Takayasa (Tika) |
Seperti biasanya di sekolah tidak ada hal yang menyenangkan, belajar dan belajar, hanya itu rutinitas sehari-hari yang Takayasa Mizuki atau yang biasa akrab dipanggil Tika lakukan di sekolah. Sepulang sekolah ia di kejutkan dengan kedatangan seorang bocah berusia lima belas tahun bertubuh kurus dan berwajah culun, anak itu yang bernama Aldi adalah anak dari saudara mamanya yang tinggal di Bandung. Denger-denger kata mama saat ini kedua orang tuanya sedang mengurus perceraian, karena istri Om Tedi di ketahui berselingkuh dengan atasannya. Sunguh kasihan nasib anak malang itu.
“Kapan kamu datang Al… ?’ tegur Takayasa yang kemudian setengah membungkuk membiarkan kedua pipinya dicium oleh anak tersebut, dan kemudian giliran dia yang mencium kedua pipi anak tersebut, ditambah cubitan lembut di hidungnya,
“Baru saja Kak, tadi Papa yang anter Aldi… “
“Oh… terus Papa kamu ke mana ?”
“Sudah pulang kak“ jawabnya polos,
Takayasa hanya mengangguk pelan dan kemudian kembali melangkah menaiki anak tangga dan menuju ke kamarnya, di saat ia ingin masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba pak Karman sudah berada di belakangnya dan kemudian tanpa banyak bicara pak Karman mencuil pantatnya yang montok. Takayasa menoleh ke belakang lalu melototi pembantunya itu. Setelah mengganti pakaiannya, Takayasa kembali menuruni anak tangga menghampiri Aldi yang sedang duduk santai di ruang keluarga sambil menonton film kartun Spongebob. Siang itu kedua orang tuanya belum pulang, sehingga suasana di rumah itu terlihat masih sangat sepi. Dari pada nanti dikerjain oleh pembantunya, lebih baik ia menemui Aldi saudara jauhnya. Siang ini Takayasa sengaja mengenakan baju terusan tanpa mengenakan celana pendek, alasannya kerena merasa gerah dengan cuaca yang terasa panas,
“Kamu sudah makan?” tanya Tika basa-basi,
“Sudah Kak baru aja kok… “ suara anak itu terputus saat kepalanya menoleh ke sumber suara,
Takayasa yang mengenakan baju terusan, tidak mampu menutupi keindahan sepasang kakinya yang putih bersih tanpa cela itu, dan ketika ia duduk di atas sofa maka bagian bawah baju tersebut terangkat ke atas sehingga semakin terlihat jelas. Posisi Aldi yang sedang tiduran di lantai membuat ia dapat melihat celana dalam kakaknya yang sedikit mengintip, dan tontonan tersebut jelas membuat adik kecil Aldi menjadi terbangun.
“Oh iya Al, barang-barang kamu tadi sudah Kakak susun rapi di dalam lemari Kakak “ ujar Tika cuek sambil menyantap makanannya, sedangkan Aldi hanya meneguk air liurnya,
“Oh iya Kak, terimakasih ya Kak“ jawab Aldi polos,
Sesaat ruangan itu kembali hening, hanya ada suara televisi yang memenuhi ruangan tersebut, dan deru nafas Aldi yang terdengar semakin kencang. Takayasa yang baru saja selesai makan mengambil majalah yang baru saja ia beli sepulang sekolah. Tanpa menyadari tatapan Aldi, Tika duduk santai sambil membacanya,
“Kata mama kamu mau sekolah di sini ya?” tanya Takayasa memecah keheningan,
“Kayaknya si iya Kak, “ Ujar Aldi yang kemudian mengubah tempat duduknya.
Dengan sangaja Aldi duduk tepat di hadapan kakaknya. Takayasa masih terlihat cuek, ia lebih suka membaca majalah dari pada memperhatikan ekor mata adiknya yang menatap lurus ke arah selangkangannya. Beberapa kali Takayasa mengganti posisi duduknya, terkadang menyilangkan kakinya dan terkadang membuka lebar kedua kakinya, sehingga membuat mata Aldi sama sekali tidak berkedip.
“Oh… tapi bagus deh, habisnya Kakak merasa kesepian di rumah sendirian “
Takayasa meletakan majalahnya di atas meja dan kemudian memandang lurus wajah adik sepupunya yang terlihat bersemu merah, ia sedikit mendelik saat akhirnya ia menyadari kalau adik kecilnya sedang memperhatikan selangkangannya secara terang-terangan. Sesaat Tika menelan air liurnya, ia tidak menyangka kalau pesonanya mampu membuat anak seusia Aldi menatapnya dengan tatapan tajam.
“Tenang kak, mulai hari ini Aldi yang akan nemenin kakak di rumah… hehehe… “ ujar Aldi tertawa kecil, “Hmm… kata Tante nanti Aldi satu kamar ya sama Kak Tika “ Sambungnya dengan nada polos, Tika hanya mengangguk pelan.
“Iya, emang kenapa?“ jawab Tika yang kemudian menundukan tubuhnya.
Gleeekk…Aldi, si bocah ingusan itu, menelan air liurnya, menatap tajam ke arah payudara Takayasa yang tergantung, walaupun saat ini Takayasa mengenakan bra, tetapi tetap saja belahan payudaranya terlihat begitu indah, tanpa rasa ragu Aldi mengucek kedua matanya di hadapan kakak sepupunya yang hanya terseyum kecil.
“Ya… ga papa Kak, malahan Aldi seneng banget… “Ya pastinya seneng banget, bisa tidur berdua dengan cewek secantik kak Takayasa, siapa si yang bisa nolak, kecuali orang itu sudah tidak waras lagi, jadi sah-sah saja…
Takayasa terseyum senang, “Ya udah lau gitu kita ke kamar yuk ?”
Tanpa menunggu jawaban Takayasa mengajak adik sepupunya menaiki tangga menuju kamarnya terletak di lantai dua, sesampai di kamar Tika mengunci pintu kamarnya dan kemudian langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang kemudian di ikut Aldi yang duduk di sisi kasur kakaknya,
“Al, kamu bisa mijit ga’ ?, badaan Kakak pegel semua ni, “
“Kalau masalah pijit-memijit serahain aja sama Aldii Kak, itu mah gampang…“ ujar Aldi sambil menjentikkan jarinya.
Ia mendekati kakakya yang kemudian tidur tengkurep di hadapannya, mata Aldi kembali membulat memandang pantat kakak sepupunya yang cantik dan seksi itu. Jemari kecil Aldi mulai beraksi, ia mulai memijiti telapak kaki kakak sepupunya dan kemudian perlahan naik ke atas betis, di situ ia cukup lama sebelum akhirnya ia kembali naik ke atas paha Takayasa yang masih tertutup baju. Dengan sengaja Tika memberi isyarat kepada adiknya, ia menarik bajunya sedikit ke atas sehingga celana dalamnya yang berwarna biru hampir terlihat jelas di mata adik sepupunya. Seolah mengerti apa yang di inginkan kakaknya, Aldi semakin keatas memijiti paha kakak sepupunya, sesekali Aldi juga memijiti pantatnya.
“Aduh Kak, pegel ni“ protes Aldi, “Mijitnya kayak gini aja ya… ?”
Deg… deg… deg… jantung Takayasa berdegup cukup kencang saat Aldi mulai mengganti pijitan dengan elusan, ia tidak menyangkah kalau adik sepupunya yang masih limabelas tahun ini bisa berbuat senekat itu. Emangnya dia tidak takut kalau sampai dirinya marah? Melihat kakak sepupunya yang sama sekali tidak memperotes, Aldi semakin berani, ia menarik ujung baju Takayasa sampai ke atas pinggangnya dan kemudian ia memijit pantatnya yang semok, tepatnya meremas-remas bongkahan yang padat berisi itu. Wajah Takasayasa seperti tersiram air panas, dalam seketika wajahnya menjadi sangat memerah karena merasa malu, anak sekecil itu sangat pitar merangsang dirinya, sampai-sampai sedikitpun tidak ada kata penolakan sama sekali dari bibirnya, dan malahan ia memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan nakal adik sepupunya yang berwajah culun tapi ternyata nakal itu.
Aldi |
“Eeeeemmm… sedikit ke tengah sayang “ kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya,
Sepeti yang diminta kakaknya, Aldi memijit lebih ke tengah pantat kakaknya, dengan jari mungilnya ia sengaja menyentuh vagina yang masih terlapis celana dalam yang berwarna biru muda, ia sedikit menggesek-gesek bibir vagina kakaknya yang perlahan mengeluarkan cairan kental.
“Loh… celana kakak basah si ?” Ujar Aldi polos, “Kakak pipis ya… ?”
Takayasa menggigit bibir bawahnya dan kemudian ia menoleh ke arah adik sepupunya, dan… astaga, Aldi sedang memainkan penisnya tanpa ada rasa takut kalau nanti ia melihat dan memarahinya, melihat hal tersebut Tika kembali memalingkan mukannya, membenamkannya di dalam bantalnya. Sungguh kurang ajar anak ini, ia sengaja mempermalukan kakak sepupunya sambil berpura-pura tidak mengetahui apapun.
“Eh… iya sayang, Heheheh… Kakak jadi malu “ jawab Takayasa sekenanya,
“Kata mama kalau mau pipis itu di kamar mandi bukannya di kasur Kak… “
“Ya… habis mau bagaimana lagi Al, udah ga’ tahan,”
“Iiihh… Kakak jorok “
Bukannya berhenti, Aldi malah semakin menjadi-jadi, dengan gerakan cepat ia menggesek-gesek bibir vagina Takayasa sehingga celana dalam kakak sepupunya semakin basah oleh lendir cintanya. Sesekali Aldi menusuk-nusuk lubang vaginanya dari luar celana dalam sehingga Takayasa terpaksa memekik karena tak tahan akibaat perlakuan adiknya. Selama hampir tiga puluh menit adegan mijit memijit berlangsung, sampai akhirnya Takayasa sudah tidak kuat lagi, kedua tangannya dengan kuat mencengkrang sprei kamarnya sebelum akhirnya vaginanya dengan sangat deras mengeluarkan cairan cintanya yang jauh lebih banyak dari yang dilihat Aldi, melihat hal tersebut membuat mata Aldi membulat melihat pemandangan yang sama sekali belum pernah ia lihat secara langsung kecuali di dalam film-film bokep koleksinya di rumah. Ccceeeerrrr…cceeeerrr….
“Iiiihhh… Jorooookkk…. “
Plaaakkk… sebuah tamparan mendarat di pantat Takayasa, dan plaaakk… sekali lagi, plaaaakkk… pukulan terakhir membuat pantat Takayasa memerah, dan kemudian crreettsss… ccrreettsss… pantat Takayasa terasa panas karena dengan sengaja Aldi memuntahkan spermanya di atas pantatnya. Dan kemudian tanpa merasa berdosa Aldi kembali memasukan burung kecilnya di dalam celananya,
“Adddooowww… sakit Aldi,”
Takayasa langsung membalik tubuhnya dan kemudian berusaha menyerang Aldi yang kemudian berlari menjauh, mengelak dari kejaran sang kakak sepupu, tidak butuh waktu lama Takayasa berhasil menangkap Aldi dan kemudian memeluknya hingga keduanya terjatuh di atas kasur yang empuk. Secara berbarengan mereka tertawa terbahak-bahak,
“Ampunnn Kak… “ Ujar Aldi ketika Kakaknya berusaha menggelitikinya,
“Awas jangan lari kamu ya… ini balasannya karena kamu berani menampar pantat kakak, Hahahaha… nih rasain “ tanpa ampun Takayasa menggelitiki adiknya yang tanpak terlihat tersengal-sengal, nafas mereka berdua terdengar memburu.
“Yaaaauuuwwww… Kakak ngompol, Aaammppuunn… Addduuuhh “
Aldi tidak mau diam saja, ia membalas perlakuan kakaknya, dengan gesit ia berhasil membalik keadaan kini giliran kakak sepupunya yang berada di bawah. Dengan sangat cekatan ia menarik ujung baju Takayasa sehingga tersingkap sampai ke atas memperlihatkan celana dalamnya yang sudah sangat basah akibat orgasmenya. Seiring dengan waktu tenaga keduanya menjadi terkuras habis, mereka berpelukan dengan sangat erat. Wajah Aldi terbenam di dalam payudara kakak sepupunya sedangkan tangannya melingkar memegang pantatnya. Takayasa hanya diam membiarkan kenakalan adik sepupunya, dan malahan ia beberapa kali mengecup pipi anak itu.
“Terimakasih ya… udah mau mijitin Kakak “
Aldi terseyum dan kembali menggoda kakaknya,
“Iya Kak, tapi lain kali kakak jangan ngompol lagi ya… Larrrriii…. “
Secepat kilat Aldi menghindar dari serbuan Kakaknya, sedangkan Takayasa hanya tertawa kecil melihat tingkah laku adiknya, hari ini di akhirnya dengan keriangan yang tiada tara di antara mereka berdua. Sedangkan di luar sana seorang pria paruh baya tanpa kesal karena hari ini tidak mendapatkan jatah untuk menikmati tubuh Takayasa.
####################
Pak Dheeraj |
Malam hari sekitar jam tujuh malam, Takayasa bersama tantenya, Yuni menemui seorang produser film yang bernama Pak Dheeraj, seorang pria berkacamata berusia 40an lebih berdarah India. Rencananya pak Dheeraj ingin membuat film terbaru yang berjudul “Hantu ABG” dan rencananya pak Dheeraj menginginkan artis pendatang baru yang memerankan peran utama wanitanya, untuk memuluskan usahanya pak Dheeraj meminta Yuni untuk mencari seorang anak ABG untuk menjadi artisnya, sampai akhirnya Yuni mengajak keponakannya untuk menjadi artis pendatang baru. Beberapa tes sudah dilakoninya dan dinyatakan lulus oleh seorang sutradara yang namanya sudah tidak asing lagi, yaitu Om Bob, tidak terasa jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, ia tinggal melakukan tes yang terakhir yaitu wawancara yang langsung bersama produser yang nanti akan memakainya sebagai artis.
“Nama lengkap kamu siapa Tika ?” tanya sang produser ramah,
“Hmm… Nama saya Takayasa Mizuki Pak “
“Nama yang bagus, cantik… cantik seperti orangnya !!” puji pria berdarah India itu sambil memandangi gadis cantik yang kini ada di hadapannya.
Malam itu Tika tampil dengan gaun berwarna merah terang, tepat di bagian dada gaun tersebut terlihat rendah sehingga belahan payudaranya nampak terlihat dan membuat liur setiap pria menetes termasuk Pak Dheeraj ini.
“Terimakasih pak “ Ujarnya terseyum,
Obrolan singkat terjadi hanya beberapa menit, sampai akhirnya acara wawancara yang sesungguhnya di mulai, Pak Dheeraj melangkah santai menuju pintu masuk ruangannya, dan kemudian tanpa rasa ragu ia menutup dan kemudian mengunci pintu tersebut. Takayasa yang masih duduk di kursinya tanpa mulai tegang, gadis belia ini bukanlah orang yang bodoh, ia mengerti maksud pak Dheeraj menutup pintu tersebut, dan siapapun juga akan tahu wawancara seperti apa yang akan dilakukan di dalam ruangan tersebut. Dari belakang dengan lembut pak Dheeraj menyentuh pundak Takayasa, ia memijit pelan sambil melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada artis barunya, sedangkan kedua bola matanya bergerak aktif memandangi sepasang payudara Takayasa. Rasa risih mulai menyelimuti dirinya, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain, sudah beberapa kali ia mengikuti casting tetapi selalu saja gagal, karena hampir setiap artis di Indonesia jaman sekarang selalu melakukan jalan pintas untuk terjun ke dunia hiburan, dan itupun yang saat ini ia lakukan. Sebelumnya ia sempat berbicara kepada tantenya, apa yang harus ia lakukan agar dapat di terima, dan salah satu cara yang paling ampuh ya… seperti ini. Memang film ini tergolong film picisan seperti juga karya-karya Pak Dheeraj lainnya yang biasanya menjadi bahan cemoohan banyak orang, namun ini adalah batu loncatan untuk memperlihatkan eksistensi demi menuju jenjang karir berikutnya, demikian tutur tantenya.
“Kamu serius mau jadi artis… “ tanya Pak Dheeraj,
“Iya pak, saya serius pengen jadi artis… dan malahan saya mau jadi artis terkenal pak ?”
“Ya… ya… ya… semua itu bisa di atur ko’ asal kamu bisa memberikan saya sedikit hadiah yang setimpal untuk saya… “
Takayasa memejamkan matanya sesaat, membiarkan bibir tebal pak Dheeraj mulai menciumi wajahnya yang cantik, dan membiarkan kedua tangan pak Dheeraj menggapai payudaranya, meremasnya pelan tetapi dengan irama yang membuat tubuhnya semakin merinding. Takayasa hanya diam saat pak Dheeraj menuntunnya untuk duduk di salah satu sofa yang ada di dalam ruangan tersebut,
“Hhmmm… ccclluuppsss… sssllleeeppss… “
Pak Dheeraj mencium bibir Takayasa, sedangkan tangannya bergerak melepas gaun yang di kenakan gadis itu. Ketika gaun terlepas, maka mata pak Dheeraj terlihat semakin nanar memandang payudara Takayasa yang memang tidak mengenakan bra, sedangkan bagian bawahnya Takayasa mengenakan G-string berwarna hitam, tanpa banyak bicara mulut pak Dheeraj berganti melumati payudara Takayasa, sedangkan tangan kanannya menyentuh selangkangan Takayasa dengan lembut.
“Eeehhmm… Aaahhkkk… Uuuhhkk… “
Perlahan tubuh Takayasa direbahakan di atas sofa, bibir tebalnya kembali meraih bibir ranum Takayasa, sedangkan tangannya masih bergerak aktif menyentuh selangkangan Takayasa, pantat Takayasa sedikit terangkat membiarkan celana dalamnya di tarik turun oleh pak Dheeraj, dan kemudian ciuman pak Dheeraj turun kembali ke payudaranya, ke perut dan kemudian menuju ke selangkangannya.
“Harum… “ Puji pak Dheeraj,
Takayasa diam, sedangkan pak Dheeraj terseyum girang sambil mengendus vagina Takayasa, sesekali mengucup vaginanya, lidahnya perlahan terjulur menjilati permukaan selangkangan Takayasa, sesekali ia juga menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam vagina Takayasa, sedangkan kedua telapak tangannya meremas-remas payudaranya. Kedua tangannya Takayasa meraih kepala Pak Dheeraj, ia meremas-remas rambut pria India itu. Tubuhnya bergetar hebat saat kedua jari pak Dheeraj dengan sengaja menggoda vaginanya, menusuk-nusuk vaginanya dengan gerakan cepat, “Cllooppsss… pllooppss… Pllookksss…. Ccceeerrrttt…. Ccrrreeesssttt… “ tubuhnya mengejang hebat sebelum akhirnya orgasme menghampirinya,
“Ko’ ga’ bilang-bilang kalau mau keluar… ?” goda Pak Dheeraj yang terdengar mengejeknya,
Takayasa hanya terseyum sambil melihat pak Dheeraj yang mulai membuka satu persatu kancing pakaiannya, mata Takayasa sesaat mendelik dan kemudian dengan bersusah paya ia menahan tawa saat matanya tertuju ke arah selangkangan pak Dheeraj, ia bingung harus ngapain untuk penis ukuran pak Dheeraj yang terbilang sangat kecil, sama seperti penis adik sepupunya yang saat ini tinggal bersamanya, ia terseyum geli sambil menyentuh penis Pak Dheeraj,
“Kamu suka penis saya kan ?” Tanya pak Dheeraj,
“Iya pak saya suka… “ Takayasa nyengir sambil mengocok pelan penis pak Dheeraj,
Bibir mungilnya perlahan mulai terbuka menyambut kedatangan burung kecil yang kini sedang ia genggam, tanpa merasa kesulitan Takayasa mengulum penis pak Dheeraj untuk beberapa saat, dan kemudian ia melepas kulumannya dan kemudian bersiap menduduki penis pak Dheeraj yang sudah mengancung ke atas.
“Oh… kamu sudah ga’ tahan ya ??” Ujar pak Dheeraj saat melihat Takayasa sudah bersiap memberikan servis untuknya,
Iya ga’ tahan liat burungnya bapak, pikirnya sambil tertawa di dalam hati kecilnya, ia tidak ingin terlalu berlama-lama di ruangan ini, ia segera mengarahkan penis pak Dheeraj kearah vaginanya dan kemudian tanpa merasa kesulitan Takayasa membenamkan penis pak Dheeraj ke dalam vaginanya, dengan gerakan lembut ia mulai mnggerakan pinggulnya. Tidak sampai satu menit tiba-tiba ia merasakan hawah hangat yang mengalir masuk kedalam rahimnya, daaannn… astaga pak Dheeraj ejakulasi dengan sangat cepat, sungguh di luar dugaannya, ia pikir pak Dheeraj akan bertahan sedikit lama dari sekarang, setidaknya lima sampai sepuluh menit ia melakukan penetrasi.
“Gilaaaa… enak, enak, memek kamu enak sekali, kalau seperti ini kamu bisa menjadi artis terkenal dengan sangat cepat “
“Janji ya pak… “ ujar Takayasa yang kemudian bangkit,
“Eh… kamu mau ngapain ?” Tanya pak Dheeraj saat melihat Takayasa ingin kembali mengenakan pakaiannya,
“Bukannya wawancaranya sudah selesai “ Tanya Takayasa kebingungan,
Pak Dheeraj hanya terseyum kecil dan kemudian ia menggerakan ekor matanya. Takayasa membalik badannya dan kemudian, Astagaaaa… seorang pria setengah baya bertubuh gemuk sedang terseyum di hadapannya. Semenjak kapan Om Bob ada di dalam ruangan tersebut, tetapi ada satu hal yang membuat Takayasa terkujut, yaitu ukuran penis Om Bob yang terbilang cukup besar, hampir sama dengan penis pembantunya, dan malahan panjangnya melebihi yang dimiliki pembantunya
“Glleeekkk… “ ia menelan air liurnya yang terasa hambar.
“Hehehe...Tika kamu temani dulu Om Bob, sutradara kita yah...” kata Pak Dheeraj, “saya sebenarnya ingin lebih lama sama kamu, tapi ini ada yang SMS katanya ada urusan mendesak jadi saya harus pergi dulu”
Takayasa parsah, ia berdiri dengan tumpuan lututnya, sedangkan kedua tangannya menggenggam penis pak Dheeraj yang sedang tertidur, sedangkan di belakangnya Om Bob sedang mempermainakan vaginanya, mencium dan menggigit pantatnya yang besar, beberapa kali ia meringis kesakitan saat Om Bob menggigit dan menampar pantatnya,
“Pantatnya gede banget bos, ini cewek cocok jadi penyanyi dangdut he… he… “
“Kalau masalah itu gampanglah, bisa di atur hahahaha… “
Takayasa hanya dapat pasrah, ia membiarkan pembicaraan keduanya yang semakin terdengar melecehkan dirinya. Perlahan Takayasa merasakan benda tumpul Om Bob yang terasa mulai menjejal vaginanya, sedikit ada rasa perih di bagian selangkangannya yang membuat ia meringis kesakitan,
“Addduuhh… aaahhh… aaahhh… “
“Kamu jarang ngentot ya, ko’ memeknya sempit “
“Tadikan saya sudah bilang, cewek satu ini beda dengan cewek-cewek yang lainnya… “ Pak Dheeraj menjawab pertanyaan Om Bob, sedangkan Takayasa terlihat tampak mulai menikmati permainan pak Dheeraj.
Penetrasi yang di lakukan Om Bob membuat Takayasa melayang tinggi, penis yang besar dengan tenaga yang tidak kalah besar membuat Takayasa kewalahan menghadapi ketangguhan penis Om Bob, kepalah Takayasa terangkat saat Om Bob menarik rambutnya, ia memperlihatkan wajah Takayasa yang terlihat meringis menahan rasa sakit yang bercampur nikmat, raut wajah Takayasa menjadi kenikmatan tersendiri bagi Om Bob, berbeda dengan pak Dheeraj yang sedikit lebih gentle terhadap wanita
Om Bob |
“Baik...sepertinya sudah waktunya, saya harus pergi dulu… “ ujar pak Dheeraj yang kemudian mengenakan pakaiannya, “tenang aja Tika, kita masih banyak waktu untuk bersama, see you again yah!” katanya dengan logat India yang masih kental.
“See you later...jadi nih cewek hari ini buat saya aja ya? Sip deh!” balas Om Bob
“Silakan…puasin-puasin aja dulu dengan gaya aneh lu, saya nanti aja deh “ jawab pak Dheeraj yang kemudian meninggalkan keduanya di dalam ruangan tersebut,
Takayasa kini berbaring telentang di atas sofa tanpa sehelai benangpun, mata sutradara itu seperti mau copot menatapi tubuh telanjangnya yang indah itu.
“Nah Tika, sekarang giliran audisi sama saya yah...saya yakin kamu pasti bisa melewatinya” kata Om Bob mengelusi paha mulusnya.
“Uhh...Ooomm…..”desis gadis itu ketika jari-jari Om Bob mulai menggosok bibir vaginanya
“Tika rupanya sudah terangsang ya, basah banget nih memeknya,”katanya dan bunyi “clek...clekkk” terdengar dari vaginanya yang sedang dicucuki jari sang sutradara
“Ini enak deh, gak lama kamu pasti orgasme,” kata Om Bom seraya membuka tas koper kecilnya yang ternyata berisi peralatan seks, “ayo gak usah malu, pendatang baru yang saya bantu orbitkan namanya selalu mengalami ini kok”
Ia mengeluarkan alat aneh seperti penjepit yang membuat Takayasa mengernyitkan dahi, lalu ia dekatkan alat itu ke vagina sang gadis dan mencubit-cubit bibir vaginanya dengan alat itu
“Oohh …. oooh…geli ommm...aaahh...aahh”
Takayasa menggeliat-geliat dan mendesah saat sutradara mesum itu memainkan alatnya pada vaginanya. Pria itu tersenyum mesum penuh kemenangan melihat reaksi si gadis. Tak lama kemudian Om Bob meletakkan alat aneh yang sudah basah belepotan cairan vagina itu di meja, namun itu belum selesai, ia mengambil alat lain dari koper kecilnya berupa sebuah penis karet berwarna hitam sepanjang 30 senti, ujungnya berbentuk kepala babi.
“Apaan itu Pak?” tanya Takayasa sedikit bergidik melihat alat sebesar itu akan mengaduk-aduk vaginanya.
“Hehehehe....tenang gak sakit kok, malah asyik!” kata Pak Bob menekan tombol ON sehingga benda itu bergerak menggeliat-geliat seperti ular.
“Coba kamu jilat, om mau liat gimana kamu melakukan oral seks” ia mendekatkan ujung berbentuk kepala babi itu ke mulut Takayasa, “ayolah...ini juga bagian dari casting”
Dengan ragu Takayasa mengeluarkan lidahnya mulai menjilati benda itu, kemudian ia membuka mulutnya mengulumnya seperti mengulum penis, dengan tatapan nakal ia memandang ke arah om Bob yang menyeringai mesum.
“Hehehehe...bagus...bagus, kamu tau Asmirandah, Arumi Bachsin, dan Chelsea Olivia juga pernah merasakan alat ini di mulut dan memek mereka dulu, jadi ini harusnya kehormatan buat kamu” katanya
Dia menarik vibrator anehnya dari mulut si gadis dan menatap wajahnya dalam, “kamu cantik” katanya dan bibirnya melumat bibir Takayasa selama 1-2 menit lalu melepasnya kembali, “Om yakin kamu bakal jadi terkenal setelah ini
Takayasa diam dengan jantung berdebar-debar, tidak tahu harus berkata apa lalu kembali pria itu melahap dan melumat bibir tipisnya. Sambil melirik ke bawah Om Bob melesakkan dildo kepala babi itu ke vagina Takayasa
“Oomm…uuhhhh” erang Takayasa terengah engah
”Enak?”Tanya si sutradara mesum
“pelan-pelan saya takut…” kata Takayasa tersengal
“Belum ini masih permulaan kok” kata Om Bob santai sambil menekan benda itu masuk lebih dalam ke vagina gadis itu
“Oooh...ooomm!!” rintih Takayasa ketika alat itu dikeluar-masukkan di liang vaginanya
Desahan Takayasa membuat Om Bob makin bernafsu sehingga mempercepat gerakannya hingga gadis itu mendesah panjang dengan tubuh mengejang. Gelombang orgasme menerpa tubuh Takayasa sehingga tubuhnya berkelejotan sedemikian rupa dalam dekapan Om Bob. Pria itu lalu membaringkan tubuh Takayasa di sofa dan mengarahkan wajahnya ke selangkangannya.
“Aaaahhh....yahhh!!” erang gadis itu saat merasakan lidah hangat dan kasap pria itu menjilati bibir vaginanya.
Om Bob melahap cairan orgasme yang membanjiri vagina gadis itu sambil lidahnya menari-nari di bibir vaginanya yang membuat gadis itu menggelinjang nikmat, pantat bahenolnya bergoyang goyang dan kedua tangannya memegang kepala Om Bob. Belum reda nafas Takayasa setelah orgasme tadi, lidah Om Bob kini menjilati klitorisnya yang mengeras dan lagi-lagi dalam hitungan menit
”Ooommm...akkuuu..mulaiii lagiiiii…oh..oh…..akuuu keluar lagiiii….” Takayasa kembali menggeliat dan mendesah, gelombang kenikmatan itu kembali datang
Om Bob langsung membuka lebar-lebar bibir vagina gadis itu sehingga makin leluasa menjilati wilayah selangkangannya.
Puas melahap cairan kewanitaan Takayasa, Om Bob kembali mengeluarkan sesuatu dari koper kecilnya, kali ini sebuah kaleng spray.
“Apa lagi ini Om?” tanya Takayasa melihat kaleng bertulisan huruf-huruf Jepang itu.
“Ini kalau disemprot kamu akan merasa pengen dan pengen lagi hihihi...” jawab Om Bob sambil membuka bibir vagina Takayasa dengan kedua jarinya dan ‘srett....sreett...’ dua kali ia menyemprot daerah itu dengan spray tersebut sebelum gadis itu sempat menolaknya. Tidak sampai satu menit reaksinya sudah mulai terasa, Takayasa merasakan vaginanya panas dan gatal, rasanya ingin dimasuki sesuatu, rangsangan itu datang begitu dahsyat sampai membuat wilayah kewanitaannya semakin banjir.
”Oomm tadi itu apa? saya...ahh...saya kok jadi gini....Omm oohh...saya....ingin....” desah Takayasa tak sanggup menahan birahi karena sensasi aneh pada vaginanya itu.
“Ingin apa dik? Omong aja terus terang….”katanya terkeh kekeh
“Ayoooo oomm….akuuuu …akuuuuu ingin...di...dikentot...ooohhh...saya mohon Om!” desah gadis itu tanpa malu-malu lagi.
“Ooohh..begitu yah!” Om Bob mendekatkan kedua tangan Takayasa ke bibir vaginanya dan jari telunjuknya dituntun ke vaginanya sendiri dan
“Gak usah buru-buru Dik, sekarang ayo, masturbasilah…” kata Om Bob
“Tapi omm...saya pingiiiin…..”desah Takayasa yang wajahnya makin memerah karena terangsang
“Sabar Dik, semua ada waktunya, ayo sekarang kamu harus main sendiri dulu, om akan syuting kamu” Om Bob menyetel kamera di smartphonenya dan mulai mensyuting gadis itu.
Tangan satunya menuntun jari Takayasa untuk mengelus elus kelentitnya sendiri dan”ooohh..ooohh…”karena Takayasa terangsang hebat maka akhirnya ia pun melakukan masturbasi dengan disyuting pria itu.
“Oooohh… enaaaaaak…oomm… udah basah nih….” tangan Takayasa dengan cepatnya menggosok klorisnya sendiri dan “Akkkuuu keluaaaaaaaar…”
Kembali tubuh Takayasa mengejang pada orgasmenya yang kesekian kali. Cairan orgasme itu membasahi jari-jarinya dan meleleh ke sofa di bawahnya. Om Bob mendekatkan smartphonenya ke arah vagina Takayasa yang banjir itu. Ia lalu mencucukkan dua jarinya ke vagina gadis itu dan menyodorkan ke mulutnya.
“Ayo dijilat...liat kamera...!” sahut pria itu ketika Takayasa mengulum jarinya yang blepotan cairan kewanitaannya, gadis itu melirik ke kamera dan berusaha tersenyum memberi kesan binal.
Kini Takayasa benar-benar lunglai dan Om Bom meletakkan smartphonenya di meja. Kemudian ia meraih payudara kanan gadis itu yang putingnya telah mengeras
“Ooommhhh….”desah Takayasa ketika sutradara mesum itu melahap payudara kirinya, ia hanya pasrah membiarkan pria itu menetek seperti bayi darinya sambil tangannya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya yang indah.
“Toked yang mantap ini hehehe....” katanya lalu dengan lahapnya berpindah mengempot payudara kanan gadis itu yang tampak semakin lunglai.
Puas mengenyoti payudara Takayasa selama sepuluh menitan, Om Bob lalu mengambil posisi di antara kedua belah paha gadis itu.
“Lebih lebar ngangkangnya adik,” perintahnya dan
Tanpa disuruh lagi, Takayasa pun membuka kakinya lebih lebar menampakkan vaginanya yang merah merekah dan telah basah itu di hadapan si sutradara. Wajah manisnya juga ikut memerah menahan malu dan birahi, namun ia juga merasa vaginanya gatal dan ingin segera diisi sesuatu. Spray perangsang tadi masih sangat terasa membuat wilayah kewanitaannya sangat sensitif dan mudah terangsang.
“Ayoo…Om…entotin saya...gak sabar nih”desis Takayasa sambil mengkangkangkan kedua kakinya lebar-lebar
“Hehehe...sip, sekarang saatnya!” Om Bom menempelkan ujung batang kemaluannya yang lancip berkulup panjang ke bibir vagina gadis itu
“ooooh…geliiii….enaaaak Om…”desis Takayasa dengan tubuh menggeliat nikmat ketika ujung penis Om Bob menembus liang vaginanya.
Takayasa membelalakan mata dan mengerang ketika proses penetrasi sampai akhirnya penis pria itu tertelan sepenuhnya. Agak lama Om Bob membiarkan penisnya berdiam dalam genggaman vagina Takayasa, sepertinya ia menikmati betul hal itu
“Mantap...ini mantap, memek kamu masih legit banget, saya suka, suka banget!” Om Bob tersenyum penuh kemenangan merasakan sempitnya vagina Takayasa, hingga kemudian ia mulai menariknya ke belakang pelan, lalu dimasukkan kembali. Setiap gerakan membuat gadis itu merintih dan meringis dan mulai menggigiti jemarinya, sementara pria itu kian aktif mengayunkan pantatnya maju mundur seaktif tangan-tangannya yang dengan kasar meremasi payudara montoknya, batang penisnya berkilauan basah tanda telah diselaputi lendir vagina Takayasa. Ruangan itu diramaikan simfoni sensual...erangan Takayasa dan Om Bob sahut menyahut seiring gerakan tubuh mereka. Keringat mulai membanjiri tubuh-tubuh mereka
“ssssh...ampuun om, ohhh...puaskan aku pak...terusss..nnnggh”, rintih Takayasa manja.
Tak lama kemudian, Om Bob mencabut penisnya, menimbulkan seperti suara angin keluar dari vagina gadis itu, kemudian memutar tubuh gadis itu dan menarik pinggangnya hingga menungging, lalu kembali liang senggama Takayasa mendapat tusukan dahsyat alat kelamin Om Bob. Kepalanya terdongak karena rambut panjangnya dijambak dan mulutnya kembali merintih-rintih ribut setengah menjerit. Suara kecipak kelamin beradu mengiringi desah birahi mereka. Tangan Om Bob menangkap dan meremas-remas payudara Takayasa sekeras-kerasnya sehingga gadis itu pun mengejang dan menjerit panjang, namun si sutradara mesum itu seolah memberi jeda waktu menghentikan hentakannya.
”ooouch...teruss om, puaskan saya lagi ...ahhhss”, rintih gadis itu.
Sekitar dua puluh menit kemudian kembali tubuh Takayasa mengejang dan berteriak lirih ketika orgasmenya datang kembali. Sudah tidak terhitung beberapa kali Om Bob menampar pantatnya, tidak hanya pantatnya pria itu juga menampar payudaranya, dan menggigitnya sehingga meninggalkan bekas gigitan di sekujur tubuhnya yang mulus.
“ahhhss....ahhh...ahh keluar ooommm!!”, desah Takayasa panjang dan kakinya mengejang tanda tengah mengalami orgasme.
Setelah beberapa menit ke depan digenjot dengan kecepatan tinggi, akhirnya Takayasa dapat merasakan denyutan penis Om Bob yang terasa bergetar di dalam tubuhnya.
“cccrreeettsss… crrreerttsss… anjrit...uenakkkhh… “ teriak Om Bob ketika ia mengalami ejakulasi,
Tubuh telanjang mereka terbaring saling berpelukan di atas sofa dengan berlumuran keringat. Takayasa merasakan ada darah yag mengalir di vaginanya, akibat sextoy dan kekasaran permainan Om Bob yang membuat vaginanya yang mungil lecet.
“Luar biasa...pelayaan kamu benar-benar profesional, saya puas, puas sekali, kamu diterima dan akan bersinar di dunia hiburan, Pak Dheeraj juga sudah mengatakannya kan?” kata Om Bob
“Eeehmmm...” gadis itu tersenyum dan menganggukkan kepala, “terima kasih ya Om, saya pasti akan bekerja keras untuk proyek film perdana saya”
Akhirnya selesailah audisi privat untuk proyek film hari itu. Om Bob dan Pak Dheeraj sendiri menyodorkan kontrak pada Takayasa untuk ditandatangani. Gadis itu pulang dengan puas. Tante Yuni menyambutnya ketika sampai di rumah.
“Kamu tidak apa-apakan Tika?“ Tanya Tante Yuni cemas,
Takayasa terseyum manis, “Iya aku tidak apa-apa ko’ Tante…semua baik-baik saja, aku lulus audisi“
Senyum getir terlihat di wajah wanita setengah baya itu, antara senang dan juga galau.
Nb : Mengambil jalan pintas, bukanlah sebuah pilihan yang terbaik….
to be continued...
by: Kartu Ass
Minggu, 23 November 2014
Karya Pengarang Lain
0 Response to Takayasa 2: The Audition
Posting Komentar