Beberapa hari setelah peristiwa swinger pertama itu batin Vonny terasa tak tenang. Perasaan bersalah melanda dirinya akibat terhanyut melayani hasrat seksual Reza, office-boy kantor suaminya (baca kisah sebelumnya). Padahal awal mula peristiwa itu adalah akibat ulah suaminya sendiri, Ridwan, yang "mengizinkannya" berpakaian minim untuk menggoda si office-boy. Vonny memenuhi permintaan suaminya karena Ridwan berhasil meyakinkannya bahwa ia hanya sekedar ingin merasakan sensasi seksual pada saat ada pria lain yang dengan gairah birahi memperhatikan tubuh molek istrinya. Apa mau, di tengah permainan 'sandiwara' mereka berdua menggoda Reza, suaminya mendadak harus ke kantor untuk mengurus transaksi forex yang penting. Vonny sampai beberapa minggu setelah peristiwa itu masih segan atau belum berani menceritakan kejadian selanjutnya kepada Ridwan, yaitu disaat ia malahan terjebak dalam permainannya sendiri. Saat Ridwan memintanya untuk menceritakan apa yang terjadi ketika ia meninggalkan mereka berdua di rumah, maka Vonny hanya berani bercerita sampai bagian dimana ia membiarkan office-boy suaminya itu memijat bagian pundak, punggung dan pinggulnya yang montok. Reaksi suaminya malah sama sekali diluar dugaan Vonny !
Ridwan sama sekali tak terbakar api cemburu, tapi malahan mendengarkan penuturannya dengan penuh minat dan perhatian! Vonny sendiri yang justru merasa semakin bersalah sehingga ia malahan berpura-pura merasa tak nyaman dan menolak untuk melanjutkan permainan "menyerempet bahaya" yang diusulkan suaminya. Ridwan tampak di luar seolah memaklumi perasaan istrinya, namun sebenarnya di dalam benak dan fantasynya permainan ini masih jauh dari usai, ini baru permulaan. Ridwan telah terjerumus semakin jauh kedalam fantasy liarnya sendiri. Di sisi lain, Vonny berusaha memendam pergumulan batinnya dan melayani Ridwan suaminya semakin mesra di ranjang. Vonny merasa sedikit tenang karena tidak terjadi perubahan sikap dari sang suami terhadap dirinya ketika mereka ML bergelut penuh mesra. Vonny sama sekali tak menyangka kalau kehangatan yang ditunjukkan oleh Ridwan adalah hasil dari semakin terpenuhinya fantasy liar suaminya itu. Perempuan cantik itu tidak mengetahui bahwa suaminya ikut menyaksikan dirinya ketika melakukan persetubuhan terlarang bersama si office-boy dari salah satu sudut tersembunyi di rumah mereka. Hati nurani Vonny akhirnya mengalahkan rasa keraguan dan malunya. Seminggu setelah peristiwa itu Vonny mengakui sejujurnya peristiwa itu kepada suaminya, Ridwan ketika mereka selesai ML di tengah malam minggu. Dengan tubuh keduanya masih mandi keringat dan telanjang bulat Ridwan pun mengakui bahwa peristiwa swinger itu memang telah diaturnya - hal mana sudah diduga keras oleh Vonny, karena Ridwan kelihatannya dengan sengaja meninggalkannya berdua bersama Reza di rumah mereka yang sedang mampir membawa barang titipan kantor. Setelah itu bahkan Reza semakin sering mampir ke rumah mereka dan Vonny pun semakin lama semakin "terbiasa" untuk melayani keinginan Reza yang memang masih bujangan. Ridwan sendiri tidak keberatan untuk istrinya digauli oleh office-boy kantornya dan bahkan mengetahui dari Reza bahwa ada beberapa pegawai kantor mereka yang juga naksir dan berkeinginan untuk ikut swinger. Karena pasangan muda ini termasuk kelompok generasi muda yang mengikuti alur "open-marriage" maka Vonny pun tidak begitu melarang Ridwan jika "jajan", meskipun ada pula rasa sedikit cemburu.
Vonny hanya meminta kepada Ridwan agar tak sembarangan saja "jajan" dengan setiap wanita jalang, namun dengan partner yang kurang lebih cukup setara dan terjamin tidak mengidap penyakit kelamin. Ridwan berjanji untuk sangat memilih - seandainya memang ada - serta akan "terbuka" sebelumnya untuk memperkenalkan wanita yang akan digaulinya. Untuk tujuan mana Ridwan mencari pasangan dari kelompok teman atau rekan akrabnya yang telah menikah dan juga open-marriage. Ini lebih safe karena pasangan seperti inipun memperhatikan sekali segi kesehatan demi pernikahan mereka sendiri. Namun sampai sekitar tiga bulan agaknya Ridwan belum menemukan pasangan lain yang dapat diajak untuk tukar partner, sementara itu Vonny telah terbiasa menerima Reza sebagai variasi kehidupan sex-nya dan beberapa orang di kantor yang juga mengincar Vonny semakin penasaran saja. Setelah kurang lebih tiga bulan maka Ridwan mulai mempunyai fantasy lain yaitu bagaimana kiranya jika Vonny digauli tak hanya oleh satu lelaki asing, namun sekaligus oleh dua atau bahkan tiga lelaki. Fantasy ini pernah dikemukakannya namun Vonny masih ragu menolak, karena merasa ngeri melayani lebih dari satu orang, takut disakiti alasannya, walaupun terkadang muncul pula rasa ingin tahunya. Hal ini dimaklumi sepenuhnya oleh Ridwan dan ia tak mau memaksa istrinya meskipun semakin lama godaan di-fikirannya semakin bertambah, apalagi Reza pun semakin sering menceritakan bahwa dua orang di kantor yang sudah amat "ngebet" karena selalu mendengarkan pengalaman hangat Reza. Kedua pegawai kantor yang sangat naksir Vonny itu bernama Rizak, berasal dari Jambi; satunya lagi bernama Fuad mempunyai darah Arab, berasal dari Madura, keduanya adalah sopir dari direksi. Karena pendapatan mereka sebagai sopir rupanya tak memadai kebutuhan mereka berdua dengan keluarga masing-masing, maka di waktu senggang di luar jam kantor mereka juga bersedia melakukan segala macam reparasi kecil-kecilan di rumah. Mereka kebetulan sangat terampil bukan hanya untuk dalam soal mesin mobil namun juga misalnya memasang saniter kamar mandi, mesin cuci, alat dapur, selain itu untuk persoalan listrik yang tidak terlalu susah mereka pun cukup mahir. Banyak pegawai kantor tingkat atasan sering memakai tenaga mereka untuk reparasi atau renovasi kecil-kecilan di rumah mereka. Lagipula keduanya memasang tarif harga "miring" dan hasilnya cukup memuaskan. Setelah memasuki bulan kelima Reza sempat menggauli Vonny dua kali, ia pun telah menceritakan kepada Ridwan bahwa Rizak dan Fuad mempunyai keinginan untuk ikut meramaikan swinger dengan Vonny. Tentu saja Ridwan sendiri tidak buta dan menyadari betapa kedua sopir direksi itu selalu memandang istrinya dengan penuh gairah jika Vonny kebetulan datang di kantor, terutama jika Vonny memakai blouse tipis agak terbuka dan rok mini yang "menantang". Ridwan mempertimbangkan apakah untuk peristiwa gang-bang pertama itu sebaiknya Vonny akan diberikannya obat perangsang - mungkin dicampur dengan alkohol, sehingga Vonny mungkin akan sedikit 'lupa daratan'. Meskipun telah sering juga swinger namun jika menghadapi keroyokan tiga pria yang haus sex pasti istrinya akan "shock" , dan Ridwan tak mau istrinya mengalami trauma sehingga mungkin selanjutnya akan sama sekali menolak bukan saja dengan Reza namun dengannya sendiri. Oleh karena itu Ridwan meminta kepada Reza dan juga kepada Rizak dan Fuad agar sedikit sabar dan menantikan kesempatan baik yang semuanya akan direncanakan dengan seksama dan cukup hati-hati.
Reza |
####################
Sebulan lalu Ridwan membelikan Toyota Aygo sebagai hadiah ulang tahun Vonny yang ke 23, dan karena garasi mereka sudah penuh dengan Nissan Qasqhai milik Ridwan, maka Ridwan mengusulkan agar di depan garasi mereka dilengkapkan dan ditutup atasnya dengan karport. Vonny setuju dengan usul Ridwan karena merasa sayang juga kalau mobil barunya berwarna silver metallic itu selalu basah terguyur selama musim hujan. Untuk melaksanakan pembuatan carport itu Ridwan mengatakan pada Vonny bahwa mungkin Reza mengenal buruh pembangunan yang dapat dipercaya membuat karport. Tentu saja Ridwan tidak menceritakan bahwa sebetulnya kedua sopir direksi kantornya yang memang telah lama mengincar istrinya itu akan membangun karport dan sekaligus diberikan "bonus istimewa". Setelah bersepakat dengan harga akhir maka pada hari Jum'at tengah hari, ketika tugas kantor selesai Fuad dan Rizak diajak oleh Ridwan kerumahnya, dan mereka mulai mengukur berapa besar dan tinggi karport yang akan mereka bangun. Pada kesempatan mana kedua pejantan itu beberapa kali sempat mengintip dari samping dan belakang ketika Vonny berjalan keluar masuk rumah. Turun naik jakun mereka disertai mata melotot ketika menyaksikan betapa yahud goyangan pantat sekal Vonny. Demikian pula betis dan paha putih mulus yang mengintip keluar ketika Vonny turun naik dari mobil barunya, menyebabkan si ujang dan si otong mereka terasa amat sesak di dalam celana dalam mereka. Ridwan menanyakan Vonny apakah ia keberatan jika kedua "buruh pembangunan" memulai pekerjaan mereka membangun karport itu di hari Minggu esok hari dan Senin berikutnya karena kebetulan Senin itupun hari libur fakultativ. Ridwan juga sebetulnya tidak perlu bekerja di kantornya, hanya kebetulan dipagi hari Senin itu ada meeting dengan direksi perusahaan. Vonny tidak keberatan karena hari Minggu ia ingin berjalan-jalan dan shopping ke sebuah pusat perbelanjaan yang baru dengan Ridwan. Oleh karena itu akhirnya disepakati untuk kedua pegawai kantor itu memulai membangun pondasi karport dihari Minggu. Sedangkan hari Senin keesokannya Rizak dan Fuad mengatakan baru datang agak sore karena mereka harus tugas kantor dahulu. Padahal Ridwan telah mengatur bahwa kedua sopir itu digantikan tugasnya oleh rekan-rekan sopir lain, sehingga mereka dapat datang dipagi hari.
Di hari Senin yang telah direncanakan itu maka Reza diberikan tugas sebagai 'perintis' jalan : setelah Ridwan berangkat ke kantor untuk meeting maka Reza akan datang 'menagih jatah'nya setelah selama hampir tiga minggu "puasa", sedangkan Fuad dan Rizak diatur baru akan datang jika Reza sudah 'sibuk' di dalam. Kedatangan Reza pun tak diberitahukan kepada Vonny – seolah-olah semuanya "surprise". Namun kali ini Reza harus menahan diri untuk tidak langsung "ngejos", melainkan merangsang serta meng-oral Vonny habis-habisan sehingga beberapa kali orgamus. Semalam sebelumnya Ridwan pun mengajak Vonny menyaksikan DVD serial berturut-turut dengan pelbagai adegan super hot, dimana isinya kurang lebih sama yaitu para istri yang kelihatan alim setia akhirnya terjebak dan jatuh ke dalam genggaman beberapa lelaki berkemampuan dan stamina luar biasa. Tanpa disadari Vonny bagaikan di berikan obat perangsang karena sesudah itu Ridwan sengaja langsung tidur, padahal diketahuinya dari bunyi yang khas bahwa Vonny dibawah selimut melakukan masturbasi. Memang setelah menyaksikan pelbagai blue-film DVD itu Vonny mengharapkan akan memperoleh "nafkah" dari suaminya. Namun karena Ridwan dilihatnya beberapa kali "melenggut dan mendengkur", maka dengan sedikit kecewa ia mencari solusi lain dengan bermasturbasi. Tak disadarinya bahwa semua tarikan nafas mendesah-desah dan hentakan pahanya di bawah selimut ketika mengalami orgasmus tak lolos dari telinga suaminya. Sekitar jam tujuh pagi setelah minum kopi tubruknya Ridwan telah meningalkan rumah dengan alasan menghindarkan kemacetan. Vonny menghantarkan sampai ke pintu rumah dan melihat bahwa kedua buruh pembangunan yang kemarin telah memulai membangun karport memang belum datang. Akibat sudah terlanjur bangun dan sulit untuk tidur kembali maka Vonny memutuskan ke dapur untuk masak air penyeduh teh yasmin kesukaannya, karena salah satu pembantunya pulang kampung karena ada yang sakit. Sedangkan pembantu yang satunya sedang berada di rumah tante Vonny karena setelah operasi kakinya masih tak dapat melakukan tugas sehari-hari melayani suaminya yang kena stroke. Tak lama kemudian Vonny dikejutkan oleh bunyi ketokan di pintu pagar di depan. Vonny curiga bahwa kemungkinan besar Reza, karena semua tamu atau pengunjung lain biasanya membunyikan bél disitu. Vonny sebetulnya agak sangsi untuk membuka pintu karena ia sebenarnya merencanakan untuk mandi dan keramas, diharapkannya bahwa Ridwan akan tak terlalu lama meeting di kantor. Dengan agak ragu Vonny mengintip dari balik tirai ruang tamu dan dilihatnya memang Reza yang masih menunggu dengan motornya. Jika dibiarkannya si office-boy terlalu lama berdiri di depan pintu pagar besi, maka mungkin akan menarik perhatian tetangga pula. Oleh karena itu Vonny dengan agak terpaksa menyambar kunci tergantung dan berjalan di pekarangan depan menuju pintu pagar besinya. Agak terenyuh juga sanubari Vonny karena dirasakan bahwa hasrat kewanitaannya semalam tak terpuaskan oleh Ridwan. Diingatnya pula bahwa Reza sudah hampir tiga minggu tidak datang dan biasanya office-boy itu akan langsung 'menerkamnya' bagaikan harimau kelaparan melihat kijang lemah. Setelah membuka pintu depan rumah dan juga pintu pagar besi ke jalanan maka Vonny menyambut Reza dengan senyum manis kemudian berjalan balik masuk. Di ambang pintu barulah Vonny menyadari bahwa ia masih memakai baju daster tipis yang biasa hanya dikenakannya di kamar tidur dan di dalam rumah, tak pernah hingga pintu pagar. Tanpa sadar wajah Vonny memerah malu. Baju daster itu terbuat dari bahan tipis tembus cahaya sehingga sinar matahari pagi mencetak tubuh montok bahenolnya, bahkan sebagaimana biasanya di bawah daster itu Vonny tak memakai BH. Selain itu Vonny memakai celana dalam V-string super mini yang hanya menutup selangkangannya, kedua bongkah pantatnya sama sekali terbuka, dan dibagian depan pun hanya pas-pasan menutup belahan vaginanya. Penutup aurat super mini itupun masih agak basah di bagian depan karena lendir kegairahan wanitanya yang mengalir keluar akibat masturbasinya semalam dan juga pagi tadi.
Rona merah menerpa pipi Vonny ketika dengan sudut matanya ia melihat tatapan Reza tak berkedip sambil memarkir motornya di bawah kerangka karport yang sedang dibangun. Setelah itu sebagaimana biasanya Reza melangkah perlahan-lahan memasuki pintu rumah , kali ini matanya terus mengikuti semua goyang gemulai istri boss-nya, mulai dari pinggang sampai ke belahan pantat dan pahanya. Meskipun Vonny sudah sering melayani Reza namun kali ini merasa sangat jengah karena pakaiannya yang sangat menantang dan sebetulnya hanya dipakai dalam kesempatan hanya berdua di kamar tidur dengan Ridwan suaminya. Untuk menukar baju sudah terlambat, ah sudah kepalang mau diapain lagi, masa bodoh lah demikian akhirnya keputusan Vonny sambil melangkah kembali ke arah dapur.
"Bang Reza udah ngopi belum, saya lagi bikin téh nih jadi bisa sekalian dibuatkan", tanya Vonny.
"Udah bu, barusan sebelum berangkat ditempat kost. Oh ya bu, pintu depannya dikunci lagi apa dibiarkan saja, nanti datang pekerja untuk karport engga bu?", Reza pura-pura bertanya sambil tak hentinya meneguk ludahnya melihat badan begitu menantang.
Selain puting buah dada yang mencuat bagaikan ingin dicubit, juga celana dalam Vonny sedemikian mini sehingga seolah ia telanjang bulat. Pada umumnya Reza mengunci kembali pintu pagar depan itu, namun kali ini Vonny agak ragu-ragu karena kedua pekerja bangunan sebentar lagi akan datang. Jika ia telah sibuk "melayani" si office-boy maka Vonny segan juga untuk menghentikannya, namun demi keselamatannya maka Vonny meminta agar Reza kembali ke pintu pagar untuk menguncinya :
"Dikunci aja lah bang, biarin ntar mereka ngebél", ujar Vonny berjalan amat gemulai keluar dari dapur dan kemudian duduk disofa ruang tamu.
Reza tersenyum karena ia hanya berpura-pura menghampiri pagar besi ke jalan, sengaja diadunya gembok dengan pintu besi secara keras sehingga seolah-olah si gembok terkunci dan itu didengar Vonny. Padahal kunci gembok itu hanya dicantolkan begitu saja , tapi tetap terbuka sehingga Fuad dan Rizak akan mudah masuk ke dalam rumah dan akan ikut meramaikan peristiwa gang-bang. Demikian pula setelah masuk Reza memutar kunci pintu rumah dua kali secara keras - seolah-olah 'mengunci' dua kali - padahal ia hanya memutar sekali mengunci, sedangkan bunyi kedua adalah ketika kunci itu dibukanya kembali - artinya pintu rumah Vonny pun seperti pagar kini tak terkunci. Kemudian Reza membalik dan berjalan menuju sofa besar dan empuk di ruang tamu, sofa mana sudah sering menjadi saksi bisu swinger Vonny dengan office-boy yang beruntung ini. Dilihatnya Vonny telah berada di sofa itu dengan menekuk paha serta lututnya. Dalam posisi setengah duduk itu maka baju daster yang dalam keadaan berdiri pun memang hanya setinggi atas lutut kini semakin tertarik ke atas, menyajikan sepenuhnya kedua betis langsing dan sebagian besar paha putih mulus Vonny. Reza yang telah terbiasa dengan pemandangan menggairahkan itu tak luput menelan liurnya, apalagi ketika Vonny seolah malu berusaha menarik dasternya ke bawah sambil menggigit bibir bawahnya. Biasanya Reza langsung menerkam nyonya istri tuannya itu namun kali ini ia berusaha menahan diri dengan menempatkan diri duduk di belakang Vonny. Tubuh nyonya majikan yang sudah sering dinikmatinya kini agak rebah bersandar tubuhnya dan dengan lembut disingkapnya rambut di belakang leher Vonny lalu kuduk yang putih itu diciumi. Kedua tangan Reza menyelinap dibawah ketiak Vonny kemudian di remasnya kedua bukit kembar yang begitu sekal padat namun sekaligus kenyal menyebabkan pekikan geli keluar dari belahan bibir Vonny. Apalagi ketika jari-jari Reza menemukan puncak buah dadanya dan mulai memijit serta memilin terkadang mencubit putingnya yang semakin mengeras di bawah kain daster yang tipis. Vonny merinding kegelian ketika ciuman Reza menjalar dari belakang leher ke arah telinganya , menghembuskan nafas panasnya disitu lalu menjulurkan lidahnya keliang telinga Vonny.
"Aaaaah, aaaiiih, geliiiiiii aaaah, nakal amaaaat sih, oooohh bang, geliiiiii dooong, sssssh oooh bang", desah Vonny berusaha membalikkan tubuhnya untuk membalas permainan Reza namun ditahan oleh pelukan lengan yang kuat, akibatnya Vonny semakin gelisah menghentak-hentakkan kakinya sehingga pahanya makin terpampang ke arah selangkangannya karena dasternya acak-acakan tersingkap ke atas.
"Kenapa sayang, geli enak ya, nikmat dicubitin puting susunya ya, mau digigit itunya ya, ayoh bilang dulu sama abang mau diapain, mau digunyeng apa engga ?", Reza semakin menggoda mangsanya.
"Engga, engga mau diapa-apain, lepasin ah, udahan mainnya, ntar kedengeran ama kuli bangunan ah", Vonny berusaha menggeliat sambil pura-pura bertahan namun birahinya semakin meningkat. Biasanya Reza tak begitu lama dengan fore-play namun kali ini justru Vonny yang dibuatnya makin 'blingsatan'. Sambil tetap menciumi leher dan telinga nyonya majikannya tangan Reza kini mulai menjalar di bawah daster tipis, dijelajahinya perut Vonny yang datar, jari-jarinya turun dan menemukan bulu halus di tepi celana dalam string yang begitu kecilnya. Dengan nakal dijepit dan ditarik-tariknya bulu sangat halus itu dengan telunjuk dan jari tengahnya sehingga Vonny semakin gelisah menggelinjang tak karuan.
"Aaaiiiih, ngapain sih bang, cepetan dong kalo mau maen, ntar tuh kuli karport pada dateng, malahan suami saya juga keburu balik, auuuw geli aaaah, nakal amat sih maennya", Vonny terbakar rasa birahi karena Reza tak juga memasuki taraf berikut untuk memuasi nafsu syahwatnya yang telah meninggi.
"Hmmmmhh, kerangsang benget ya nyonya amoy bahenol, uuwaaahh celana dalemnya kecil amat 'bu, udah demek basah begini, sini saya bantuin lepasin, iyaaaa begitu copot dah, mana wangi lagi", ujar Reza sambil mencium celana string yang telah dilorotnya kebawah melewati kedua kaki Vonny.
"Udah engga sabaran ya 'bu, biasanya engga cepat basah kaya gini, ini didesa saya namanya meluya-luya, kenapa sih 'bu - semalem belum dapet jatah dari suami ngkali, ngaku deh 'bu ngga usah malu, kan udah biasa ngéwé sama saya", Reza semakin menggoda dan merangsang nyonya majikannya.
"Nnnnnggghhh, sssssshhhh, aaaaaahhh, oooooohh, ssshhhhhh", itu sajalah yang keluar dari celah bibir Vonny.
Rasa malunya masih berhasil menahannya untuk tak mengakui bahwa ia amat mengharapkan nafkah badaniah dari Ridwan semalam, namun tak diperolehnya sehingga terpaksa hanya masturbasi. Desah dan lenguh nafasnya semakin memburu, kedua mata Vonny setengah tertutup, wajahnya menengadah ke atas, lubang hidungnya kembang kempis menahan emosi kegairahan, bibirnya terbuka mengkilat karena sering digigit-gigitnya dan dibasahi oleh lidahnya. Penuh rasa tak sabar Vonny merangkuh kepala Reza dan mulutnya langsung diciumi oleh si office-boy, kumis baplangnya terasa menggelitik bibir seolah memberikan tanda agar Vonny pasrah menerima juluran lidah Reza yang kasar dan kasap itu.
"Cuuppp, cuucppp, aaaahh, hhhmmmhhh, geregetan banget sih 'bu, udah ngebet ngga tahan lagi mau di roncé ya, iyah sini saya bantuin garukin, ininya yang gatel ya 'bu ?", Reza mengusap-usap bukit kemaluan Vonny, ujung telunjuknya mengitik mencoél-coél lipatan bibir vagina mencari sang kelentit.
Wajah Vonny semakin merah padam mendengar celoteh Reza dan sambil mendesah dan melenguh tak teratur ia melepaskan kancing kemeja Reza, kemudian ditariknya kaos dalam dengan gerakan tak sabar, sebelum jari jemari lentiknya menarik ikat pinggang dan menurunkan ritsluiting lalu ditariknya celana dalam boxer berwarna hitam sang kekasih pengganti suaminya yang rajin memberikan "jatah". Langsung si "ujang" milik Reza muncul keluar dalam keadaan setengah tegang, dan Reza dengan sengaja melekatkan tubuh bagian bawahnya ke selangkangan wanita muda di bawah tindihannya. Vonny yang sudah mabuk birahi langsung merengkuh batang pentungan yang telah beberapa kali memasuki vaginanya, dicobanya untuk menarik batang itu membelah celah kewanitaannya, namun belum juga berhasil masuk karena Reza dengan sekuat tenaga mempertahankan taktiknya.
Pada saat bersamaan Reza juga semakin jauh mengembara dengan jari tengah dan telunjuknya di bukit Venus berbulu halus, dicarinya klitoris yang tersembunyi di antara lipatan bibir kemaluan berwarna agak kemerahan, setelah ketemu segera diusap dan dipilin-pilin menyebabkan Vonny menjerit kecil.
"Uuuummmhhh, ssssshhh, aaaaeeeemmmmhhh, geliiiii, aaaaaiiiih, abang nakaaaal, abaaag oooohhh", Vonny menggeliat meronta menggelepar karena merasakan kelentitnya bagai kena aliran listrik tinggi.
Rasa malu Vonny telah hilang punah , jari-jarinya turun naik dibatang kemaluan Reza, mengocok dan menggenggam sekuatnya, terkadang kepala jamur yang coklat hitam itu dijepit di antara pahanya.
"He he he, mau dicoblos ya nyonya manis, he he he ayoh minta dulu, bilang dulu abang sayang, saya minta dipuasin, minta dijarah, minta dironcé ama abang, ayoh minta dulu", sengaja Reza memasang harga karena ini termasuk siasat untuk mempersiapkan Vonny di-kerjai mereka bertiga.
"Syarat" berikutnya yang harus dipenuhi oleh Vonny agar Reza bertindak lebih jauh memuaskan kebutuhan birahinya adalah sesuatu yang sampai saat ini belum pernah dilakukan Vonny. Meskipun Reza setiap kali telah meng-oral Vonny dan membawanya ke surga dunia, namun sebaliknya Vonny belum pernah "membalas" rangsangan sama. Reza yakin bahwa inilah saatnya untuk mengajak Vonny mengatasi rasa malunya untuk menyepong penis lelaki asing, karena Reza yakin bahwa wanita manis keturunan yang pada saat ini dalam kekuasaannya pasti telah sering meng-oral suaminya, Ridwan.
"Abang juga mau nerusin ngejos, tapi si otong minta dimanja dulu nih ama nyonya seperti abang juga kan udah sering ngejilat mémék nyonya, kan nyonya pasti udah sering kan nyepong suami, jadi adil dong saling gantian", ujar Reza menyeringai sambil menyodorkan penisnya di hadapan wajah Vonny.
"Iya lah 'bu , pake malu-malu segala , ntar pasti biasa , nih 'bu coba lihat kan laen bentuknya dengan yang biasa ibu lihat", desak Reza kepada nyonya majikannya karena Vonny masih berusaha meléngos.
"Pasti akan puas bu, ini pisang ambon rasanya laen 'bu, gede mateng tapi bukan disekep, ibu sendiri kan udah bécék gitu", Reza makin berani dan menémpélkan kepala penisnya dipipi Vonny, sambil perlahan-lahan dipegangnya kepala Vonny agar menoléh ke arah alat kejantanannya yang hitam itu.
Namun rupanya Vonny masih merasakan risih untuk menyepong penis lelaki bukan suaminya sendiri, sehingga ia tetap menolak dan hanya mendesah-desah karena terus menerus dirangsang oleh jari-jari tangan Reza. Oleh karena itu Reza memutuskan untuk mengajak nyonya majikannya itu bermain oral dalam posisi '69'. Masakan sih kalau dirangsang, dijilati dan digigiti kelentitnya habis-habisan wanita muda dengan nafsu sudah ke-ubun-ubun tak akan mencaplok kemaluan lelaki di depan matanya meski penis itu bukan milik suami sendiri , demikianlah perhitungan Reza yang semakin menggoda Vonny. Dengan sigap Reza merebahkan tubuh Vonny di sofa yang lebar itu dengan punggung Vonny diarahkan ke pintu, karena diduga bahwa setiap saat Fuad dan Rizak akan masuk arena pertarungan. Dengan punggungnya membelakangi pintu maka Vonny yang sedang dirangsang dan mabuk birahi kemungkinan besar tak sadar bahwa dua lelaki pejantan segera masuk dan akan ikut menggagahinya. Setelah merebahkan tubuh Vonny yang ramping tapi montok itu dalam posisi menyamping kemudian Reza pun rebah menyamping dengan wajahnya mendekati selangkangan nyonya majikannya, sedangkan kemaluannya yang mengacung agak bengkok itu kini berhadapan dengan wajah Vonny.
Tanpa menunggu komentar atau bahkan protes dari mangsanya, mulailah Reza mengendus-endus dan menciumi bukit Venus di hadapannya. Jari-jarinya melebarkan bibir kemaluan Vonny yang telah basah memerah dan lidahnya menyusup kecelah liang surgawi untuk menjilat-jilat. Bagaikan seniman penuh keahlian dan kesabaran lidah kasar Reza semakin mencelup ke dalam tengah dinding vagina dan kembali menjalar ke sana sini, menyentuh liang kencing Vonny yang sangat mungil, mencari G-spot dan menyeruak di antara lipatan atas bibir kelamin untuk menemukan sebutir daging kesayangannya.
"Hhhhmmmmh, ccuuupppp, slrrrruuup, wuiiiiih bécéknya nih mémék ama madu asli, haruum manis kaya yang punya, sssshhh sluuurrp, cupppp , mana dia tuh itil nyonya, eeiiit eiiitt, naaah nongol ya, mau diisep-isep ntar digigit-gigit ya 'bu ?", lidah Reza menyerbu kelentit kesayangannya sementara kumis baplangnya kini menggelitik dinding vagina Vonny menyebabkannya semakin terangsang.
Daya pertahanannya terakhir telah runtuh, tangannya masih menggenggam dan mengocok turun naik penis sang office-boy, sementara kepala rudal berbentuk jamur itu makin membesar melekat di pipinya. Hangatnya serta kegatalan yang terus menerus menguasai di dalam celah kewanitaan Vonny akhirnya mengalahkan perasaan malunya. Dengan hanya sedikit menoléhkan kepalanya Vonny telah menyentuh ujung rudal berbentuk topi baja milik si office-boy, kemudian batang dihiasi pembuluh darah yang melingkar itu dicekal dan mulai dikocok dengan menggerakkan tangannya turun naik semakin cepat. Setelah kemaluan Reza dirasakannya semakin menegang dan mengeras maka Vonny kini menjulurkan lidahnya dan mulai menyentuh belahan saluran kencing di tengah kepala penis di genggamannya itu.
"Oooooohh, iyaaaah 'bu enaaaak, niiiih saya baleeeeees ngegaruk di mémék ibu, ooooh teruuuuus 'bu, masukin ke mulut dong, oooohhhhh pinteeernya nyonyaaaa", Reza merem melék dijilat pertama kali.
Semula masih terlihat ragu namun akhirnya Vonny berusaha membuka mulutnya dan menjepit penis Reza di antara bibirnya, dibasahi dengan ludahnya lalu perlahan lahan dimasukkan ke dalam mulutnya. Sementara itu paha putih dan mulus Vonny menjepit sekuat-kuatnya menahan kenakalan jari-jari Reza yang memijit dan menekan serta mencubit kelentitnya. Air mani kewanitaannya semakin membasahi dinding vaginanya yang terasa semakin licin dan gatal mengharapkan alat kemaluan segera menikam.
Namun Reza tak kenal menyerah dalam menjalankan tugasnya sebagai "perintis jalan" : jari telunjuk dan tengahnya kini menerobos masuk ke dalam vagina nyonya majikannya, sementara ibu jarinya kini menggantikan tugas mengusap-usap dan sekali-kali menyentil daging kecil diantara lipatan bibir bawah Vonny. Jari-jari tangan tangan Reza yang lain tetap menggenggam dan meremas-remas buah dada Vonny, menjepit kedua puting kiri kanan bergantian yang telah mengeras bagai kerikil. Lidah kasapnya tak henti-hentinya menyapu kelentit yang semakin menonjol keluar, semakin sensitif peka dan Reza mengetahui hal ini. Bergantian dengan lidahnya kini giginya ikut menjepit klitoris Vonny, digigit-gigit dengan mesra, digésér-gésérnya deretan gigi atas dan bawah kekiri kekanan sementara klitoris itu tetap dijepit diantara kedua barisan gigi itu, hal ini belum pernah dialami Vonny. Akibatnya Vonny merasakan rangsangan yang sama seperti kelentitnya itu dijepit dua jari kasar kemudian digéwel dan dipilin-pilin, ngilu sakit-sakit, tapi sekaligus nikmat tak dapat diuraikan ribuan kata, Vonny hanya dapat menjepit kepala Reza diantara kedua paha putih mulusnya, sementara jutaan bintang kecil bagai kunang-kunang beberapa menit kemudian meledak depan matanya.
"Oooooouuummmppph, ssshhhhhh, teruuuuuuss baaaaang, geliiiiiiii amaaaaaat, saya ngga tahaaaan maauuuuuu ppiiiiiiipiiiisss, aaaaahhhh", tubuh Vonny menghentak hentak sambil mulutnya semakin cepat menyepong mengulum menjilat naik turun penis Reza bagaikan anak kecil asyik makan es krim.
Reza dan Vonny yang telah dilanda badai nafsu itu sama sekali tak mendengar bunyi pintu terbuka. Disertai dengan jeritan hysteris tubuh Vonny kaku mengejang mengalami orgasmusnya yang pertama dan ini menyebabkan Reza menyeringai penuh kepuasan karena usahanya berhasil. Dengan kedua mata terpejam dan nafas tersengal-sengal Vonny tak menyadari munculnya dua sosok lelaki di pintu...
Orgasmus Vonny kali ini berlangsung lebih lama dari biasanya karena Reza tanpa ampun melanjutkan rangsangan lidah dan giginya. Semuanya memang telah diatur dan direncanakan: selama tiga menit Vonny dikuras tenaganya - dan waktu itu lebih dari cukup bagi Fuad serta Rizak melepaskan pakaian serta sepatu mereka dan kini telah berdiri dengan bertolak pinggang sekitar dua meter dari sofa ...
To be continued...
elzhakhar@hotmail.com
SPG [Si Pemangsa Gadis]
Sabtu, 28 Februari 2015
Karya Pengarang Lain
0 Response to Vonny dan Office Boy yang Beruntung 2
Posting Komentar