Fransisca baru saja menikah dengan seorang calon penerus pemilik sebuah perusahaan yang lumayan besar. Fransisca yang keturunan Tiong Hoa ini memiliki tinggi badan sekitar 168cm dengan tubuh langsing. Payudaranya yang berukuran ideal menjadi salah satu aset fisiknya yang paling 'menonjol'. Selain itu dia juga memiliki wajah yang lumayan cantik dengan kulit putih dan mulus. Terkadang Fransisca berkunjung ke kantor suaminya itu untuk membawakan bekal makan siang atau sekedar melihat-lihat keadaan kantor perusahaan suaminya itu. Setiap dia datang, dia selalu memberi salam atau melempar senyuman kepada orang yang berpapasan dengannya tanpa memperdulikan jabatan dan posisi mereka. Biasanya karyawan-karyawan tersebut membalas senyuman Fransisca sambil manggut-manggut sampai Fransisca berjalan menjauh sehingga mereka dapat dengan leluasa memperhatikan lekuk tubuh ramping nya dari belakang, bahkan beberapa kali mereka menyempatkan diri untuk diam-diam mengambil foto dengan HP mereka. Tubuh putih tinggi langsing itu seperti pemacu semangat dan hiburan satu-satunya bagi para karyawan di kantor itu.
----------------------------------4 tahun kemudian--------------------------------------------
Waktu berjalan, lama kelamaan Fransisca mulai berubah. Kehidupan sebagai istri orang kaya merubah sifat ramah dan murah senyumnya itu menjadi sedikit angkuh dan agak sombong. Dia tidak lagi menyapa atau memberi senyuman kepada orang yang di jumpainya di kantor perusahaan suaminya setiap dia datang berkunjung. Entah itu dorongan dari sang suami untuk tidak terlalu ramah dengan bawahan, atau memang kehidupan barunya membuat dia lupa bahwa dia sendiri berasal dari orang biasa saja. Perilaku nya ini sangat disayangkan oleh karyawan-karyawan yang bekerja di kantor tersebut. Fransisca yang kini berumur 30 tahun masih memiliki bentuk tubuh yang indah dan ideal seperti waktu dia baru menikah.Mungkin ini di karenakan dirinya yang belum pernah mengandung anak di perutnya. Pernikahannya selama bertahun-tahun dengan si bos perusahaan belum membuahkan anak. Di saat itu juga perusahaan tersebut sudah sepenuhnya di kendalikan oleh suami Fransisca. Tak lama setelah dia mengambil jabatan tersebut, suaminya melakukan PHK karyawan secara besar-besaran, bahkan karyawan yang sudah bertahun-tahun bekerja di sanapun terkena pemutusan hubungan kerja tersebut. Jeber, Gembul, Bonar, Ambon, dan Bopeng adalah office boy dan satpam yang masuk dalam daftar panjang PHK tersebut. Mereka sangat kesal dengan peristiwa ini, padahal selama ini mereka sudah bekerja
dengan baik. Bahkan Jeber dan Bonar yang sudah agak berumur sudah bekerja selama belasan tahun
disana, sejak ayah mertua Fransisca masih memimpin perusahaan. Hanya orang-orang yang pandai menjilat sajalah yang masih di pertahankan di perusahaan tersebut. Mereka bahkan tidak diberikan pesangon yang sepantasnya dan hanya di berikan waktu seminggu untuk angkat kaki dari kantor perusahaan tersebut.
"Wah, kita udah dianggap kayak binatang aja sama si bos. udah kerja lama disini , main di PHK aje!" kata
Jeber ke teman-temannya para OB dan satpam yang ikut dipecat sepihak.
"IYA! Ngepet tuh si bos!" tambah Bopeng.
"Kaga bisa nih kita biarinin begini aje! Harus di bales nih si gendut sialan bos kita itu!" kata
Gembul.
"Ah kau sudah gendut pake ngatain orang gendut juga Bul! Bedanya, dia gendut tapi bisa punya bini
macam Fransisca gitu. Sedangkan kau, sama-sama gendut tapi tidak laku-laku!" Semua yang disana tertawa terbahak, termasuk si Gembul yang diejek.
"Eh, ngomong-ngomong soal Fransisca...gimana kalo kita bales dendam lewat si amoy bini bos itu? Setuju ngga lo pada?" kata Ambon.
"Gimana caranya Mbon?' tanya Bonar.
"Tenang, gua ada ide nih, kebetulan gua punya channel buat bantu" seru Ambon sambil senyum.
"Channel alat apaan tuh Mbon?" tanya Bopeng.
"Ah bego lu! Channel tuh artinya gua kenal
orang yang bisa bantu kita buat jalanin rencana ini" kata Ambon sambil menampol muka Bopeng.
"Emang mau kita apain si Fransisca itu?" tanya yang lain. "Tenang aja, lo lo pada bakalan bisa ngerasain
enaknya ngewein memek tuh amoy, itung-itung bales dendam sekaligus dapet nikmat HAHAHAHA" kata Ambon sambil tertawa.
Semua yang disana menyetujui dengan penuh antusias.
----------------------------------sebulan kemudian--------------------------------------------
Sore itu Fransisca sedang dalam perjalanan pulang dari kantor suaminya, melewati jalan yang biasa di lewati. Fransisca yang duduk di baris kedua tampak sedang asik BBMan. Dalam kesehariannya, Fransisca selalu menggunakan busana santai meskipun busana sederhana itu merupakan produk bermerek mahal. Tshirt berwarna putih dengan corak abstrak dipadukan dengan celana pendek seatas lutut. Sedangkan rambutnya yang hitam lurus dibiarkannya tergerai indah. Di baris depan ada sopirnya yang sedang mengendalikan laju mobil SUV mewah tersebut. Saat sedang berhenti di lampu merah perempatan yang dikenal lama jeda antara merah ke hijau nya, SUV Fransisca diserbu segerombolan anak-anak kecil peminta-minta tepat di jendela depan samping sopir dan jendela baris kedua tepat di samping Fransisca. si sopir memberikan tangan menandakan "ngga ada receh" ke anak-anak tersebut. Begitu juga Fransisca yang enggan membuka kaca di lampu merah karena takut kena debu di wajahnya yang putih mulus dan bersih itu. Namun anak-anak tersebut tetap bersikukuh menempel pada kaca SUV tersebut. Akhirnya Fransisca buka mulut
"udah kita kasih aja, daripada mobil jadi kotor dan baret-baret ditempelin sama anak-anak" ujar Fransisca ke sopirnya sambil mencari-cari uang receh di mobilnya.
Setelah mengumpulkan uang-uang receh tersebut, Fransisca membaginya dengan sopirnya supaya dia juga bisa memberikan receh tersebut ke anak-anak di bagian kaca sopirnya itu. Namun karena anak-anak itu tergolong bertubuh kecil kaca mobil SUV tinggi itu harus di buka sampai habis untuk membagi uang receh tersebut. Sesaat ketika kaca Fransisca dan sopirnya terbuka lebar, muncul tiga orang berhelm full face dari antara kerumunan anak-anak kecil tersebut. BUKK!! Satu orang langsung memukul kepala sopir hingga dia pingsan, satu orang memasukan tangan ke dalam kaca bagian Fransisca dan membuka kunci mobil dari dalam. Setelah pintu terbuka satu orang lagi langsung menarik tubuh wanita cantik itu sambil menyekap mulutnya dengan kain yang sudah di siram obat bius. Tak jauh dari sana ada dua buah motor yang sudah di siapkan. Fransisca tak sadarkan diri ketika ketiga orang itu membopongnya ke atas motor pertama dengan posisi bertiga (Fransisca dihimpit di tengah) dan dibawa kabur masuk ke dalam gang-gang kecil. Sore itu Fransisca berhasil di culik!
----------------------------------tiga jam kemudian--------------------------------------------
Fransisca masih memejamkan mata, meskipun kesadarannya mulai kembali. Dia mendengar ada suara desahan-desahan kecil dari sampingnya.
"uuuhhh ahhhh ooohhh mmmm..." terdengar dari suara itu.
Pandangan Fransisca masih buram, tapi dia merasa ada sosok kecil sedang berlutut di samping tempat dia berbaring. Dan dia juga merasakan ada sesuatu di dalam tshirt-nya sedang bergerak kesana kemari. Fransisca berusaha memulihkan kesadarannya dan betapa kagetnya dia dengan apa yang dilhatnya. Seorang anak cowok abg sekitar umur 12 tahunan sedang memegangi tangan kanan Fransisca dan di pergunakan untuk mengocok penis anak itu, sementara tangan satunya lagi sedang merabai payudara Fransisca dari bawah Tshirt nya yang kini sudah terangkat sampai bawah dada. Anak abg dekil itu terlihat sedang memejamkan mata keenakan sambil melakukan semua itu terhadap Fransisca. Fransisca yang kaget setengah mati itu langsung menarik tangannya dari penis hitam dekil anak itu dan berteriak,
"Ngapain kamu!?"
ABG dekil itu juga ikutan kaget, dia tidak menyangka Fransisca akan sadar secepat itu. Namun kekagetannya itu tetap tidak membuatnya melepaskan tangan satunya lagi dari payudara Fransisca yang masih mengenakan BH tersebut.
"Lepasin!!" teriak Fransisca sambil menampik tangan ABG dekil tersebut. Setelah itu Fransisca berusaha bangun,
namun kesadarannya belum pulih benar. Kakinya masih lemas, sehingga dia hanya bisa bergerak duduk mundur sampai punggungnya menempel pada tembok di belakangnya. Tidak lupa dia menurunkan Tshirtnya yang terangkat sebelumnya. Si ABG dekil bangun berdiri dan memasukan penisnya yang masih berdiri ke dalam celananya. dan pergi meninggalkan Fransisca keluar dari ruangan lewat celah pintu yang sudah tak berpintu. Satu-satunya akses keluar dari ruangan tersebut. Kesempatan itu di pergunakan oleh Fransisca untuk kembali memulihkan kesadarannya. Meskipun masih agak buram, dia berusaha
melihat sekitarnya. Terlihat saat ini dia sedang duduk di kasur busa yang tampak lusuh dan dekil. Ada speaker besar di tiap sudut ruangan yang tidak terlalu besar tersebut. Tampak beberapa kasur busa dekil bergeletakan di ruangan tersebut. Temboknya terlihat dekil, kotor dan penuh coretan-coretan pylox. Sepertinya ruangan ini adalah bagian dari gedung yang sudah tidak dipergunakan lagi. Hal itu membuat Fransisca menegakkan tubuhnya supaya tidak menyender di tembok yang kotor. Jendela-jendela di ruangan itu tampak sudah tidak terawat. Kaca-kacanya sudah pecah dan di gantikan dengan papan triplex membuat satu-satunya sumber penerangan di ruangan itu hanyalah lampu neon putih yang banyak di hinggapi cicak di plafonnya. Fransisca yang selalu bersih itu tampak sangat jijik dan ketakutan, dia memeluk lututnya sebentar sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang. Fransisca kembali kaget ketika sadar ternyata lehernya sudah di jerat semacam rantai anjing yang rantainya digembok ke pipa besi di tembok belakangnya. Rantai sepanjang 4 meter itu membuatnya tidak bisa lari dari ruangan tersebut. Segala upayanya untuk melepaskan rantai tersebut dari lehernya gagal total.
----------------------------------15 menit kemudian--------------------------------------------
Si ABG dekil kembali masuk ruangan. Hal itu membuat Fransisca kembali waspada, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan merapatkan lutut ke tubuhnya sambil menyender ke tembok di belakangnya.
"Mau ngapain lagi kamu??" tanya Fransisca.
Namun si ABG tidak menghiraukan dia dan terus berjalan ke arah Fransisca. Ternyata ada satu orang lagi masuk, tapi orang ini sudah jauh lebih dewasa dengan badan besar hitam dengan rambut gimbal ala Bob Marley. Badannya penuh tato dan wajahnya penuh tindikan anting. Penampilan orang itu membuat Fransisca takut bukan main, dia sampai tak bisa berkata-kata. Matanya mulai berkaca-kaca dan badannya
gemetar hebat.
"Lo apain die sampe bisa siuman secepet ini?" tanya si Gimbal ke anak ABG dekil tersebut.
"Kaga aye apa-apain bang! sumpah! Aye cuman liatin doang, pan abang sendiri yang suruh aye jagain nih amoy" kata si ABG dekil ketakutan.
"Kaga mungkin die bangun secepet ini kalo kaga lo gangguin!! pasti lo grepe-grepe ye!?? dasar kecil-kecil cabul lo!!" bentak si Gimbal
"Gua udah bilang, ntar juga lo dapet jatah!! tapi nunggu giliran dong! yang tua2 dulu! Dasar kaga tau sopan ssantun lo!" tambah si Gimbal.
"Hehehe iye sih bang, tadi aye grepe-grepe dikit, tapi cuman dikit kok bang! Suwer! Abis ane kaga nahan liat si amoy putih mulus gini. Kagak kayak mpo Ani di warteg seberang yang item gembrot dekil. Apalagi nih susunye kenceng bang!" kata ABG dekil sambil cengengesan.
"Dasar kaga tau di untung lo! Udah bagus mpo Ani kasih lo yang anak ingusan gini ngewein dia, pake dihina segala!! Dah gitu, enak bener lo ye udah ngerasain toket si amoy!! Gue aje belon!! Kampret lo! kembali si Gimbal membentak si ABG dekil.
"Hehehe iye bang maapin aye ye, ane kilaf! kaga lagi deh! Ane nunggu giliran aje abis ini" kata ABG dekil.
"Ya ude, gue telponin dulu si Ambon suruh dia dateng sama temen-temennye, lo jagain lagi si amoy ye! Awas lo apa-apain lagi" seru Gimbal.
Fransisca makin ketakutan, dia menangis tidak tahu harus berbuat apa. Dia berteriak-teriak minta tolong, berharap ada orang di luar gedung yang mendengar jeritan minta tolongnya itu. Si ABG dekil hanya tersenyum melihat tingkah Fransisca, dia berjalan ke arah mesin HiFi di sampingnya dan menyetel lagu metal untuk mengiringi teriakan Fransisca. Dengan santai si ABG menyalakan sebatang rokok yang sedari tadi di selipkan di telinganya dan menghisapnya seakan mengisyaratkan bahwa teriakan Fransisca itu adalah usaha yang sia-sia. Melihat itu, pupuslah harapan Fransisca untuk mengharapkan pertolongan dengan cara berteriak.
----------------------------------setengah jam kemudian--------------------------------------------
"Nah ini diaaaaa!!!!" tiba-tiba ada suara terdengar bersamaan dengan masuknya beberapa laki-laki ke dalam ruangan itu.
Jeber, Gembul, Bonar, Ambon, dan Bopeng sudah tiba di lokasi. Di belakang mereka si Gimbal datang menyusul.
"Bener kan nyang ini amoy nye?" tanya Gimbal kepada Ambon. "Bener abis bro! Emang lo paling jago deh kalo soal ginian" jawab Ambon disambut tawa girang teman2nya.
"Lho!! kalian kan yang dulu kerja di kantor suami saya? Jadi ini ulah kalian!???" tanya Fransisca geram.
Pertanyaan Fransisca itu hanya di sambut dengan senyuman oleh mereka.
"Apa maksud nya ini semua? Kalian mau uang?? Saya bisa minta kok sama suami saya! Perlu berapa? asal jangan apa-apain saya pasti dikasih deh! tambah Fransisca.
"Eh Amoy diem lu, jangan berisik...gua mau ngomong sama temen gua! teriak Gimbal memotong kata-kata Fransisca.
Fransisca terdiam karena takut dengan sosok si Gimbal.
"Mbon lu jangan lupa sama bagian temen2 gua yang bantu nyulik tadi sore ya!" seru Gimbal kepada Ambon.
"Iya tenang aja, temen-temen lo juga demen memek amoy kan?" tanya Ambon. "So pasti dong Mbon! Orang gile aje nyang kaga demen sama cewe putih mulus kayak ginian hahahaha" tawa Gimbal.
"Aye juga demen bang!" celetuk ABG dekil. "Iya Cil! lo juga dapet kok. Tenang aja gua ngga pelit kok hahaha, kalo perlu ajak aja temen-temen main lo yang laen juga pada cepet gede. jangan kerjaannya cuman mainin gundu aja di lapangan. Kita ajarin gimana orang gede main" kata Ambon. (ternyata nama panggilan si ABG dekil adalah Ucil)
"Wah bener nih bang? Aye boleh ya manggil temen-temen aye? tengkyu ye bang!" kata Ucil girang.
"Iye boleh tapi tunggu kita-kita yang gede kelar dulu ya! Dimana-mana yang tua duluan kan." tambah Ambon
"Siap bang! Aye cabut dulu dah manggil temen-temen. Pasti pada seneng dah nih pada. Mereka juga udah bosen ngewein Mpo Ani doang, soalnye cuman die nyang mau di ewe ama anak-anak seumur kite-kite" kata Ucil sambil beranjak pergi.
"Gile anak seumur jagung gitu udah demen ngewe...jaman udah edan ya hahahaa" kata Gembul.
"Tolong dong! Please, sumpah saya ngga bakalan bilang siapa-siapa, tapi bebasin saya...jangan sakitin saya. Saya janji, pasti kalian di bayar mahal deh sama suami saya..." pinta Fransisca memelas.
Tiba-tiba "PLAKK!!!" sebuah tangan melayang menampar pipi Fransisca, membuat pipi yang putih itu menjadi merah seketika.
"DIEM KAGA LU!!!" teriak Gimbal. BUKKK!!! sekali lagi Gimbal menyakiti Fransisca dengan cara menendang perutnya.
Fransisca melintir meringkuk menahan sakit sambil memeluk perutnya. "Ampun pak ampun, uhuk uhuk!!Jangan pukul lagi!" seru Fransisca sambil menangis dan terbatuk-batuk.
"Ayo silahkan mulei duluan nih! Amoynya udah siap hehehe" tawa Gimbal sambil melepas rantai yang terikat di leher Fransisca dari tembok. "Nih pegang! Gua mau nyuruh temen-temen gua nyang tadi sore bantu nyulik supaya dateng" kata Gimbal sambil menyerahkan rantai yang masih terikat ke leher Fransisca ke tangan Ambon dan merogoh HP dari kantongnya dan mulai menelpon teman-temannya itu. Ambon dan teman-temannya menyeringai senang, seakan-akan mereka baru saja menemukan emas di depan mata mereka. Sedangkan Fransisca semakin ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi padanya sebentar lagi...
----------------------------------5 menit kemudian--------------------------------------------
Jeber, Gembul, Bonar, Ambon, dan Bopeng selesai melepaskan pakaian mereka. Kini mereka hanya mengenakan celana dalam masing-masing. Sementara Gimbal menyiapkan HP canggih hasil copetannya untuk mengabadikan peristiwa bersejarah ini.
"Ya! iPhone aye udah siap nih buat rekam hehe mantep gambarnye jernih banget!" bangga Gimbal sambil membidikan kamera HP nya dengan gaya videographer handal.
Ambon memberikan rantai yang mengikat leher Fransisca ke tangan Gembul.
"nih Bul! pegang, lo kan paling gede, pasti kuat betot-betot nih amoy belagu..."
"Siipp! sini gua yang pegang" saut Gembul sambil menerima rantai dan langsung menariknya supaya Fransisca terseret mendekat ke arah para teman-temannya itu.
Fransisca yang bertubuh langsing itu sangat mudah di tarik oleh Gembul yang berbadan gendut dan besar itu.
"aduuh sakit ..uhuk uhuk! jangan.... tolong jangan..." pinta Fransisca sambil memegangi rantai anjing yang dikalungkan ke leher panjang dan indahnya itu.
"Kita iket dulu dah tangannya! biar gampang bugilinnya!" kata Jeber sambil menjilati bibir tebalnya sendiri.
"nih talinya" jawab Bopeng sambil mengeluarkan tali tambang dari tas yang dibawanya tadi.
Mereka menangkap tangan Fransisca dan memelintirnya kebelakang tubuhnya yang ramping itu.
"Tolong jangan...aww aduh...tolong jangan begini saya mohon..." rintih Fransisca kesakitan dan ketakutan.
"hehe lo ngga bisa sombong lagi sama kita ya, malem ini lo jadi mainan kita!" seru Jeber sambil mengikat kedua tangan Fransisca ke belakang.
Sementara Bopeng dan Bonar memegangi kedua kaki wanita itu supaya tidak bisa menendang nendang. Setelah kedua tangan Fransisca terikat di belakang, Gembul menarik rantai lehernya dengan tiba-tiba. Fransisca yang tidak dapat menggunakan tangannya untuk menjaga keseimbangan pun jatuh terlentang di atas kasur gabus. Serentak Bonar dan Bopeng bertindak. Bonar meniban kedua kaki Fransisca dengan badannya, sementara Bopeng menekan bahu Fransisca supaya dia tidak bisa bangun meskipun sudah berusaha meronta sekuat tenaga. Tingkah Fransisca yang berusaha mati-matian untuk bebas itu malah menyulut nafsu para lelaki itu. Ambon mempersilahkan Jeber yang tertua di antara mereka untuk memulai duluan. Sekali lagi tampak dia menjilati bibir tebalnya sendiri seperti seekor anjing yang sedang kelaparan. Jeber mendekati tubuh Fransisca yang sudah terbaring tak berdaya karena sudah di kekang oleh Bonar dan Bopeng.
"Jangan...tolong jangan ... saya mohon pak!" pinta Fransisca memelas. Tapi tentu saja tidak ada seorangpun yang mempedulikannya.
Jeber duduk di samping tubuh Fransisca yang terbaring, dan tangannya mulai beraksi. Dengan bagian luar tangannya, dia mengelus pipi dan leher Fransisca. Fransisca hanya bisa menangis tak berdaya dirinya di sentuh oleh Jeber. Jeber melepaskan gembok kecil di leher Fransisca, supaya dia dapat leluasa menikmati leher jenjang putih dan mulus itu.
Jeber mendekatkan hidungnya ke leher wanita itu...mengendusnya seperti seekor anjing pelacak dan mulai menciuminya...di mulai dari leher, pipi dan telinga. Fransisca memejamkan mata sambil berupaya memalingkan wajahnya menjauh dari bibir tebal dan menjijikan orang yang sudah berumur 50 tahunan itu. Namun bibir basah Jeber seperti magnit yang tertarik oleh bibir indah Fransisca dan langsung melahap penuh bibir tersebut.
"MMMmmm ...MMMMMM!!!! Mmmmmm!!!!!!!" Fransisca berupaya melepaskan bibirnya dari bibir tebal Jeber, namun kedua tangan Jeber sudah memegangi wajah Fransisca sehingga dia tidak dapat lagi menghindar.
Selesai puas menciumi bibir Fransisca, Jeber mencekik wanita malang itu sambil mengancam "Ngelawan awas lo ya! gua bunuh!"
Fransisca yang ketakutan hanya bisa menangis sesengukan... sementara Jeber memulai serangan keduanya. Bibir indah Fransisca kembali dilumat oleh bibir basah tebal Jeber, seakan-akan hendak memakan seluruh wajah wanita cantik tersebut. Kali ini serangan Jeber lebih dahsyat. Lidahnya berhasil menerobos masuk pertahanan bibir Fransisca.Fransisca benar-benar mual dibuatnya. Lidah laki-laki tua itu terus mengaduk-aduk dinding dalam mulut Fransisca, namun menangis sajalah yang dapat dia lakukan, sambil membiarkan setiap sudut ruang di mulutnya dirogohi oleh lidah Jeber mantan satpam di kantor
suaminya itu. Setelah puas menyantap bibir indah itu, Jeber menggerakan kedua tangannya untuk mencengkram kedua payudara Fransisca yang tampak menyembul di balik Tshirt nya dikarenakan badannya yang membusung kedepan tersanggah tangan yang terikat di punggungnya.
"aaaawww! sakit jangan!!" teriak Fransisca kesakitan karena payudaranya yang lembut itu di remas sangat kuat.
Untungnya masih ada BH yang sedikit melindungi.
"Ribet neh ada baju sama BH! Gunting! minta gunting dong! atau piso gitu..." teriak Jeber kepada teman-temannya.
"Nih adanya kater" kata Gembul yang sambil menyodorkan sebuah cutter ke tangan Jeber.
"Awas ya moy, jangan banyak gerak nanti toket lo kepotong nyaho lo" Jeber kembali mengancam sambil tangannya mengarahkan cutter ke bagian tengah bawah Tshirt yang dikenakan Fransisca.
----------------------------------1 menit kemudian--------------------------------------------
sedikit demi sedikit Tshirt mahal Fransisca berhasil disobek dengan cutter yang sudah pendek tersebut. setelah sudah lebih dari setengah perjalanan, Jeber melempar cutter itu dan mulai menggunakan kedua tangannya. Dengan tidak sabar, Jeber merobek Tshirt mahal tersebut sampai putus total. Hal ini membuat BH Fransisca ter-expose total. BH berenda warna krem tersebut tampak sangat menawan menyangga payudara mulus Fransisca. Dibalik motif renda transparan itu tampak putingnya samar-samar mengintip di antara celahnya. Kali ini bukan hanya Jeber yang menjilat bibir, tetapi semua yang berada di ruangan itu melakukannya. Bahkan si Gimbal yang masih sibuk mengabadikannya juga turut melakukannya.
"Jangaaannnnn,lepasiiinn!! Tolooonggg!!!" teriak Fransisca histeris. PLAKK!! Lagi-lagi wajahnya ditampar, kali ini oleh Jeber yang tampak sudah sangat bernafsu sekali melihat gundukan payudara di balik BH indah itu.
"Berdiriin dong, gua pengen liat toketnya dengan jelas" seru Jeber meminta Bonar dan Bopeng memaksa Fransisca untuk berdiri sambil tetap diapit mereka.
Tangan Fransisca tetap terikat di belakang tubuhnya. Jeber berdiri sejajar di depan Fransisca. Tampak jelas tubuh Jeber kalah tinggi dengan tubuh Fransisca yang jenjang meskipun tidak terpaut terlalu jauh. BH bermodel 'Push Up bra' yang di kenakan Fransisca membuat bongkahan payudara itu tampak terangkat seksi, komplit dengan belahan payudara yang sudah dilapisi keringat. Keringat yang membasahi payudara Fransisca membuat bulatan tersebut tampak mengkilap diterpa lampu neon di ruangan itu. WOW benar-benar fantastis! pikir para lelaki hidung belang tersebut. Tanpa berpikir panjang, Jeber membetot BH indah tersebut ke bawah dengan amat sangat kasar sampai putus. Serangan mendadak tersebut membuat payudara lembut milik Fransisca meloncat dan menyembul keluar. Bulatan kulit putih bersih dan mengkilap dihiasi oleh puting dan areola berwarna merah muda itu menjadi tontonan umum di ruangan tersebut. Setelah sepersekian detik Fransisca hanya bisa kaget dan berteriak
"Jangaaaaaaaaaaaannnn!!!!" dan sekali lagi tangan melayang namun kali ini bukan ke wajahnya, melainkan ke bongkahan salah satu payudaranya. PLAAAKKKK!!!!! suara yang nyaring terdengar
bergema di ruangan tersebut. Fransisca kembali berteriak kesakitan. Sementara payudaranya masih berguncang-guncang akibat tamparan keras dari Jeber. Jeber menangkap dan mencubit puting payudara yang masih berguncang tersebut dan menariknya sehingga tubuh Fransisca ikut tertarik mendekati wajah Jeber. Sambil sedikit memelintir cubitannya, Jeber kembali mengancam Fransisca yang sedang menangis kesakitan tanpa suara.
"Lo jangan banyak bacot ya, lo boleh pake tuh mulut buat nyepongin titit gua! bukan buat tereak tereak!!! NGERTI??
Fransisca mengangguk ketakutan, berharap Jeber segera melepaskan pelintiran di puting payudaranya.
"Pinter! gitu dong cepet ngerti" kata Jeber sambil melepaskan pelintiran dan menepuk-nepuk dari bawah payudara tersebut beberapa kali seperti seorang ayah menepuki pundak anaknya. plek plek plek...Hal tersebut kembali membuat payudara itu berguncang-guncang. Tampak puting yang tadinya merah muda berubah menjadi merah cerah setelah dicubit dan dipelintir oleh Jeber. ini Fransisca hanya mengenakan Tshirt yang bagian depannya sudah terbelah lebar seperti rompi dan celana pendek yang masih utuh
meskipun sudah agak kotor.
"Eh lo orang mau pegang-pegang ngga? sebelum gua lanjut lagi hehe" tanya Jeber ke teman-temannya yang jelas saja di iya kan oleh mereka.
Masing-masing mereka mencicipi payudara Fransisca. Ada yang meremasi, memainkan putingnya dengan jari, mengelus-elusnya dan mencubitinya. Mereka bergantian dengan tertib, payudara Fransisca benar-benar diperlakukan seperti mainan yang harus dibagi bersama. Fransisca hanya tertunduk lemas sambil menangis, membiarkan para laki-laki itu memainkan payudaranya dengan seenaknya.
----------------------------------15 menit kemudian--------------------------------------------
15 menit lamanya mereka bergantian memainkan kedua payudara indah Fransisca dengan tangan2 kotor mereka. Bahkan Gimbal yang masih merekam dengan HP nya itu sesekali meremas payudara Fransisca. Sekarang giliran Jeber untuk kembali melanjutkan aksinya. Dia mengangkat dagu Fransisca yang dari tadi menunduk sambil berkata
"tuh kan kalo lo ngga ngelawan, kita juga ngga bakalan mukul, jadi sama-sama enak kan? hehehe" "Nah ayo sekarang tiduran lagi cepet!" tambahnya sambil mendorong tubuh Fransisca sampai kembali jatuh terlentang di atas kasur busa.
Jeber mulai melepas celana dalamnya sendiri. Tampak batang penisnya yang sudah keriput dan beruban itu menunjuk keatas. Penisnya lumayan besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang agak kecil. Setelah selesai melepaskan celana dalamnya, Jeber langsung menindih tubuh Fransisca yang masih terlentang di kasur busa. Posisi Jeber menduduki perut Fransisca dengan penis kakunya mengarah ke belahan dada montok Fransisca. Tampak Fransisca memalingkan muka sambil memejamkan mata supaya dia tidak melihat penis Jeber yang menurutnya menjijikan tersebut. Meskipun begitu, Fransisca tidak berani menggerakan tangan dan kakinya karena takut akan disakiti lagi. Jeber yang sudah amat bernafsu melihat payudara indah Fransisca langsung merapatkan kedua payudara tersebut ketengah sehingga menjepit penisnya sendiri. Setelah itu dia mulai menggerakan pantatnya sehingga penisnya terkocok di himpitan kedua payudara lembut Fransisca.
"aaahhhh gila enak banget toket amoy nih! Dari dulu gua ngebayangin mau giniin elo, akhirnya kesampean juga aahhh aaaahhh" ujar Jeber.
Fransisca masih tetap diam menangis dan memalingkan muka sambil memejamkan mata. Dia berharap Jeber cepat selesai karena dia benar-benar jijik melihat penis tua kotor tersebut. Jeber semakin cepat menggoyangkan pantatnya, sehingga Fransisca dapat merasakan buah zakar Jeber yang terus bergesekan dengan perutnya. Benar-benar menjijikan bagi Fransisca. Suara payudara penuh keringat Fransisca bertabrakan dengan pangkal paha dan perut Jeber nyaring terdengar Plak plak plak plak plak... terus menerus. Tiba-tiba mendongak keatas sambil memejamkan mata... Croottttt!!!! keluarlah air maninya tepat ke wajah cantik Fransisca. Fransisca hampir muntah karena jijik dibuatnya. Jeber masih menggoyangkan pantatnya meskipun sudah jauh lebih pelan, untuk memastikan air mani nya sudah terkuras semua. Tampak sedikit air mani masih menetes keleher Fransisca. Sampai akhirnya Jeber berhenti. Tubuh tua lelah itu perlahan bangun dari atas tubuh Fransisca, sambil tidak lupa kembali menepuk-nepuk payudara wanita itu beberapa kali. Plek plek plek...
"Mantep nih toket heh ..heh...untung ngga koit gua heh..heh.." kata Jeber sambil ngos ngosan.
Dia berjalan sempoyongan dan akhirnya menjatuhkan diri di salah satu kasur busa di ruangan itu. Sesuai urutan umur, kini giliran Bonar. Laki-laki botak berkumis berumur 48 tahun itu berjalan mendekati kasur busa Fransisca. Fransisca tampak masih terlentang tanpa bisa berbuat apa-apa karena tangannya masih terbelenggu tali di belakang. Tampak bagian dalam payudaranya yang putih sekarang agak memerah akibat gesekan dengan penis Jeber tadi. Bonang menarik Tshirt rusak yang masih menempel di tubuh Fransisca sampai sobek dan menggunakannya untuk menyeka air mani Jeber di wajah dan leher wanita itu. Fransisca hanya diam memejamkan mata pasrah membiarkan Bonar membersihkan tubuhnya yang dirasa sudah hina itu dengan sobekan pakaiannya sendiri. Setelah Bonar puas membersihkan tubuh Fransisca, dia terdiam sejenak sambil memperhatikan tubuh mulus wanita amoy ini...Bonar tersenyum lebar sambil melihat ke arah Speaker di sudut ruangan tak jauh dari kasur busa Fransisca...
----------------------------------2 menit kemudian--------------------------------------------
"Ayo bangun kau!" perintah Bonar sambil memapah Fransisca bangun. "JALAN kesana!" serunya sambil nunjuk ke arah speaker besar di pojokan.
Bonar menggiring Fransisca yang tangannya masih terikat di belakang, berjalan menuju speaker bar tersebut. Tampak sesekali tangan Bonar mencomot payudara Fransisca yang berguncang menggantung di setiap langkahnya. Sesampai di depan speaker, Fransisca bertanya dengan suara lemah
"Saya mau di suruh apa pak? udah dong pak lepasin saya...tolong pak..."
Bonar hanya tersenyum dan mendorong punggung Fransisca. Menyebabkan tubuh wanita itu menabrak speaker besar. Sekali lagi tangan yang terikat di belakang tubuhnya mempersulit dirinya untuk menjaga keseimbangan, sehingga dia terjerembab tengkurap ke atas speaker yang tingginya tepat sepangkal pahanya. Saat ini posisinya beridiri menungging dengan payudara menempel diatas speaker.
Bonar menekan punggung Fransisca dari atas dengan sikutnya...menyebabkan payudaranya tergencet antara tubuhnya dan speaker.
"aahhhhh!! sakit pak! ampun" teriak Fransisca. Namun lagi-lagi Bonar tidak mengacuhkannya.
Sikut Bonar tetap meniban punggung Fransisca, sedangkan tangannya yang lain berusaha memaksa celana pendek wanita itu supaya melorot ke bawah. Fransisca memberikan perlawanan berusaha mempersulit laki-laki itu menurunkan celananya.
"Eh bantu dong!! Susah kali buka celana ini!" Seru Bonar kepada temen-temannya.
Gembul berjalan kearah pantat Fransisca yang sudah menungging tersangga speaker. Dia hendak membantu Bonar membuka celana Fransisca.
"Eh! bukan bantu yang itu! Enak kali kau mau buka celana dia. Itu tugas ku! kamu sini tiban badannya biar tidak gerak-gerak" herdik Bonar.
"haha iya ya, sori sob!" kata Gembul sambil berjalan kearah Bonar dan bergantian meniban punggung Fransisca.
Berat badan Gembul yang besar tersalurkan oleh sikutnya yang tidak kalah besar. Tubuh yang besar meniban punggung wanita langsing itu membuatbpayudara Fransisca semakin terjepit. Payudara bulat itu tampak memerah seperti hendak pecah dan mengeluarkan isinya. Rasa sakit dan sesak nafas membuat Fransisca berhenti meronta. Dia hanya bisa berusaha merapatkan kedua lututnya....itu pun sebenarnya adalah usaha yang sia-sia belaka. Bonar dengan leluasa membuka kancing dan retsleting Fransisca. Setelah itu dengan amat sangat bernafsu dia menurunkan celana pendek itu dari belakang, melewati paha mulus dan kaki panjang wanita itu. Sekarang Fransisca dalam keadaan berdiri menungging di atas speaker
dengan hanya mengenakan celana dalam sutra tipisnya yang juga berwarna krem.
"Wah satu set ya sama BH nya yang tadi hahahahaha" kata Ambon nyeletuk.
Bonar tampak sangat serius memperhatikan celana dalam Fransisca yang masih menempel di tubuh wanita itu. Dia berlutut dibelakang Fransisca, lalu mendekatkan wajahnya ke belahan pantat Fransisca yang masih menungging itu... dan "bleb!" wajahnya di tempelkan ke pantat indah
yang terbungkus kain sutra itu. Bonar mengendus-endus sampai hidung dan mulutnya tampak terbenam di antara belahan pantat dan selangkangan Fransisca. Kedua tangannya tak henti-hentinya mengusapi paha Fransisca yang mulus itu. Fransisca hanya bisa menangis, itupun sangat sulit baginya karena untuk bernafas saja sudah sulit buatnya yang masih tertiban oleh Gembul.
----------------------------------6 menit kemudian--------------------------------------------
Setelah puas mengendusi selangkangan dan pantat Fransisca dari balik celana dalamnya, Bonar berhenti. Tangannya beralih ke garis tengah celana dalam Fransisca yang menutupi bagian vaginanya. Digosok-gosokkan jempolnya ke bagian itu, tepat di vagina Fransisca, meskipun masih dihalangi oleh sutra tipis. Bagian dari celana dalam itu sedikit agak lembab. Entah karena rangsangan Bonar atau karena keringat Fransisca. Setelah puas mempermainkan vagina Fransisca dari luar, Bonar merasa sudah saatnya melihat isinya. Dengan jarinya dia menarik bagian celana dalam itu ke samping. Penonton yang lain juga sampai memiring-miringkan wajah mereka masing-masing berusaha melihat ke sana, mereka penasaran dengan bentuk vagina Fransisca. Bahkan Gembul yang masih menindih tubuh Fransisca, tampak bersusah payah melihat. Terlihat Jeber yang sedang tiduran juga membangunkan badannya sambil celingukan berusaha melihat. Lagi-lagi Fransisca hanya bisa menangis tanpa suara, membiarkan vaginanya jadi tontonan massal. Tampak bulu-bulu tipis terkuak keluar seiring dengan celana dalam yang digeser. Di antaranya tampaklah lubang vagina Fransisca yang mengintip dari balik celana dalam sutra itu. WOW FANTASTIS! ujar para laki-laku itu dalam hati. Setelah puas melihat itu dari kejauhan, Ambon membisikan sesuatu pada Gimbal.
Gimbal bilang "Sip! bentar ya" dia menyerahkan iPhone nya ke Ambon supaya bisa tetap merekam dan pergi ke luar ruangan.
Tampak bibir liang vagina Fransisca yang berwarna merah muda sangat kontras dengan kulit selangkanganya yang amat putih. Melihat itu nafsu birahi Bonar meningkat pesat. Tanpa basa basi dia langsung melahap vagina indah tersebut. Tindakannya yang seperti kesetanan itu membuat iri laki-laki yang lain. Mereka berharap berada di posisi Bonar saat itu. Bonar menciumi, menyedot dan menjilat vagina Fransisca yang sekarang menjadi basah karena liurnya dengan sangat bernafsu. Terdengar suara-suara mendecit setiap kali Bonar menyedot klitoris vagina indah yang sudah sangat basah tersebut. Sesekali dia menyeka-nyekakan wajahnya ke kiri dan ke kanan ke selangkangan Fransisca, seakan dia ingin menyapu vagina merah muda itu dengan kumisnya.
"MMmmmhh!!! sudahh cukup...jangann..." Fransisca memaksakan berbicara, meskipun suaranya kalah keras dengan suara yang dibuat oleh Bonar.
Bonar masih terus melanjutkan santapan malamnya itu, tangannya yang satu masih sibuk menggeser celana dalam Fransisca ke samping, sedangkan tangannya yang satu lagi terus meremasi pantat Fransisca yang tidak terlalu montok tapi mulus.
"Bah wangi sekali memek amoy ini...beda sekali dengan bau memek biasanya" Bonar menarik wajahnya dari vagina Fransisca. Tampak hidung dan kumisnya ikutan basah karena liurnya sendiri.
Bonar bangun dengan tetap mengambil posisi di belakang Fransisca yang masih menungging di atas speaker. Setelah itu dia melepas celana dalamnya sendiri. Tampak penis yang cukup besar sudah berdiri mengacung keatas.
"Sudah Bul! Aku bisa pegang sendiri sekarang, tengkyu" perintah Bonar sambil menyuruh Gembul melepaskan tibanannya ke tubuh Fransisca.
Melihat itu, Fransisca berusaha menegakkan badannya karena payudaranya sudah sangat sakit. Namun belum sempat dia beridiri tegak, Bonar yang masih di belakangnya kembali menekan punggungnya sehingga payudaranya kembali menempel pada speaker.
"Siapa yang suruh kau bangun? Diam disitu!" seru Bonar.
"Sudah pak tolong... lepasin saya pak..." lagi-lagi Fransisca memohon sambil menangis.
"aaahh!! DIAM kau!!!" bentak Bonar sambil menghentakan tangannya yang sedang menekan punggung Fransisca. Membuat payudaranya terjepit lagi.
Bonar menggunakan tangannya untuk membidikan penisnya ke lubang vagina Fransisca yang masih mengintip di balik celana dalam yang tergeser.
Merasakan ada penis yang berusaha masuk ke vaginanya, Fransisca histeris "jangan! Jangaaan!! pak jangan pak!!! ampun!!"
"Ah! Benar-benar berisik kali kau ini! macam perawan saja. Padahal sudah sering di ewe sama suami kau kan?" ujar Bonar dan JREEEBBBB!!! masuklah penis itu ke liang vagina Fransisca!
"aaaaaaaaaaaH!!!" teriak Fransisca tak berdaya.
"Wah sempit kali memek ini...padahal sudah sering di entot kan kau? Pasti titit suami kau kecil ya hahaha, kalo titit dia besar, pasti memek ini sudah dower macam bibir si Jeber itu hahahaha" hina Bonar.
Bonar mulai menggerakan pantatnya, membuat penisnya keluar masuk vagina Fransisca. Sementara itu Fransisca yang sudah pasrah, menurunkan kepalanya yang sudah lelah mendongak dari tadi berusaha berontak. Sekarang dagunya menempel di permukaan atas speaker. Melihat itu Bonar mendapatkan ide,
"Eh setel lagu keras-keras dong, biar kita semangat 45 hahaha" dan tak lama musik pun dinyalakan dengan keras.
Musik yang di mainkan adalah musik-musik dugem dengan bass keras, membuat speaker bergetar hebat. Fransisca terpakas kembali mendongakkan wajahnya, karena getaran speaker sangat menyakiti dagunya yang menempel, ditambah lagi suara kerasnya juga mengganggu pendengarannya yang berada terlalu dekat dengan speaker. Bonar semakin bersemangat memperkosa Fransisca. Pantatnya bergoyang dengan brutal, membuat Fransisca melenguh setiap kali Bonar menancapkan penisnya ke dalam vagina sempit itu. Laki-laki yang lain tampak menikmati pemandangan itu. Getaran-getaran hebat di payudara Fransisca yang masih menempel pada speaker setiap kali suara bass terdengar juga menambah rasa nafsu dalam diri para pria tersebut. Fransisca merasakan payudaranya seperti kesemutan terkena getaran-getaran hebat dari speaker besar itu. Keringat yang menetes di payudaranya tampak deras mengalir kebawah di karenakan getaran dari speaker.
"Udah kecilin kecilin! puyeng pala ku lama-lama dekat-deket sama spiker!" ujar Bonar tanpa memberhentikan hujaman penisnya ke vagina Fransisca.
Volume music yang dikecilkan terganti dengan suara pantat Fransisca yang bertabrakan dengan pangkal paha Bonar. "pyak..pyak..pyak..pyak..pyak"
Goyangan Bonar semakin cepat, cepat sekali sampai Fransisca tidak dapat menahan sakit di vaginanya dan melenguh kecil di setiap hujaman Bonar.
"emmh ..emhhh ..uh...umhh.." "pyak pyak pyak pyak pyak pyak" semakin cepat dan keras suara itu terdengar.
Sampai akhirnya Bonar melepas telapak tangannya yang meniban punggung Fransisca dan mencengkram payudara wanita itu dari belakang sampai tubuh Fransisca sedikit terangkat ke atas. Penis Bonar semakin cepat menyoblos vagina itu, begitu pula cengkramannya yang semakin keras di payudara Fransisca, mengakibatkan payudaranya memerah. Rasa sakit yang luarbiasa dirasakan Fransisca di payudara dan vaginanya.
"aaahh!!! aaah! ah! ah!!ah! ah! ah! ah!" jerit Fransisca di setiap tusukan.
Tiba-tiba Bonar mengejang sambil terus menghunuskan penisnya...
"Jangan!! jangan!! tolong pak! jangan di dalam!!" jerit Fransisca panik.
"AAAHH!!!" Bonar menyambut jeritan Fransisca dengan teriakan juga.
Tubuh tua Bonar mengejang lagi sambil terus menusukan penisnya ke dalam vagina Fransisca. Cengkraman di payudara Fransisca semakin kuat, Pantatnya terus menekan-nekan ke depan seperti berusaha memasukan penisnya lebih dalam lagi ke vagina Fransisca yang sudah mentok itu. "aaahhhhhhhhh...." Bona mengerang lega.
Fransisca kembali menangis merasakan cairan hangat membanjiri vaginanya dari dalam. Bonar melepaskan cengkramannya di payudara putih Fransisca yang kini tampak berbekas tapak tangan berwarna merah. Dia juga mencabut penisnya dari lubang vagina Fransisca. Cairan putih turut keluar ketika penis itu tercabut. Air mani Bonar tampak menetes ke lantai.
"Wah memek amoy memang tiada tandingannya...huuuffffhh! habis tenaga aku ini." seru Bonar sambil mundur mencari tempat bersender.
Sementara Fransisca kembali tengkurap diatas speaker karena lemas dan putus asa. Dia menangis dengan lemah dengan posisinya yang masih berdiri menungging. Air matanya menetes di atas speaker.
"Nah! Kali ini kau pasti bunting! Harusnya kau bilang terima kasih sama aku! Selama ini kau mau coba bunting gagal terus kan? Kalo sama aku yang subur ini...pasti jadi HAHAHAHA anakku saja sudah 8 orang, subur kan?" tawa Bonar sambil menjatuhkan diri ke kasur busa.
----------------------------------2 menit kemudian--------------------------------------------
Gimbal yang tadi keluar, sudah kembali bersama dua temannya.
"Wah udah di ngecrotin aje tuh amoy! Sial pas gua keluar, kaga liat deh...gimana bang? Enak kaga meki nye?" seru Gimbal sambil melihat kearah Bonar. Bonar yang kehabisan tenaga hanya bisa memberikan tanda 'Jempol'.
"Eh kenalin temen-temen gua nih... Codet dan Tato , mereka yang tadi sore bantu gua nyulik si amoy. Oh iya ini Mbon, pesenan lu..." Gimbal memperkenalkan kedua temannya itu sambil menyerahkan
sebuah kantong plastik belanjaan Minimarket ke tangan Ambon.
"Weh tengkyu bro! Kayaknya emang belom sedep kalo belom dipakein ini nih si amoy..." seru Ambon sambil menukarkan iPhone dengan kantong plastik itu.
Semua orang di ruangan itu menengok kearah kantong plastik yang ada di tangan Ambon, termasuk Fransisca yang masih tengkurap lemas diatas speaker. Wanita itu takut, apalagi yang akan di lakukan mereka pada dirinya...
"Wah kebetulan, sekarang kan giliran gua!" kata Ambon memecah hening. Ambon berjalan ke arah Fransisca sambil menyeringai.
"Yuk neng, sini!" kata Ambon menggoda Fransisca.
Fransisca cepat-cepat berdiri dan berlari kepojokan menjauh dari Ambon. Tangannya yang masih
terikat di belakang tidak dapat melindungi tubuhnya yang hanya tinggal mengenakan celana dalam. Fransisca yang ketakutan menempelkan tubuhnya ke tembok, sementara bayangan tubuh Ambon semakin mendekat.
Story by: Adidit
Ilustrated by: NeoDevil
Senin, 27 Oktober 2014
Karya Pengarang Lain
0 Response to Amoy Hunter Clan: Fransisca, Sang Istri Pengusaha
Posting Komentar