasi seolah menjadi mirip seorang tuli dan gagu.
Di tempat kerjanya juga semua orang dan rekan²nya menjadi heran dan sangat prihatin, walaupun apa yang Santi kerjakan tetap tanpa cela dan sangat korekt, namun senyumnya yang dahulu murah sekali kini tak muncul.
Diakhir bulan datanglah seorang nasabah sama sekali tak terduga oleh Santi, yaitu Jimmy yang menceritakan bulan mendatang ia akan liburan selama dua minggu ke Belanda - dan Jimmy menanyakan secara iseng berbasa basi apakah Santi berniat untuk liburan ke Eropah ? Pada saat itu barulah terlihat wajah Santi yang selama ini kaku dan sedingin es agak berubah dan perlahan² timbul kecerahan dan bahkan terbersit senyum diujung bibirnya. Mereka kemudian bersepakat untuk bertemu kembali dihari Sabtu berikutnya di pusat perbelanjaan untuk menikmati makan siang bersama. Seminggu kemudian Santi mengajukan permintaan cuti khusus dengan alasan kebutuhan keluarga, dalam periode mana ia tidak perlu memperoleh honorarium. Pada hari sama Santi menuju ke Kedutaan Belanda untuk mengajukan visum Schengen pelbagai negara Eropah, dimana sebagai sponsor dan individu yang mengundang adalah Dr. Jimmy van de Lange. Karena Jimmy memang warganegara Belanda dan mempunyai kedudukan sangat baik serta kemampuan keuangan termasuk "high society" di negara kincir angin , maka visum untuk Santi tanpa banyak rewel dalam waktu dua hari telah dikabulkan. Tiga minggu kemudian pasangan Santi dan Jimmy terlihat bergandengan tangan masuk kedalam cabin Royal Class dari Singapore Airlines dari Bandara Sukarno Hatta ke airport Changi - dan dari situ melanjutkan dengan pesawat lebih besar Airbus 380 menuju ke Schiphol Amsterdam. Santi akhirnya melepaskan jabatannya yang cukup tinggi di Jakarta , dengan pendidikannya bertaraf internasional dan kemampuan pelbagai bahasa asing, maka dalam waktu singkat ia memperoleh pekerjaan kedudukan melebihi yang di lepaskannya di Jakarta. Wajah dan penampilannya telah pulih ceriah kembali - semua pengalamannya dengan Sandra dan ke enam lelaki di villa daerah Puncak telah terhapus kebahagiaannya mendampingi Jimmy.
TAMAT , atau ............... ? Atau para Mupengers punya ilham gimana Jimmy menggarap Santi ?????
elzhakhar@hotmail.com
alias Satyrosaurus
Si Pemangsa Gadis
Sabtu, 30 Agustus 2014
Karya Pengarang Lain
0 Response to The Hottest Liveshow Continues: Santi
Posting Komentar