"Sialan, dasar emang orang kampungan, sukar untuk dipercaya", demikian umpatan dalam hatinya, sambil matanya tak berkedip menatap arah pintu lift.
Marina |
Erwin, seorang pengusaha sukses yang sedang berlibur di Kuching, Serawak, memang sedang menantikan "berita" dari kamarnya sendiri di hotel berbintang lima itu! Bukan berita dari istrinya yang cantik jelita, melainkan salah satu dari tiga lelaki asing yang diundangnya untuk menyergap dan mengerjai istrinya di kamar mereka di tingkat tertinggi di hotel mewah kelas internasional itu!
Erwin yang kita kenal dari kisah "The Hottest Liveshow" beberapa tahun lalu telah berhasil lulus menjadi sarjana dan meneruskan usaha dagang orang tuanya dengan sukses. Perusahaannya makin maju dan banyak memperoleh hubungan dengan perusahaan asing baik di Asia Tenggara maupun beberapa negara lain di benua lain. Dengan hubungan business yang sukses itu maka banyak pula Erwin mendapatkan bonus dan fasilitas dari rekan dagangnya yang juga termasuk orang penggede dan berduit di pelbagai negara. Kali inipun Erwin dan istrinya Marina sedang berlibur di Kuching, Malaysia setelah berhasil menutup kontrak perdagangan kayu dengan cukong kayu di Malaysia. Sebagai rasa terima kasih maka semua biaya liburan berdua dengan istrinya Marina menjadi tanggungan dari sang cukong di Malaysia itu, oleh karena itu Erwin tak segan-segan lagi memilih suite termahal di tingkat teratas di hotel itu, terletak paling ujung sehingga terjamin privacy sepenuhnya. Sejak mereka berdua menempati suite terbesar dan termahal di hotel tiga hari lalu itu maka Erwin dan Marina - yang sehari-hari lebih umum hanya di panggil dengan sebutan Rina - sepanjang hari hanya mempergunakan waktu mereka untuk bersenang-senang, makan minum dan belanja sepuasnya. Di malam hari maka keduanya hanya mengenal satu kegiatan utama: olahraga senam di ranjang. Dari partner business-nya Erwin dipinjamkan blue-ray player dan juga pelbagai blue film hangat yang diselundupkan dari pelbagai negara Eropah, USA dan juga Jepang. Dengan menyaksikan bersama pelbagai blue film pinjaman itu maka Rina dan Erwin mengalami "pemanasan" pendahuluan yang kemudian dilanjutkan dengan "live show" sebagaimana umumnya pasangan suami istri muda. Semua "teknik" dan posisi yang mereka lihat sebelumnya di pelbagai blue film dicoba dipraktekkan oleh mereka, dan tak jarang mereka akhirnya tidur lelap dalam keadaan bugil. Jika salah seorang kebetulan terbangun di tengah malam maka live show mereka dilanjutkan kembali sehingga kedua sejoli itu betul-betul terkuras tenaga mereka dan lelap tidur sehingga di pagi hari. Sedemikian asyiknya mereka melakukan sport senam ranjang, maka sampai lupa menutup gorden tebal di jendela lebar kamar mewah itu. Gorden tipis yang sangat transparan sebagai penutup kedua jendela kamar itu sama sekali tak dapat melindungi dan menyembunyikan adegan hangat antara Rina dan Erwin. Mereka juga lengah dan sama sekali tidak menduga akan ada mata orang asing yang mengintip - kamar mewah mereka yang sebetulnya untuk pengantin baru terletak di tingkat paling atas dan hotel Shang-Ri-La itu adalah bangunan tertinggi di kompleks gedung-gedung dan perkantoran daerah itu. Namun apa yang mereka tak duga sama sekali adalah bahwa kebetulan di pagi hari setelah malam pertama mereka menginap disitu , justru ada dua orang pembersih jendela yang ditugaskan oleh bagian maintenance hotel. Sebagaimana umumnya diwajibkan pada hotel-hotel modern serta gedung-gedung tinggi zaman sekarang maka para petugas pembersih jendela itu memakai safety belt khusus.
Selain itu juga kedua pembersih jendela itu "diangkat" keatas hingga ketinggian dituju dengan memakai "kerangka" yang sangat stabil melalui mesin dari atas atap gedung. Oleh karena itu mereka pun lebih leluasa melakukan tugas tanpa setiap saat harus mempertahankan keseimbangan agar tak jatuh. Kedua petugas pembersih jendela itu kebetulan adalah tenaga kerja bayaran berasal dari Indonesia (TKI) bernama Manolo berasal dari pulau Seram dan Syaiful berasal dari pulau Belitung.
Apa yang terlihat dipagi hari melalui jendela itu merupakan "sarapan pagi" yang diluar dugaan mereka.......! Dari kerangka logam kukuh tempat petugas pembersih jendela berdiri itu dengan jelas mereka dapat melihat ke dalam kamar karena sang penghuni rupanya lupa menutup gorden tebal. Lapisan vitrage tipis yang sangat transparant tentu saja sama sekali tak dapat mencegah tatapan Manolo dan Syaiful kearah ranjang ukuran "King-Size". Mereka melihat jelas punggung dari dua tubuh telanjang bulat yang rebah menyamping ke kiri, punggung Erwin yang jauh lebih besar menutupi tubuh wanita langsing yaitu istrinya Rina. Terlihat jelas gerakan maju mundur punggung Erwin yang rupanya sedang menyetubuhi Rina dari belakang, sementara tangan kanannya meraba-raba naik turun tubuh Rina yang ramping, menyelinap di bawah ketiak, lalu menuju ke depan rupanya untuk meremas buah dada, lalu mengusap lembut ke pinggang, ke pinggul, lalu menyelinap ke depan rupanya untuk mencari kelentit istrinya. Dengan rangsangan ini agaknya Rina yang masih ngantuk dan mulai malas melayani Erwin mulai tergugah birahinya, karena kedua pahanya mulai "gelisah" dan ikut maju mundur mengikuti ritme sodokan sang suami. Erwin juga semakin bersemangat dan agak mengubah posisi tubuhnya menjadi terlentang sambil meletakkan bantal di bawah kepala sedangkan Rina bangun dan mengambil posisi di atas alias "woman on top". Rina tetap dalam keadaan membelakangi jendela, sedangkan Erwin dengan kepala tersanggah bantal memperoleh kesempatan melihat ke arah jendela kaca besar kamar itu. Sangat terkejut ketika dilihatnya sebuah kerangka logam menggantung di depan jendela dengan dua orang pekerja pembersih jendela asyik menatap ke arahnya. Sejenak Erwin langsung ingin bangun dan menutup gorden tebal kamar, tapi dilihatnya kedua kuli mengacungkan ke-empat jempol tangan mereka tinggi-tinggi ke udara. Akibatnya Erwin membatalkan niatnya dan bahkan hanya tersenyum membalas pujian Manolo dan Syaiful. Apalagi ketika dirasakannya Rina telah merangkuh "si Otong" dengan kedua tangan mungilnya, mulai mengocok dengan gerakan turun naik, lalu si kepala jamur yang mulai mengeras dielus dan disapu-sapu dengan lidah kemudian dijilat jilat dan dibasahi oleh ludah pagi istrinya. Setelah dirasakan penis suaminya telah mengeras dan tegal bagaikan tugu Monas maka Rina perlahan² menurunkan tubuhnya nan langsing namun montok untuk "menancapkan" dirinya. Erwin hanya dapat menggeram penuh kepuasan ketika penisnya terasa memasuki liang kenikmatan Rina yang hangat, licin namun tetap terasa sempit. Tak lama kemudian Rina telah dapat menyesuaikan posisi liang memeknya dengan rudal daging suaminya dan mulailah ia mengangkat dan menurunkan pinggulnya , terkadang digoyang dan diputarnya bagaikan penyanyi sexy ngebor di atas panggung. Erwin membuka sedikit matanya dan melihat bahwa kedua pembersih jendela mulai melakukan tugas mereka namun di samping itu dengan tatapan mata melotot tak berkedip menyaksikan adegan hot gratis yang disajikan di dalam kamar serba mewah itu. Di dalam benak Erwin yang masih sedikit penat dengan urusan business mendadak menjadi cerah dan timbul kembali bayangan peristiwa di villa-nya dulu ketika ia masih mahasiswa (bacalah prequel cerita paling awal dengan judul "The Hottest Liveshow" (Desahan Santi dkk.). Gerakan tubuh Rina yang turun naik menyebabkan buah dadanya yang montok padat ikut bergoyang kekiri kekanan menyebabkan gairah Erwin semakin meningkat : dipilin-pilin dan dicaploknya puting merah yang sangat menggemaskan itu bergantian, menyebabkan Rina melenguh karena geli dan juga agak sakit. Di dalam benak kotor Erwin timbul lamunan bagaimana wajah istrinya yang cantik jelita penuh gairah saat ini jika berada di dalam keadaan tak berdaya digarap kedua kuli kasar pembersih jendela itu. Selama ini hanya suaminya Erwin yang sejak pernikahan mereka selalu menggaulinya, dan persetubuhan mereka selalu disertai rasa cinta dan penuh kasih sayang satu sama lain. Bagaimana kiranya pergulatan dan usaha perlawanan Rina jika sedang di dalam kekuasaan dua lelaki asing atau bahkan lebih. Khayal dan lamunan ini menyebabkan Erwin tak sanggup menahan lagi golakan spermanya yang bagaikan lahar gunung berapi meluap dan menghambur keluar dari saluran biji pelirnya. Semprotan hangat membasahi berulang-ulang rahim Rina yang pada saat itu juga mencapai orgasmusnya, pijitan remasan otot-otot dinding vaginanya bagaikan sedang meremas dan memerah air mani Erwin yang meleleh keluar dari liang kemaluan Rina disertai ambruk tubuhnya menindih suaminya yang terlentang. Tanpa di lihat oleh Rina yang sedang terengah-engah menikmati orgasmusnya Erwin menunjukkan jempolnya ke arah jendela, kemudian jempolnya itu dijepitkannya diantara jari telunjuk dan jari tengahnya serta diarahkannya ke tubuh istrinya - gerakan itu diulang-ulang beberapa kali seolah tanda undangan bagi penonton di luar kamar untuk ikut pergulatan senam ranjang. Khayalan gila terkait dengan pengalaman masa lalunya itu tak lepas dari benak Erwin, sehingga dicarinya informasi mengenai kedua kuli pembersih jendela hotel di pagi hari tadi.
Tanpa terlalu banyak kesulitan Erwin berhasil dihari yang sama memperoleh kontak dengan Manolo dan Syaiful. Kedua TKI pembersih jendela itu sedang istirahat makan tengah hari bersama seorang liftboy yang biasanya membantu para tamu untuk membawa koper dari lobby ke kamar masing-masing. Mereka makan bersama liftboy orang Malaysia yang bernama Nurul didalam gardu kecil penjagaan garasi yang letaknya dibawah tanah hotel Shang-Ri-La. Karena bagian atas gardu itu terbuat dari kaca tebal maka mereka melihat Erwin menuju ke mobil sewaannya yang kebetulan memperoleh tempat parkir langsung berhadapan dengan gardu. Erwin mengambil charger dari laptop-nya yang kelupaan masih terletak di dalam mobil, setelah ditemukannya dan akan kembali menuju pintu masuk hotel. Dilihatnya Syaiful dan Manolo berdiri di dalam gardu itu sambil tersenyum serta menunjukkan keempat jempol tangan mereka, persis seperti ketika menikmati adegan hot pagi itu. Erwin tertegun dan agak sangsi lalu menghentikan langkahnya, keraguan yang terlihat amat nyata itu rupanya memberikan keberanian kepada Manolo dan Syaiful. Mereka keluar dari gardu sambil menyapa Erwin, dan agaknya mereka menjadi terlibat dalam percakapan mengasyikkan karena setelah lebih sepuluh menit maka Erwin masuk ke dalam gardu dan melanjutkan percakapan mereka di situ.
Nurul yang sementara itu telah selesai pula dengan makan siangnya dan telah memperoleh "info" tentang adegan gratis di pagi hari itu ikut nimbrung terlibat percakapan. Erwin yang kembali terpincuk idee beberapa tahun lalu ketika masih mahasiswa (baca prequel cerita ini : "The Hottest Liveshow" , kemudian kisah-kisah kelanjutannya : Ivana , Sandra dan Santi) akhirnya terpancing oleh pujian muluk-muluk yang dikeluarkan oleh Syaiful dan Manolo mengenai betapa yahud bahenol tubuh Rina, dan betapa menggairahkannya semua geliatan dan goyangan yang tak sadar telah dipamerkan dipagi hari tadi. Erwin akhirnya setuju bahwa istrinya akan di-gang-bang oleh para lelaki kasar itu, dengan syarat tak boleh disakiti apalagi dilukai, semuanya tentu saja langsung disetujui oleh ketiga buruh kasar itu. Untuk melaksanakan rencana itu Erwin akan melakukan ML sangat mesra dan ber-jam-jam di malam hari sebelumnya, di pagi dan di tengah hari esoknya dengan Rina, sehingga tenaga istrinya sebagian besar telah terkuras. Sesudah itu Erwin akan pura-pura mengajak istrinya untuk berenang dan keruangan fitness - yang tentu saja pasti akan ditolak karena Rina telah begitu lelah. Erwin akan memesan makan minuman untuk diantarkan ke kamar tidur mereka, dan semua akan diatur Nurul yang kebetulan kenal bagian room service, agar Syaiful dan Manolo memperoleh pakaian seragam menyamar sebagai room-service. Tentu saja Nurul pun akan ikut "menagih jatah" untuk meramaikan pesta sex itu. Erwin tahu benar kebiasaan istrinya jika telah kelelahan sehabis "sport ranjang" maka akan tidur dibawah selimut tanpa memakai sehelai benangpun. Jika terbangun dan harus kekamar mandi atau membukakan pintu kamar maka Rina hanya akan memakai mantel panjang berikatan pinggang yang selalu disediakan di hotel-hotel kelas satu, sedangkan di bawahnya tetap "polos" bagaikan bayi. Hal ini akan amat memudahkan ketiga lelaki asing itu untuk menaklukkannya. Tentu saja meskipun telah lelah dengan persetubuhan sebelumnya dengan Erwin, maka Rina pasti mula-mula akan melawan mati-matian pada saat diterkam dan dikuasai oleh para lelaki asing kasar itu, namun dengan mengenal betapa besarnya nafsu birahi istrinya, maka Erwin yakin bahwa istrinya akan "menjawab" penggarapan dialaminya jika keadaan telah sedemikian rupa sehingga tak ada jalan untuk meloloskan diri. Pucuk dicinta ulam tiba cuaca dihari yang direncanakan sangat buruk, hujan lebat sejak malam sehingga pagi hari disertai angin menderu dan halilintar serta petir silih berganti tiada henti - menyebabkan pasangan ini kembali masuk ke kamar mereka setelah sarapan. Dengan sengaja Erwin memasang film dari DVD di blue-ray player yang dipinjam dari rekan business-nya - sebuah film erotic thriller Jepang penuh adegan hot dengan pemain wanita berwajah oriental agak mirip Rina. Mereka menyaksikan DVD film Jepang itu di ranjang ukuran King Size extra berkasur empuk. Erwin duduk dibelakang Rina selalu menciumi belakang leher Rina yang jenjang. Ciuman itu tak hentinya menyelusur ke telinga , meniupkan nafas hangat kesitu dan menjilatinya, sementara jari-jari tangan Erwin menyelusup ke dalam gaun tipis istrinya lalu meremas kedua bukit daging Rina serta memilin-milin putingnya yang langsung ber-reaksi mengeras. Ketika film dari DVD yang sedang ditayangkan di laptop milik Erwin mulai dengan adegan hangat yang pertama maka Rina sendiri sudah tak dapat lagi konsentrasi karena tangan Erwin sudah menggerayang kesana sini, ia membalikkan dirinya sehingga dapat menerima ciuman dari suaminya.
Pakaian mereka sudah bertebaran kemana-mana dan yang masih melekat di badan mereka hanya celana dalam masing-masing berwarna putih merk Enamora. Erwin berusaha sejauh mungkin memperpanjang foreplay mereka dengan menciumi setiap sentimeter tubuh Rina yang sangat putih mulus itu, terutama ketiak Rina yang selalu dicukur licin itu menjadi sasaran : diciumi - dikecupi - dijilati tiada henti-hentinya. Dalam beberapa menit terlihat ketiak Rina berubah penuh bercak merah bekas gigitan gemas Erwin dan sebagaimana biasa Rina tak tahan dengan perlakuan ini sehingga tubuhnya menggeliat-meliuk tak karuan bagaikan cacing yang kepanasan :
“Udaah aah ko, jangan terusin, nakal banget sih, kann geliiii digituin tuh tahu engga, ko udah dong“, Rina meronta sambil jari-jarinya berusaha masuk ke dalam celana dalam Erwin untuk mengeluarkan pentungan daging di situ.
Tapi Erwin tak mengizinkan hal itu terjadi : kedua pergelangan tangan Rina yang langsing dicekalnya dengan kuat, direntangkan di atas kepalanya sehingga ketiak Rina yang penuh cupangan merah makin nyata. Erwin melanjutkan perantauan mulutnya ke arah bukit kembar di dada Rina, kembali disedot-sedot dan dicupangi tebingnya, kemudian dicaplok dihisapnya buah dada menggemaskan itu dan akhirnya puting yang telah mencuat itu tak luput dari gigitan mesra. Rina semakin kewalahan dan berontak sekuat tenaga namun Erwin bagaikan sudah kesetanan kini menindih tubuh istrinya, ciuman-ciumannya semakin ganas dan menurun kearah perut yang datar.
"Aaaah, shhhh, oooooh, geliiii, nakaaal ah, udaaaaah, ntaaar dibales, emmmmmhh, oooooh, iyaaaah", Rina semakin mendesah mendesis bagaikan sedang kepedasan, sementara tubuhnya menggeliat geliat.
Ciuman Erwin semakin menurun menelusuri perut istrinya yang datar, bermain-main dengan lidahnya di pusar kecil dan menyupanginya pula disitu, semakin turun turun, kini mulai mencapai bukit Venus ditutupi bulu halus teratur dan tercukur sangat rapih menandakan si empunya sangat merawatnya. Mengetahui apa kesenangan istrinya maka Erwin tak langsung menyerbu bukit Venus itu melainkan mengendus-endus lipatan paha selangkangan Rina kekiri kekanan, lagi lagi menggigit menyupanginya. Keduanya tak memperhatikan lagi film DVD yang terus berjalan, keduanya kini sibuk dengan sport ranjang sendiri, apalagi pada saat Erwin telah meletakkan kedua kaki Rina dipundaknya sehingga celah sempit yang sangat menantang itu berada dihadapan wajahnya. Lidah nakal Erwin mulai giat menyapu tepi bibir liang kenikmatan Rina, membuatnya semakin menggeliat ke kiri ke kanan Kepalan tangan Rina membuka menutup, meremas remas sprei, memegang dan meremas kedua bukit susunya. Matanya setengah terpejam dengan kepala menenggak keatas, hidungnya kembang kempis, mulutnya terbuka sedikit dihiasi oleh bibir merah membasah karena Rina sering menggigit dan membasahi dengan lidahnya.
"Ooooooh, oooooooh, mmmmmmmppph, iyaaa ko , teruuuuuss, ooooh jangaaan berhenti", desisnya.
"Mau diapain sayang, bilang dulu, ntar dikasih apa maunya, bilang dulu, udah gatel banget ya, mau diapain, mau di jilat ya ampe kelenger, mau ya, ayooo ngakuu", Erwin menggoda istrinya yang sudah mabuk birahi, sementara lidahnya telah membelah celah surgawi istrinya dan mencari kelentitnya.
"Hmmmmmh, ini namanya penis mini, mau diisep diemut juga supaya kamu semakin kegatelan....cup, cup.... hmmmm", Erwin menjepit daging kecil merah muda itu di antara bibirnya, lalu digoyang-goyang dan digeser gesernya bibir atas dan bawahnya kearah berlawanan sehingga Rina merasakan klitorisnya seperti dipilin-pilin. Tak mampu menahan gairahnya dirangsang sedemikian rupa maka mengalirlah cairan lendir membasahi dinding vaginanya, dan ini dirasakan pula oleh Erwin. Namun ia berniat merangsang istrinya sedemikian rupa dengan permainan oral itu agar orgasmus pertama , sesudah itu barulah akan digenjot selama mungkin sehingga orgasmus kedua, dengan demikian tenaga Rina akan terkuras! Hanya dalam waktu lima menit desahan dan dengusan Rina tiba tiba berubah menjadi jeritan hysteris melengking tinggi ketika rangsangan diklitorisnya bagaikan aliran listrik mengalir keseluruh tubuhnya. Badan langsing namun montok itu bergetar , menekuk semakin tinggi , mengejang , sementara sprei ditariknya dengan sekuat tenaga sehingga akhirnya segumpal kecil dapat masuk mulut kemudian digigitnya sekuat tenaga, dengan demikian jeritan hysterisnya sedikit teredam dan tak melengking.
Erwin tak menghentikan rangsangannya di-kelentit istrinya karena ia menunggu sampai tubuh Rina terhempas kembali dan melemas sebagai tanda mulai meredanya orgasmus. Pada saat itu barulah Erwin akan menghunjamkan kemaluannya yang juga telah tak sabar menunggu ke dalam vagina Rina. Dengan demikian maka Rina bagaikan seorang pendaki gunung yang telah lemas hampir kehabisan tenaga dan sangat gembira hampir mencapai puncak, mendadak tergelincir merosot ditebing terjal dan dipaksakan untuk kembali memanjat bukit terjal !
"Udaaaah doooong ko, udaaah capeeeek, mainnya curaaaaang, aaaaaaaaahhh, ntar dibales, ooohhh", Rina menggelinjang tak karuan menahan rasa geli tak terkira, namun akhirnya badannya melengkung menegang bagaikan busur panah ketika gelombang orgasmus mendera seluruh ujung syarafnya.
Inilah saat yang dinantikan Erwin, segera diangkatnya kedua kaki istrinya lalu diletakkannya di bahu kemudian diarahkannya kemaluannya yang juga telah mengeras dan diretasnya bibir kewanitaan Rina.
"Oooooohh, aaaaaaahhhh, sssssshhh, eeeemmppfffh", Rina merasakan dinding vaginanya yang masih belum pulih dari orgasmus dan berdenyut-denyut kini dibelah oleh lembing daging suaminya. Kelicinan celah surgawi Rina sangat menolong ketika dimasuki oleh suaminya, sehingga walaupun agak terasa ngilu namun tidak menyebabkan sakit, dan Rina kini memeluk suaminya sekuat tenaga disertai cakaran kukunya di punggung Erwin, menyebabkan garis garis merah namun itu tidak dirasakan olehnya. Dengan sekali dorongan kedepan mulailah Erwin memasukkan alat kejantanannya kedalam liang sempit istrinya, sedikit ditariknya mundur lalu dihentakannya sehingga amblas dan ujung kemaluannya menekan rahim Rina yang sangat peka, menyebabkan istrinya memekik manja dan mulai mendesah-desah.
"Ooooooh, iyaaaaah, ngiluuuu, sssssh, aaaaaaiiiiiiih, ooooohhh, teruuuuus, cepetaaan, iyaaaaa masuukiiin lebiiiih lagiiii, oooohh ngiluuuu, nikmaaaat koh teruuuussiiin, iiyyyyahh", Rina menceracau sambil menguakkan pahanya selebar mungkin seolah-olah menginginkan agar penis suaminya masuk lebih dalam lagi, kemudian ia memeluk pinggang suaminya dengan kedua kaki semampainya sekuat tenaga, bagaikan tak ingin dilepaskannya lagi.
Erwin meningkatkan kegiatan sanggamanya, memaju mundurkan pinggulnya semakin lama semakin cepat, menyebabkan semakin bersimbahnya keringat mereka, semakin pula menghabiskan tenaga istrinya yang belum sadar akan mengalami "live-show" penggarapan babak kedua. Dalam waktu sepuluh menit mereka mengalami orgasmus bersama, seperempat jam kemudian Erwin mengajak Rina untuk berenang. Namun Rina yang masih tergolek diranjang setelah menolak dengan alasan masih kecepaian setelah alami berkali-kali orgasmus dan mengatakan masih ingin istirahat. Erwin tersenyum penuh arti, mencium mesra istrinya dan mengatakan akan memesan ice-cappucino serta mixed fruit cocktail yang sebentar lagi akan dibawakan oleh room service. Rina menyetujuinya lalu membalikkan tubuhnya bersembunyi dibalik selimut hanya dengan memakai celana dalam string minim yang hanya menutup memek dan anusnya, sedangkan bongkahan pantatnya terpampang penuh. Erwin memakai baju sport-nya, melakukan pesanan minuman melalui intracom tilpon hotel, kemudian menoleh ke arah Rina di ranjang, lalu meninggalkan kamar setelah menutup pintu perlahan-lahan........
########################
Masih dalam keadaan setengah lelap Rina mendengar pintu kamar tidurnya diketuk, sejenak kemudian terdengar suara seorang lelaki yang menyebut diri sebagai room-service membawakan minuman serta snacks. Rina menoleh kearah jam digital yang tertera di pesawat TV menunjukkan pukul 17.30 sore.
Teringat oleh Rina bahwa suaminya Erwin memang menjanjikan akan memesan cocktail buah-buahan serta es-cappucino kesenangannya untuk menyegarkan lagi tubuhnya setelah ML beberapa kali hari ini.
"Tunggu sebentar pak, nanti saya buka pintunya", demikian jawab Rina yang agak heran juga karena Erwin masih belum kembali dari berenang dan latihan fitness-nya.
Namun dalam hatinya ia bangga juga karena mempunyai suami dengan stamina memuaskan : dia masih sanggup berenang dan fitness setelah "berenang dan sport di ranjang" berulang ulang seharian , bahkan sejak kemarin malam. Rina menutup tubuhnya yang hanya memakai CD-string minim dengan mantel tebal berwarna putih yang memang selalu disediakan oleh hotel kelas mewah untuk para tamu. Membuka pintu kamar dan mempersilahkan room-service dengan kereta dorong kecil, dimana terlihat cocktail anggur strawberry disampingnya juga satu gelas coklat muda berisi cappucino dengan di atasnya cream susu penuh. Syaiful yang berpakaian sebagai room-service itu mendorong kereta kecil beroda dengan minuman itu sehingga mendekati meja kecil yang terletak tak jauh dari ranjang besar ukuran King Size. Tanpa rasa curiga sedikitpun Rina membalikkan tubuhnya dan membuka lemari pakaian untuk mencari uang kecil di dompetnya. Sedikit uang jasa untuk room-service dan suite-case service adalah sesuatu yang hal lumrah, bahkan sebagai keharusan yang tak tertulis bagi para tamu menginap di hotel kelas satu. Betapa terkejutnya Rina ketika membalikkan tubuhnya kembali untuk memberikan uang jasa ternyata Syaiful telah berada di belakangnya, langsung membekap dan menyeretnya ke arah ranjang. Bukan hanya itu saja, di balik pintu kamar yang kini telah tertutup kembali telah berdiri dua lelaki lain dalam seragam room service dan security. Kedua lelaki ini langsung mendekati Rina yang masih dibekap mulutnya dan bergulat berusaha melepaskan diri dari pelukan Syaiful. Dengan bantuan Manolo yang memakai seragam room-service dan Nurul dalam seragam security hotel, maka mudahlah kedua kaki Rina yang menendang kesana sini dicekal, dan mereka menghempaskan mangsanya ke atas ranjang.
"Hmmeemppfhh, ssshhhhhh, mmmpppffh", hanya itulah bunyi keluar dari mulut Rina akibat bekapan tangan Syaiful, yang berada diatas kepala Rina dan menekan pergelangan tangan Rina ke kasur empuk dengan kedua lututnya.
Sementara itu Manolo dan Nurul dengan sigapnya mencekal pergelangan kaki Rina, sambil bergantian melepaskan baju seragam mereka, kemudian menarik cd string Rina ke bawah. Sejenak kemudian Manolo yang bertubuh amat tegap menggantikan posisi Syaiful untuk memberikan kesempatan padanya melepaskan pakaian. Satu menit kemudian ketiga insan di ranjang itu telah bugil sepenuhnya dan terlihatlah pemandangan sangat kontras, seorang wanita muda berkulit putih kuning langsat menggeliat meronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman tiga lelaki dengan wajah kasar dan badan penuh otot serta tattoo berkulit hitam legam. Nurul melepaskan sejenak cengkramannya dan mencari siaran dangdut populer di TV-Malaysia, akibatnya kamar tidur mewah yang dilengkapi dinding peredam itu dipenuhi suara gendang, sehingga walaupun mampu berteriak maka suara Rina akan hilang tertelan oleh musik. Setelah itu Nurul balik ke ranjang untuk ikut mengagumi korbannya.
"Tchk, tchk, tchk, wuuuih, bagus amat nih body, 'ngga pernah ngimpi bisa liat amoy telanjang bulat".
"Langsing, tapi montok berisi, 'tuh téték mantep banget buat nyusu, dikenyot kenyot mau ya neng ?"
"Anjriiit nih méméknya si neng masih rapet banget, kayak durén biji kembar péngén langsung dibelah"
Ketiga lelaki yang beruntung itu berlomba-lomba memberikan komentar terhadap mangsanya yang tetap mencoba melepaskan diri namun tentu saja kalah tenaga. Manolo yang sementara itu berada diatas kepala Rina berusaha menciumi bibir korbannya, namun kurang berhasil karena Rina menggeleng-gelengkan wajahnya ke kiri ke kanan. Akhirnya Manolo melekatkan wajahnya di leher Rina, mencupanginya disitu sambil mengancam dengan berbisik di telinga mangsanya, ancaman mana membuat Rina merinding....
"Percuma saja ngelawan neng, ngga ada yang denger apalagi menolong, suami neng sudah diamankan oleh anak buah kami di ruangan lain di bawah hotel. Kalo neng nurut nanti kami beri tahu agar suami neng tidak disakiti, tapi kalau neng terus melawan maka kami tak jamin lagi keselamatan suami neng".
Rina bergidik mendengar ancaman ini, ia tak tahu apakah Manolo hanya berdusta dan itu hanya siasat saja untuk menaklukinya, tapi kalau ancaman itu benar maka apa yang akan terjadi dengan Erwin ?.
Selintas Rina melihat jam digital dari radio yang terdapat di bagian bawah pesawat TV di ruangan itu dan memang aneh juga bahwa Erwin suaminya demikian lama belum balik dari berenang & fitness !
"Gimana neng , kalau neng mau melayani kami dengan sukarela maka kami akan tilpon anak buah kami agar suami neng hanya ditahan dan diamankan selama beberapa jam , sesudah itu dia akan kami lepaskan dan kembali , tapi kalau neng ngelawan maka.......", Manolo tak melanjutkan kalimatnya.
Dengan penuh rasa takut dan bingung karena tak tahu lagi keputusan apa yang harus diambilnya Rina tanpa menyadari mengangguk perlahan sementara pelupuk matanya mulai merah dan basah.
"Nah, bener gitu, si neng emang pinter , langsung ngarti gimana kemauan abang , ntar si neng dapet extra perlayanan, kita cuma mau senang-senang aja dan sekedar menikmati hiburan yang neng alami setiap hari dengan suami neng, neng pasti tidak akan disakiti bahkan dijamin puas dan nanti bisa jadi ketagihan, iya kan ?", Nurul ikut nimbrung sambil mengarahkan pandangannya kepada konco-konconya.
Rina merasakan badannya panas dingin dan tak dapat membayangkan apa akan dialaminya sebentar lagi. Memang secara sepintas pernah Erwin menyentuh persoalan istri setia yang swinger setelah mereka bersama menyaksikan blue-film, dan secara berkelakar Erwin mengatakan bahwa Rina pasti akan ketagihan kalau digarap oleh lelaki profi seperti di film itu yang mempunyai penis luar biasa. Harus diakui bahwa Rina ikut terangsang setelah menyaksikan adegan film biru hot itu, bahkan esok harinya ketika sang suami belum pulang kerja maka Rina memutar DVD itu sekali lagi sambil jari-jarinya masuk ke dalam selangkangannya dan meraba kelentitnya sehingga tak lama kemudian CD-nya basah. Namun yang dilihatnya dalam film terlarang itu adalah pertarungan satu lawan satu, sedangkan tidak lama lagi ia akan mengalami pembantaian seksual secara keroyokan, melawan tiga lelaki yang kasar! Dilihatnya Syaiful menilpon dengan HP-nya dengan suara berbisik-bisik, kemudian kembali berdiri bersama dengan Manolo dan Nurul di hadapannya sambil ketiganya memegang kemaluan masing-masing.
"Ayoh, sekarang neng boleh milih, mau ngelayanin siapa dulu, kita semua paling senang perempuan yang jago nyepong , udah biasa kan ngulum barangnya suami , nah kali ini kenalan burung lain , modelnya macem-macem, tapi semuanya kwalitet kelas satu", komentar Nurul dengan tolak pinggang.
Rina bergidik melihat ketiga penis yang akan membantainya : milik Nurul adalah panjang lurus , milik Syaiful agak bengkok ke atas, sedangkan milik Manolo yang paling besar lingkarannya. Namun semuanya terlihat sangat hitam dengan dihiasi urat pembuluh darah melingkar dan tanpa perkecualian ketiga alat kemaluan itu disunat sehingga langsung terlihat lubang kencing mereka yang telah sedikit menetaskan air mazi !. Rina menggelengkan kepalanya dengan rasa sangat ngeri namun sekaligus berdebar-debar tak sanggup memilih, sehingga akhirnya Syaiful maju kedepan dan menyodorkan penisnya ke arah mulut Rina.
"Ayo lah neng ini dicobain gimana rasanya pisang tanduk alamiah, tapi awas jangan sampe geregetan digigit yang neng, kulum dan jilat yang tandes sampe bisa keluar sarinya, banyak vitaminnya neng".
Rina masih tetap menggelengkan kepalanya ketika kepala penis Syaiful mulai ditempelkan ke bibirnya sehingga berkali kali kepala penis itu menyentuh pipi kiri kanan Rina. Ini sudah cukup merangsang dan membuat penis itu semakin membesar dan akhirnya Syaiful memegang kepala Rina sehingga tak dapat menggeleng lagi. Kemudian didorongnya kejantanannya itu kedepan mulut Rina yang setengah terbuka, lalu dengan sedikit didorong disertai tekanan jari kasarnya dipipi Rina yang halus akhirnya kepala jamur itu meretas jalan di antara kedua bibir merah basah.
"Aauuumpppffh, uuwweegh, effffgg", Rina tak sanggup mengeluarkan suara lagi ketika dirasakannya penis Syaiful menjarah rongga mulutnya, tanpa memperdulikan ukuran mulut mungil Rina maka penis itu mendesak dan mendorong masuk sehingga setengah dan telah menyentuh langit-langit kerongkongan.
Manolo, Syaiful, Nurul |
Syaiful tak perduli bahwa Rina gelagapan dan hampir tersedak, dirasakannya betapa halus dan hangat mulut Rina , juga lidah Rina yang disaat itu terdesak masuk kedalam. Rina merasa kewalahan dan mual karena aroma penis Syaiful agak terasa sedikit asam berbau keringat, berbeda sekali dengan penis suaminya yang terawat. Namun Rina tak sanggup melawan karena kedua tangannya dengan jari-jari lentik langsing kini telah dipaksakan untuk menggenggam kedua penis lelaki lainnya : milik Manolo dan Nurul, dan mereka langsung memberikan aba aba komando untuk mengocok rudal-rudal itu.
"Ayo sekarang ngocok yang rajin , bikin ngaceng yang mantab ya neng , ntar siiip lah untuk nyodok".
"Pelan pelan ya ngocoknya, awas jangan kecepetan sampe abang banjir diluar, mesti diminum neng"
Kedua lelaki kasar itu menganjurkan Rina mengocok rudal mereka, sementara Syaiful terus meminta service mulut Rina yang kini telah mulai penuh ludah, sebagian melumuri keluar tepi bibirnya. Karena mulutnya memang mungil maka Rina mengubah taktik agar tak tersendak, dikulum dan dijilat kepala penis Syaiful, terutama bagian pinggir topi bajanya yang peka, setelah itu disentuhnya liang kencing yang menutup membuka bagaikan mulut ikan yang megap-megap.
"Ooooooh, iyaaaah, teruuuus neng , amoy geulis pinter banget nyepongnya, aaaah abang mesti nahan jangan kecepetan banjir , duuuuuh siaaaaaahh, abang ada di sorga ketujuh, uuuuh , aaaaah nikmaaat", Syaiful merem melek merasakan kemaluannya membesar maksimum bagaikan ingin meledak.
Rina berusaha melupakan bau kurang enak yang berada di depan hidungnya, tubuhnya agak meliuk-liuk karena Nurul dan Manolo yang keenakan sedang dikocok mulai meraba dan meremas buah dada Rina yang montok dari kiri kanan, sesekali mereka menarik, memijit dan memilin puting yang mencuat.
"Hfffffhh, agggghh, aarrghhh, uuueeeewk", Rina berusaha sedapatnya menahan rasa muak dan ingin muntah yang disebabkan oleh besarnya kemaluan yang sedang menyodok langit-langit rongga mulutnya, namun dengan demikian tanpa dikehendaki air liurnya semakin banyak keluar dan melicinkan kepala jamur yang sedang menyiksanya, bahkan air ludah itu mulai menetes di samping ujung bibirnya.
"Gantian ah , sekarang gue juga pengen disepong , si neng pengen kenalan juga sama si otong gue", demikian Manolo yang rupanya ingin mengganti posisi dan kegiatannya.
"Iya lah, si neng udah waktunya kita rebahin diranjang dan diperiksa belahan durénnya", Nurul ikut memberikan komentar, rupanya dia memang sangat menggemari durén sehingga asosiasi kesitu.
"Sialan, masa' barang gue dibandingkan sama belahan buah duren", demikian umpatan Rina sambil melawan keinginannya untuk menggigit saja kemaluan yang amat bau didalam mulutnya itu. Namun ketiga lelaki yang sedang asyik menjarahnya itu mendadak mengubah posisi mereka. Tubuh Rina yang putih montok diletakkan terlentang di ranjang berukuran sangat besar itu. Syaiful menindih perut Rina yang datar, kemudian penisnya diletakkan di antara kedua buah dada Rina yang montok sambil dimaju mundurkan, sambil merejang dan menekan kedua pergelangan tangan Rina di atas kepalanya. Dinikmatinya wajah Rina yang cantik dengan rambut tergerai kusut menggeleng ke kiri ke kanan, sedangkan bibirnya setengah terbuka mengeluarkan keluhan seorang wanita dewasa yang sedang dipaksakan menikmati rangsangan seksual, bibir mana juga tak hentinya dikecupi Syaiful. Nurul dan Manolo kini menempatkan diri di kiri kanan bawah tubuh Rina yang langsing namun sintal, mereka masing-masing mencekal dan merentangkan kedua pergelangan kaki Rina sejauh mungkin sehingga selangkangan yang sangat menggiurkan terpampang. Mereka memulai mengusapi, meraba betis paha putih mulus Rina, selanjutnya mereka menciumi telapak kaki korbannya, kelima jari-jari kaki yang mungil dijilati dan dikulum, menyebabkan Rina semakin meronta-ronta menggelinjang kegelian namun tanpa hasil.
Sekitar sepuluh menit Manolo dan Nurul melakukan kegiatan mereka dan rontaan Rina menyebabkan semua otot paha dan betisnya semakin mengejang serta kesemutan, sehingga rabaan dan usapan kedua pemerkosanya semakin terasa sangat menyiksa, menyebabkan Rina mendesah dan menjerit-jerit. Setelah puas menyaksikan keadaan Rina yang semakin lemas tak berdaya maka mereka mengubah lagi siasat dan posisi mereka. Manolo berlutut disamping wajah Rina dan menjejalkan penisnya di antara bibir Rina. Sedangkan Nurul memposisikan dirinya di selangkangan Rina, dinikmatinya usaha Rina yang sia-sia menghentakkan, meluruskan, menekuk dan mengatupkan kedua betis serta pahanya.
"He, he, he, ini yang namanya pentungan jantan, kenalan ya neng 'ntar dia masuk mulut atas bawah", Manolo tak memperdulikan ukuran barangnya yang begitu besar mulai memasuki mulut Rina.
Tanpa ampun rahang atas dan bawah Rina dipaksa membuka semaksimum mungkin untuk dapat menerima kepala penis berbentuk topi baja itu. Rina berusaha menolak dan melawan, namun kedua pergelangan tangannya diletakkan diatas kepalanya, ditekan dan dicekal sekerasnya sehingga Rina tak berkutik. Sementara sendi rahangnya terasa sedemikian pegal karena dipaksa membuka selebar, dirasakan pula oleh Rina kedua puting payu daranya kini dipijit dan dipilin oleh Syaiful yang semakin bersemangat memaju mundurkan rudalnya yang diletakkan dan dijepitkannya diantara gunung daging yang ditekan ketengah untuk menambah sensasi kenikmatannya. Sementara itu Nurul tak hentinya mengecup, menciumi dan menggigit betis serta paha putih mulus Rina yang sehingga kini terlihat penuh dengan bekas cupangan merah. Jilatan lidah Nurul semakin liar menuju selangkangan Rina dan mengenyot lipatan paha dan berulang ulang menyapu bukit Venus terlihat agak gundul, hanya terhiasi oleh rambut halus dikiri kanan yang pasti terawat sering dicukur.
"Hhhmhh, ngimpi apa aya ya gue bisa ngerasain mémék amoy muda, wangi amat nih air madu alam , abang mau buka dikit lagi ya, waaah kelihatan tuh lubang pipisnya, biji jagungnya merah muda lagi",
Nurul menundukkan kepalanya dan mulai menciumi serta menjilati dinding vagina dan klitoris Rina.
Tentu saja semuanya itu menyebabkan Rina semakin kegelian dan berusaha menggeliat membebaskan dirinya , namun apalah daya dan kekuatannya yang masih belum pulih setelah ML dengan suaminya.
Apalagi kini ia menghadapi keroyokan tenaga tiga lelaki kasar yang menguasainya dari tiga arah, rasa malu, marah, takut, segan namun juga ingin tahu bercampur aduk. Sementara hormon wanita muda yang membutuhkan kepuasan tanpa dapat dicegah semakin memacu nafsu birahinya. Tubuh sintalnya tak dapat dikendalikan lagi mulai mandi keringat, gerakan liukan dan rontaan Rina semakin berubah menjadi hentakan liar dan gelisah menantikan rangsangan terlebih hangat. Dari lubang hidung kecil yang mengembang kempis tak lagi terdengar suara memilukan seorang wanita diperkosa dan disakiti melainkan desahan perempuan yang semakin terpacu nafsu birahi meminta dipuaskan sehingga tuntas.
"Waaah binal juga kelihatannya nih amoy bahenol, kelihatannya meronta tapi rupanya menggelinjang keenakan, gimana kalau neng langsung ngelayanin kita sekaligus, semua lobang si neng udah dijebol belon sama suami ?", demikian tanya tanya Nurul yang sedang mengusapi kelentit Rina dan sesekali juga seolah tak sengaja lidahnya menyapu kebawah menuju lubang anus Rina yang sangat menantang. Hal ini menyebabkan Rina amat terkejut dan menggelinjang sekuat tenaga sehingga batang kemaluan Manolo lepas dari kulumannya, dan ketiga lelaki itu harus mengerahkan tenaga merejang korbannya.
"Engga mauuu, jangaaan di situ, saya belum pernaaah, enggaaa maaauuu, tolooong , jangaaaan", ratap Rina sambil menggeliat meronta sejadi-jadinya, namun jawaban ini justru semakin merangsang ketiga laki pejantan yang menjarahnya, karena kini mereka tahu bahwa anus Rina memang masih perawan.
Hanya sekitar lima menit Rina sangggup menggeliat meronta tanpa hasil dan tenaganya telah punah, sementara Nurul kini telah berhasil meletakkan lekukan paha betis Rina di atas pundak kiri kanannya.
Manolo dan Syaiful kini berada di kiri kanan tubuh Rina , mereka tiada henti dan puas-puasnya meremasi gundukan buah dada serta menggigiti puting yang semakin lama semakin peka mencuat mennatang. Rina hanya dapat menggelengkan kepalanya tanpa daya kekiri kanan ketika dua buah jari Nurul mulai merekahkan bibir liang kemaluannya, sejenak kemudian dirasakannya sebuah pentungan daging keras meretas masuk. Dinding vagina Rina yang telah licin karena dijilati dan juga penuh lumasan air mazi agak membantu masuknya rudal kebanggaan Nurul , milimeter demi milimeter vagina Rina dibelah....
"Uuuuh, liciiiin, tapi sempiiiit amaaaat nih lobaaang amoy, uuuuh nikmaaaatnya, bener engga neng ?", tanya Nurul asyik memulai gerakan tarik dorong dan mundur maju sambil menatap wajah ayu Rina.
"Auuuwwhmmmpf, uuummppff", Rina tak dapat menjawab karena mulutnya sedang diciumi Syaiful.
"Abang mau ngelukuh lebih dalem lagi nih boleh ya neng, pasti ntar ketagihan kalo udah ngerasain enaknya dijedug-jedug", ujar Nurul. Kini dicekalnya kedua pergelangan kaki Rina kemudian ditekuknya sendi paha Rina sejauh mungkin sehingga lututnya menyentuh puting buah dadanya. Tanpa ampun Nurul mulailah menggenjot Rina dalam posisi ini, dan kepala penisnya masuk begitu dalam menghantam mulut rahim Rina yang amat peka.
"Aaaah, auuuuw, pelaaan pelaaan, ngiluuu, jangaan sadiiiis dong bang, ooooh, aaaah, aduuuuh, ngiluuu bang, udaaaah", desahan Rina memenuhi kamar tidur mewah itu.
"Ayo lah bung cepetan dikit, udah nungguin nih", Manolo mulai tak sabar sementara nafsu birahinya mulai naik ke-ubun-ubun. Syaiful yang juga harus menunggu giliran rupanya lebih cerdik dengan menyodorkan penisnya kearah bibir Rina yang setengah terbuka.
"Iyaaaa, pinteeer emang bibir si neng mantep banget ngulumnya, ayoooh sekarang jilat yang liciiiiin sebelum nih pentungan masuk ke mémék neng", Syaiful merem melek menikmati service Rina.
Ke-empat insan yang tengah bergulat itu telah basah mandi keringat, baik keringat sendiri maupun di campur dengan keringat tubuh Rina. Sementara ketiga pemerkosanya semakin terangsang dan tetap bertahan stamina mereka, maka Rina merasakan tubuhnya semakin lemas bagai dilolosi tulangnya.
"Neng mesti nyobain yoghurt alamiah bikinan abang sendiri, pasti neng makin cantik dan awet muda", Nurul mendadak melepaskan cekalannya di pergelangan kaki Rina. Ia memberikan tanda kesempatan kepada kedua konconya untuk berganti posisi lagi, dan ini segera digunakan Manolo merebahkan diri.
Terlihatlah kini betapa besar kemaluannya mengacung keudara ibarat lembing daging bertopi baja siap bagaikan tonggak untuk memasuki belahan liang surgawi Rina. Dengan tubuh yang telah lemas Rina tak menyadari bagaimana dan apa yang kini dikehendaki oleh ketiga pemerkosanya. Syaiful dan Nurul mengatur tubuh Rina yang diangkat dengan mudah oleh mereka bagaikan boneka ringan, diposisikan seperti akan tengkurap dengan celah kewanitaannya diarahkan ke penis Manolo yang tegak perkasa.
Perlahan² Nurul dan Syaiful menurunkan tubuh montok yang direjang dari kanan kiri sambil melihat Manolo memegang alat kejantanannya dengan ujung kepala jamur raksasa menyelinap di antara bibir vagina Rina, kemudian dengan agak mendadak keduanya melepaskan pegangan tangan mereka........
"Uuuuuiihh, sempiiiit amat nih mémék, kayak perawan aja , latihan kegel tiap hari ya neng ?", Manolo merasakan rudalnya mulai memasuki dan membelah dinding liang kewanitaan Rina yang telah licin.
"Aaaaah, aaauuuuuww, stoooop, hentikaaan, engga muaaaat, kebesaran bang, aaaaahhh, aduuuuuh", Rina menjerit sambil menggelepar merasakan betapa besarnya tombak daging Manolo ibarat menusuk menekan ulu hatinya, namun Manolo kini memeluknya dari bawah sehingga tak mampu bergerak. Syaiful menyaksikan dengan penuh perhatian bagaimana sesak dan susah payah masuknya kemaluan Manolo ke-vagina Rina sehingga akhirnya masuk dan amblas semua. Manolo memegang pinggul Rina dengan kuat dan mulai menaik turunkan bagaikan gerakan pompa, gerakan mana menyebabkan juga belahan pantat yang bulat montok membelah mengatup menyajikan lubang kecil yang tersembunyi, bagaikan kuncup bunga masih belum merekah dan disentuh oleh lebah pencari madu. Syaiful teringat apa yang diucapkan Rina beberapa saat lalu bahwa suaminya belum pernah menembus lubang itu, betapa bahagianya gue dapat memerawani pantat sintal bahenol ini, kapan lagi dapat rejeki begini ?
Perlahan lahan Syaiful mendekati Rina dari belakang, disentuhnya kaki Manolo yang sedang keenakan merasakan penisnya dipijiti dinding vagina Rina untuk memberikan tanda agar menghentikan gerakan naik turun pinggul Rina, tapi memeluknya seketat mungkin agar tak mampu melawan meronta..........
Syaiful memegang kedua bongkahan pantat mulus putih mangsanya, dipaksanya melebar semaksimal mungkin, lalu ia meludahi kepala penisnya beberapa kali sebelum diletakkannya di permukaan anus Rina yang mengembang menguncup akibat denyutan otot lingkarnya yang belum pernah ditembus....
"Auuuuuw, saakiiiiiitt, jangaaaan bang saya engga mau dimasukin disitu, aduuuuuh tolooong bang ampuuun, saya engga kuat, kasihani saya doong bang, aampuuuun, aaaahh, aaaaauuw", Rina menjerit dan melolong sekuat isi paru²nya dengan membuka mulutnya tanpa disadari. Kesempatan ini ditunggu oleh Nurul yang rupanya sangat gemar disepong langsung menjejalkan lagi rudalnya ke mulut Rina, sehingga jeritannya teredam, hanya dengusan terdengar lewat lubang hidung mungil kembang kempis. Sempurnalah kini Rina berada sepenuhnya didalam genggaman tiga lelaki - dan setelah memberikan waktu untuk Rina menyesuaikan diri dengan situasinya yang tak berdaya itu, mulailah Manolo, Nurul dan Syaiful memaju mundurkan pinggul mereka. Ketiga pejantan itu merasakan betapa hangat, sempit dan lembutnya dinding ketiga lobang yang dijarah , membuat ketiganya merem melek keenakan.
Berbeda dengan mereka maka Rina merasakan kesulitan untuk menerima dan menyesuaikan dirinya : méméknya yang selama ini hanya dimasuki oleh penis suaminya Erwin kini dibelah oleh rudal super Manolo, rongga mulutnya yang mungil memang telah basah licin oleh ludahnya namun tetap dipaksa membuka lebar oleh penis Nurul. Namun yang dirasakan masih sangat menyiksanya karena beberapa menit lalu ditembus diperawani pertama kali : anusnya yang sedang diluku oleh Syaiful. Rasa nyeri , ngilu , perih dan sakit menerpanya setiap kali Syaiful melalukan gerakan tarik dorong keluar masuk. Karena Rina semakin lemas dan perlawanannya menurun maka tentu saja 'mengecewakan' ketiga pria yang sedang mengerjainya. Untuk membangunkan perlawanan Rina kembali maka Manolo yang rebah dan menyodok liang vagina Rina dari bawah kini melepaskan pelukannya dan mulai lagi meremas buah dada Rina yang menggantung bergantian sekaligus digigit dan ditarik tarik putingnya sehingga terasa sangat ngilu. Syaiful yang sedang asyik menyodomi Rina juga tak mau kalah dan menyelipkan tangannya kebawah perut Rina, meraba dan mengusap bukit Venus yang datar, dicarinya kelentit kecil yang tersembunyi diantara bibir vagina Rina. Setelah ditemukannya maka tanpa memperdulikan hunjaman penis Manolo yang keluar masuk disitu Syaiful mulai meraba, mengelus, mengusap, bahkan terkadang mencubit dan memilin daging yang begitu peka. Akibatnya Rina bagaikan terkena aliran listrik dan kembali meronta ronta, kedua kakinya yang dipaksa berlutut semakin menekuk menegang.
"Uggghhfffffh, emmmmggfffhh, sssssshhh, aaauuugggfffh", Rina menggeliat dan mendengus bagaikan orang sekarat, semua syaraf ditubuhnya seolah sedang dibakar, dihadapan matanya semakin berputar ribuan bintang, badannya bergetar menahan ngilu , sakit dan nikmat bergonta ganti tiada hentinya.
"Wuuuiiih, enaknya nyusu di tedoy montok begiini, asyik engga neng, disodok dibawah dan diperah susunya diatas, uuuummmmh, disedot lebih keras lagi ya neng biar keluar susu", Manolo bergumam.
"Siiiip banget nih pantat, licin tapi sempiiiit, mana bisa mijiiiiit lagi, duuuuh enaaaaknya, abang engga tahan lagi, mau keluaaar nih", Syaiful merasakan spermanya semakin mengumpul dari biji pelirnya.
"Abang juga udah mau nyemprot nih, teguuuuk dan minuuuuum ya neng, jangan sampe kebuang nih yoghurt, obat awet muda neng, uuuuuh , iyaaaaah , iseeeep neeeng", suara Syaiful semakin meninggi.
Bagaikan kesurupan setan akhirnya keempat insan yang sedang bergulat itu mengejang, menghunjam kemaluan mereka sejauh dan sedalam mungkin ke tiga lubang tubuh Rina, membanjiri rahim, anus dan kerongkongan Rina , membuatnya sangat sukar bernafas dan gelagapan hampir tersedak. Sekitar tiga menit mereka menyemburkan sperma hangat mereka sebelum akhirnya Rina yang setengah pingsan itu dilepaskan, dan akhirnya Syaiful serta Nurul melepaskan tubuh Rina. Tubuh si istri yang ramping namun sangat sintal montok dan putih itu kini rebah diatas Manolo yang coklat tua hitam legam. Terlihat betapa kontrasnya warna tubuh mereka - dan dari sudut kamar yang sangat mewah itu - tanpa diketahui oleh Rina - semua adegan perkosaannya disaksikan oleh Erwin yang telah lama balik.Semua lamunan dan kenangan dari pesta sex gangbang dengan tiga rekan mahasiswi [Sandra, Ivana dan Santi - baca kisah kisah sebelum ini] ketika ia masih kuliah kembali menjadi kenyataan. Deja vu...
Apakah Rina akan menjadi ketagihan dengan permainan sex liar setelah diperkosa habis habisan oleh tiga kuli kasar , dan apakah Erwin akan tetap rela dan tega membiarkan istrinya digarap orang lain ?.
??? TAMAT ..?
By: Elzhakar
Selasa, 30 Desember 2014
Karya Pengarang Lain
0 Response to Kebinalan di Negeri Jiran
Posting Komentar