“Triannnn ! Gue mohon, berhenti pukulin Rangga. GUE YANG SALAH, GUEE!” Teriak Cinta sambil menangis histeris.
Teriakan Cinta membuatku tersadar, dan berhenti memukuli Rangga yang kini wajahnya babak belur, lebam disana-sini. Aku kembali duduk di kursi, meskipun Rangga sudah aku pukul sampai bonyok, dia masih menatapku tajam lalu meludahkan darah yang ada di dalam mulutnya.
“Kalau loe jantan, lepasin borgol gue..” Kata Rangga kepadaku.
“Huahahahha..Masih sok jago loe rupanya. Daripada kita berkelahi, lebih baik kita berempat memainkan sebuah permainan yang menarik.” Aku lalu beranjak dari kursi dan menuju ke dapur. Aku mengambil ransel yang berada di atas meja lalu membawanya ke ruang tamu.
“Mari kita mulai permainannya. Rangga, gue tahu loe orangnya keras, tahan pukul, bahkan loe sendiri ga sayang sama nyawa loe sendiri. Tetapi bagaimana ketika perempuan yang loe sayang, nyawanya terancam !” Aku lalu mengeluarkan pistol Glock 17 dan menodongkannya di samping kepala Cinta.
“BAJINGAN ! “ Rangga berusaha meronta tapi dia tentu sia-sia.
“Tenang Rangga, tenang. Gue akan menurunkan pistol dari kepala Cinta kalau elo, kalau elo bisa orgasme dalam waktu 15 menit. Tenang, akan ada orang yang membantumu sampai bisa ejakulasi. Karmen akan membantumu. Jadi gue mau kalian berdua bercinta sekarang, di depan gue dan Cinta. Kalau dalam waktu 15 menit loe gak bisa ngecrot, gue akan tembak kepala Cinta tepat di depan mata kalian. Lalu kalian berdua selanjutnya yang akan gue bunuh. Kalau loe bisa ngecrot sebelum waktu habis, gue akan membebaskan Cinta. Gampang kan?”
“JANGAN RANGGA, JANGAN ! TRIAN CUMA MENGGERTAK SAJA !” Teriak Cinta.
Aku tidak terima ketika Cinta bilang bahwa aku cuma menggertak saja.
DOR ! PRANKKK !
Guci yang berada tidak jauh dari Rangga, pecah berkeping-keping saat aku menembak guci tersebut. Aku melihat reaksi mereka bertiga. Kini mereka tahu bahwa aku sedang tidak bercanda. Aku lalu berdiri, mengeluarkan kunci borgol dari celanaku. Aku kemudian membuka keempat borgol yang membelenggu Karmen. Setelah Karmen terbebas, aku menodongnya agar dia tidak bertindak bodoh.
Aku kembali duduk di samping Cinta, sambil menggenggam pistol. Aku meminta Karmen untuk memutar kursi Rangga ke arahnya. Setelah Rangga kini duduk menghadap Karmen, aku lalu meminta Karmen untuk membantu Rangga meraih orgasme dalam waktu 15 menit. Ketika Rangga nanti mau crot, aku bilang kepada Karmen sperma Rangga harus dikeluarkan di wajahnya atau dengan kata lain, cum in face. Kalau sampai Rangga tidak crot seperti yang aku minta, aku anggap mereka gagal dan nyawa Cinta akan melayang.
“Permainan dimulai….SEKARANG.” Aku menyalakan stopwatch di iPhoneku lalu aku letakkan di atas meja.
“Cinta, nikmati saja live show seks antara pacarmu dengan sahabatmu sendiri.” Bisikku kepada Cinta. Aku dan Cinta kini bisa melihat mereka berdua dari samping.
Kulihat Karmen membisikkan sesuatu di telinga Rangga. Nampaknya dia berusaha membujuk Rangga agar dia menuruti perkataanku. Dan akhirnya sikap Rangga yang semula menolak saat Karmen mendekatinya mulai luluh. Bahkan dia mengangkat pantatnya saat Karmen melolosi celana panjang dan celana dalamnya sampai berada di atas mata kaki, sesaat Karmen menatap Cinta.
“Cinta…maafin gue..”
Selesai berkata, Karmen meraih kontol Rangga yang masih lemas. Karmen mengurut-urut batang kontol kekasih sahabatnya. Sembari mengurut batang kontolnya yang perlahan bangun, Karmen mengelusi kedua zakar Rangga dan memainkannya.
“Uhh..hmm.” Aku mendengar Rangga mendesah juga.
“10 menit lagi.” Kataku kepada mereka berdua.
Karmen lalu mengubah gaya urutannya di kontol Rangga, dari semula mengurut dia mengocoknya kencang-kencang. Dari 1 tangan, kini Karmen menggunakan 2 tangannya mengocok batang kontol Rangga yang sudah tegang maksimal.
“Bangke ! kontol Rangga gede juga, punya gue kalah gede.” Umpatku dalam hati melihat ukuran kontol Rangga membesar maksimal diperlakukan sedemikian rupa oleh Karmen.
Karmen aku amati nafasnya juga mulai naik turun, nampaknya Karmen jadi terangsang melihat batang kontol dan kepalanya yang jumbo kemerahan. Karmen lalu meludahi kepala kontol Rangga, membuatnya semakin licin dan mengkilat.
Clep..clep…clep…clep…
Kocokan kedua tangan Karmen di batang kontol Rangga menimbulkan suara.
“Karmen…hisap saja kontol Rangga, gue tahu loe jadi sange…si bangsat itu tidak cukup terangsang kalau loe cuma pakai tangan.” Ejekku.
Pertama, Karmen tidak mengacuhkan perkataanku tetapi akhirnya dia tidak tahan ingin merasakan kontol Rangga yang keras dan memiliki ukuran di atas rata-rata orang Indonesia itu berada di dalam mulutnya.
Karmen mengocok-ngocok dengan gencar hingga Rangga mulai kelabakan, sesekali dipijitnya kepala kontol yang besar. Karmen menyerah kalah oleh dorongan nafsu.
“Sruuuphh..!”sedot Karmen sekuat tenaga.
“Ooookkh…!”lenguh Rangga nikmat.
Karmen memegang pangkal batang kontol Rangga lalu, menurunkan mulutnya sejauh ia bisa. Gila, Karmen mencoba men-deepthrot Rangga. Mulut Karmen hanya mampu menelan setengah dari batang Rangga. Karmen mengulanginya beberapa kali lagi. Karmen sudah kehilangan kontrol sepenuhnya, dia sudah tidak peduli, dia mengoral kontol Rangga tepat di depan Cinta. Kulihat Cinta menunduk, dia tidak mau melihat adegan panas di depannya.
“Karmen, tampaknya Rangga tidak cukup kalau hanya loe isap kontolnya. Waktu tinggal 6 menit lagi. Kamu harus segera melakukan sesuatu…Sesuatu yang meruntuhkan pertahanan Rangga…Entot Rangga sekarang men, entot Ranggaa !” Kataku kepada Karmen, berusaha mempengaruhi pikirannya dan tampaknya berhasil. Kulihat Karmen segera melepas celana panjangnya dan dia tidak mengenakan celana dalam. Kulihat ke arah memek Karmen, yang sudah mengkilat. Hahaha Karmen sudah terangsang berat!
Karmen lalu membelakangi Rangga, mendekatkan tubuhnya ke Rangga yang terborgol di kursi. Rangga tampaknya juga sudah pasrah dengan apa yang diperbuat oleh Karmen, nafasnya sudah naik turun, dia juga sudah menuntut pelepasan. Karmen memegang batang kontol Rangga, mencoba mengepaskan ujung kontol dengan lubang memeknya. Setelah dirasa pas, Karmen langsung menurunkan pinggulnya. Baik Rangga dan Karmen berteriak bersamaan. Kulihat dari samping, rupanya memek Karmen sanggup menelan semua kontol Rangga. Tanpa membuang waktu, Karmen menggenjot naik turun pantatnya dengan cepat, sebentar dangkal…sebentar dalam. Tumbukan pantat Karmen dengan selakangan Rangga menimbulkan suara layaknya 2 kulit yang saling beradu.
“Aaarhh …Aaarrhh..Ouhh..Aaarhh..Aaahhh…”desah Rangga.
Karmen juga mendesah keras. Suara keduanya bersahutan dengan suara bagian bawah tubuh mereka yang beradu. Aku yang melihat pemandangan tersebut tak ayal juga ikut terangsang. Kulihat Cinta masih saja menunduk, kupegang dagunya lalu kuangkat. Aku menyuruhnya untuk melihat adegan terpanas sedang terjadi antara Rangga dengan Karmen.
“Lihat mereka Cinta…LIHAT !”
Cinta akhirnya sambil menangis melihat persetubuhan mereka berdua.
“Nggaa…Aaargh…Ranggaaa Aaagghh…AAaaaarrgghh…!” Racau Karmen.
“2 MENIT LAGI !” Kataku kepada mereka berdua.
Baik Rangga maupun Karmen terlihat panik, Karmen semakin gencar menggerakkan badannya bahkan Rangga juga turut aktif menggerakkan pinggulnya menyambut pantat Karmen.
“Hhiiihh…Hhiiiihh…HhaaAahh…Iyaaaaahh…Lebih cepat nggaaa !” erang Karmen.
“Aaargh….Karmenn…cepatt turunn darii tubuh guee…guee mau keluar !”
Karmen segera turun dari tubuh Rangga lalu mengocoknya cepat dan tak butuh lama,
CRROOOTTTS ! Croooootttt…! Crooottt crott !
sperma Rangga menyembur dengan derasnya ke wajah Karmen yang berlutut di depan selakangan Rangga.
“Hahaha bagus sekali, tepat 5 detik sebelum waktu habis, Karmen berhasil membuat kekasihmu kelojotan di atas kursi. Cinta, tuh liat spermanya Rangga banyak banget di atas wajah Karmen. Karmen, terimakasih atas bantuanmu yang luar biasa hari ini.”
Aku lalu mengarahkan pistol Glock 17 kearah Karmen, yang masih bersimpuh di lantai dengan wajah belepotan sperma dari Rangga. Karmen menatapku dengan ekspresi yang susah kuterka.
DOR ! DORR !
“AAAAAAAAAKKKKHHHHHHH…KARRRMEEEEENNNNNNNN !” Teriak Cinta ketika secara tiba-tiba aku menembakkan 2 peluru sekaligus yang mengenai kepalanya dan tembus. Karmen tumbang ke kiri dalam keadaan setengah telanjang dan darah mulai menggenangi wajahnya yang bercampur dengan sperma. Rangga juga terlihat sangat shock melihat Karmen aku eksekusi tepat di hadapannya. Percikan darah saat 2 peluru tajam menembus kepala Karmen, mengenai kemeja putih yang dipakai Rangga, bahkan di pipi kanannya juga ada sedikit percikan darah.
“Bagus Trian..”
Aku kembali mendengar suara misterius itu lagi, kupegang kepalaku, bahkan ujung Glock 17 aku pukul-pukulkan di samping kepalaku, karena suara tersebut membuat kepalaku sakit sekali. Setelah suara misterius tersebut hilang, aku lalu menggeser kursi Cinta sehingga menyamping, aku juga mengubah posisi dudukku membuat aku dan Cinta kini saling berhadapan. Aku belum pernah melihat Cinta menangis ketakutan seperti ini saat aku memandangnya.
Jika dulu Cinta selalu menatapku dengan tatapan hangat, kini tatapannya kepadaku penuh dengan rasa takut, marah bahkan terlihat jijik. Apakah aku yang kini memang sudah demikian menyedihkan ?
“Cinta..Apakah kamu tahu ini hari dan tanggal berapa?” Tanyaku.
Cinta terdiam tidak menjawab pertanyaanku. Pistol kupindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri, lalu kuarahkan kepada Rangga.
“Kalau kamu diam saja, kekasihmu akan bernasib sama seperti Karmen. Bahkan jauh lebih parah.”
Cinta perlahan mulai membuka mulutnya dan bersuara.
“Ii…ni…ini..har..ii.sa..sab..tu..ini hari sabtu.” Jawab Cinta terbata-bata
“Tanggal?”
“Ta..ta…nggal…tanggal 9…tanggal 9 Oktober.”
“Iya benar hari ini, hari sabtu tanggal 9 Oktober.”
“Apakah hari dan tanggal tersebut memiliki makna tertentu untukmu? ”
Cinta terdiam. Kemudian dia menggeleng perlahan tanpa memandangku.
Aku merasa kecewa, sangat kecewa sekali karena Cinta begitu mudahnya melupakan tanggal 9 Oktober 2016. Padahal tanggal tersebut adalah hari pernikahan yang telah kita sepakati bersama.
“Cinta, tanggal 9 Oktober 2016 adalah hari pernikahan kita sayang..Dan villa ini, villa ini sebenarnya adalah hadiah dari orangtuaku atas pernikahan kita. Mereka berharap villa ini bisa menjadi tempat kita dan anak-anak kita nanti berlibur di Puncak mencari hawa segar. Di halaman belakang, ada taman kecil yang cukup lapang, tempat bermain bagi 2 anak kita. Ya, 2 anak. Dulu kita pernah berkhayal bahwa jika kita telah menikah nanti, kita sepakat ingin memiliki 2 anak. Untuk anak pertama kita berharap dia laki-laki yang akan kita beri nama Chairil, sama seperti penulis sastra favoritmu. Dan yang bungsu, kita ingin dia berkelamin perempuan. Yang akan kita beri nama Alanis. Mengambil nama dari penyanyi perempuan kesukaan kita berdua. Tetapi Chairil dan Alanis tidak akan pernah terlahir di dunia ini. Karena laki-laki itu datang ke kehidupan kita ! Dia merebut kamu dariku ! Merusak mimpiku ! Satu-satunya perempuan yang amat sangat aku cintai.!” Emosi yang aku tahan-tahan selama 2 bulan terakhir, akhirnya jebol. Aku menangis tersedu-sedu di depan Cinta, aku merasakan air mata yang meleleh begitu banyak dan seakan tidak ada habisnya.
“Maaf…Trian…maafin aku…” Kata Cinta, dia ikut menangis bersamaku. Entah menangis karena melihatku menangis seperti anak kecil atau menangis karena ketakutan aku akan bertindak nekat.
Hampir 10 menit aku menangis, meratapi nasibku. Setelah airmataku nampaknya sudah habis. Aku kemudian bangkit dari kursi lalu menghampiri Rangga. Cinta terlihat panik saat aku mendekati Rangga.
Aku tarik kursi Rangga sehingga dia kini menghadap ke arahku dan juga ke arah Cinta.
“Kenapa…kenapa elo kembali lagi ke Indonesia, huh? Kenapa elo tega mengambil Cinta dari sisii gue, kenapa? Bukankah sudah 9 tahun elo ngebuang Cinta begitu saja.? Tapi kenapa elo tiba-tiba datang lagi?! Gue, gue yang menemani saat-saat terberat dalam hidup Cinta ! Saat Alya meninggal kecelakaan, gue yang menemani Cinta, elo ada dimana?! Lalu ketika Cinta bilang bahwa ia akan segera menikah, kenapa kamu nekat menyusulnya di Jakarta, bahkan sampai berani datang ke galeri.? Pada saat itupun, loe diam lalu pergi gitu aja saat papasan sama gue di pintu, gue CALON SUAMI CINTA !”
“Karena Cinta gak pernah mencintai elo sebagaimana dia mencintai gue.” Celetuk Rangga tiba-tiba.
“RANGGA..STOPP..RANGGA ! JANGAN MEMPERPARAH KEADAAN!” Teriak Cinta kepada Rangga.
Aku yang masih memegang pistol, menggenggamnya erat-erat, rasanya ingin aku bunuh Rangga sekarang juga.
“Tenang Trian, tenang. Masih ada 1 permainan lagi.”
Bisikan gaib itu seolah menyadarkanku. Aku mengatur nafas, kutarik nafas lalu kuhembuskan perlahan-lahan. Setelah kuulangi beberapa kali, emosiku mereda.
“Hehehe. Rangga…Rangga…” Kutepuk-tepuk pipinya yang mulai bengkak. Aku lalu kembali duduk di kursi berhadapan dengan Cinta.
“Rangga…Cinta…Kita akan memainkan 1 permainan lagi dan kali ini, Cinta yang akan bermain. Cinta, loe gue kasih 2 pilihan. Loe pilih virgin loe atau nyawa pacar loe yang sombong ini?”
Aku melihat ekspresi heran di wajah Rangga terutama Cinta.
“Jadi gini, biar gue perjelas lagi. Cinta loe pilih serahin keperawanan loe ke gue dan nyawa Rangga selamat. Atau kalau loe gak mau ngasih keperawanan loe, Rangga gue habisin.”
Cinta langsung menangis lagi saat aku selesai menjelaskan hal tersebut.
“SETAN LOE ANJINGG!” Rangga meronta-ronta dari kursi, padahal itu percuma. Semakin dia berontak, keempat borgol yang membelenggu tangan dan kakinya justru akan menjepit semakin kencang. Dan itu akan semakin sakit menggesek kulit tangan dan kakinya.
“Asal loe tahu Rangga, selama 5 tahun gue pacaran sama Cinta, gak pernah sekalipun gue mencoba mengajak Cinta ngentot. Karena gue sangat-sangat menjaga kehormatan Cinta. Meskipun yah, kami cukup sering bercumbu, petting, saling memberikan oral seks. Hohoho, gue jadi sange ngebayangin dulu betapa Cinta suka banget ngemut kontol gue sampai sperma gue crot di mulutnya. Terus kalau gue uda klimaks, Cinta akan merengek-rengek minta dijilatin memeknya sampai dia orgasme. Eh..sebentar…sebentar…Rangga, jangan-jangan elo uda ngentotin dan mengambil perawan Cinta? Secara 9 tahun kalian tidak pernah ketemu terus balikan. Masak loe cuma cium-ciuman doang sama Cinta selama 2 bulan ini.” Aku menatap Rangga lalu Cinta bergantian dengan pandangan menyelidik.
Keduanya terdiam.
“Jadi kalian tidak mau jawab. Oke. Biar gue yang ngecek sendiri.” Aku lalu bersimpuh di depan Cinta, tanganku meraba dari lutut lalu ke paha Cinta. Jari jemariku bergerak menuju kaitan celana jeans yang Cinta kenakan. Setelah kaitan terbuka, aku tarik resleting ke bawah. Dan terlihat dia mengenakan celana dalam berwarna merah muda. Aku menghirup aroma di sekitar kemaluan Cinta.
“Uhmmm…harum banget Cinta..gue kangen banget sama aroma memek loe yang selalu loe cukur rapi bulu-bulunya…hmm..tapi nampaknya ada aroma lain nih…” Aku mengendus-endus celana dalam Cinta.
“Hahaha..Cinta, elo pipis di celana ya? Duh kasian sampe segitunya elo ketakutan ya, ah jadi makin sange gue.” ejekku. Lalu aku memasukkan tangan kananku masuk ke dalam celana dalam Cinta, 3 jari telunjukku menuruni ke celah memek. Kusingkapkan bibir memeknya dan jari tengahku, mengelus pelan-pelan. Cinta bereksi dengan menjepit tanganku dengan pahanya mencegah tanganku masuk lagi mengobel-obel kemaluannya tetapi jari tengahku sudah masuk ke dalam. Masih kering. Gesekan jari tengahku di lubang memek membuat Cinta meronta. Dan….ternyata jari tengahku mentok mengenai semacam selaput, mataku berbinar-binar ini berarti Cinta masih perawan !
“Jangan…Trian…aku mohon jangan…” rengek Cinta kepadaku.
Rangga berteriak-teriak memakiku saat aku melecehkan Cinta di depan matanya.
Kutarik tanganku keluar dari selangkangan Cinta, lalu duduk di kursi lagi, aku tatap mata Cinta.
“Hahahaa..luar biasa ternyata loe masih virgin. This is my lucky day. Cinta, sekarang tentukan pilihan loe. Loe pilih virgin loe atau nyawa Rangga. Kuhitung sampai 5…satu…dua..tiga..emp-,”
“Ambil virgin gue, plis jangan sakitin Rangga.” Kata Cinta.
“Cintaa..Jangan..Dia berbohongg, lebih baik gue mati asal loe tetap hidup !” Teriak Rangga.
“Hahahaa..kamu pintar sekali Cinta..sebelum kita mulai permainan cinta kita, gue ingetin satu hal. Cinta, gue akan melepas 2 borgol di kakimu jadi kedua kakimu bisa bergerak bebas. Tapi kalau elo macam-macam, misalnya loe nendang gue, elo gigit lidah gue atau bahkan loe gigit kontol gue sampe putus, gue masih sempat untuk ngebunuh loe berdua. Jadi layanin gue sebaik mungkin.” Kataku sambil memainkan pistol di tangan kiriku.
“Rangga, lihat, sebentar lagi keperawanan Cinta gue ambil depan mata loe! Kalau loe memalingkan muka saat Cinta ngentot ma gue, gue akan tampar Cinta keras-keras, gue akan siksa dia. Jadi, duduk manis disitu, enjoy the show when I fuck this bitch !” kata penuh semangat.
Kuhampiri Cinta sambil mulai melepas celanaku, sehingga aku setengah telanjang di depan Cinta. Kuurut batang kontolku dengan tangan kiri, tepat di depan muka Cinta.
“Cinta…loe ga kangen sama kontol gue?? Kontol yang biasa loe hisap-hisap.” Kutepuk-tepukkan kontolku di kedua pipi Cinta.
“Ayo …cepet sepong gue..Gue kangen isepan loe...!” Kataku kepada Cinta.
Lalu aku meminta Cinta tidak hanya menjilati kepala kontol tetapi juga menjilati seluruh batang kontolku. Dengan terpaksa Cinta mulai menjilati kontolku yang sudah tegak sempurna mulai dari kepala sampai buah zakarku basah oleh air liurnya. Aku yang sudah tidak tahan lalu memasukkan ujung kontolku ke dalam mulut Cinta.
Cinta nampaknya berusaha membuatku cepat keluar. Dia mengeluarkan semua teknik menyepongnya sampai membuatku kelabakan sendiri mendesah nikmat. Tubuhku mengejang dan menceracau, aku menengadah ke atas menatap dan mengerang keras.
“Ouhhh… Rangga…enak banget sepongan Cinta. Cih rugi banget kalau loe belum pernah ngrasain mulut Cinta. ” Aku mengerang keenakan. Kupegang kepala Cinta lalu kugerakkan keluar masuk.
5 menit kemudian aku merasa mau orgasme. Aku sudah tidak tahan tetapi aku tidak ingin orgasme di mulut Cinta, segera kucabut kontolku dari dalam mulutnya. Aku segera melolosi celana panjang sekaligus celana dalam Cinta. Setelah memek Cinta terpampang lebar depan mataku, kubentangkan kedua kaki Cinta mengangkang di atas kursi, kuposisikan betis Cinta di atas pegangan kursi sehingga kini kaki Cinta membentuk huruf “W”. kujilati memek Cinta, oh betapa aku sangat merindukan aroma khas dari lubang memekmu yang juga bercampur dengan aroma pesing karena saking ketakutannya dia sampai pipis di celana. Lama-lama memek Cinta basah karena jilatanku, aku tak sanggup menahan lebih lama lagi. Setelah memek Cinta sudah cukup basah, kuarahkan kontolku mendekati bibir memek Cinta. Cinta hanya bisa memohon dengan menggelengkan kepala.
“Cinta,terimalah kontol gueeee…argghh …!”
Jreeeess…
“Akhhh…sakittttt….!” Teriak Cinta panjang.
“Ohh…Cinta…ini…memek…ternikmatt..yang…pernah…gue…rasain…..Uuugh !” Kataku terbata-bata merasakan jepitan bibir memek yang masih perawan.
Kudiamkan sejenak, aku ingin menikmati jepitan legit basah nan hangat memek Cinta di batang kontolku, sembari memberikan Cinta kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan kontolku yang setengah bersarang di dalam memeknya. Aku yang sudah semakin sange, langsung menggenjotnya brutal penuh nafsu. Kurasakan kepala kontolku merobek sesuatu, dan itu adalah selaput dara Cinta. Di tengah genjotanku, mengalir perlahan darah segar dari lubang memek Cinta.
“HAHAHA..LIAT INI RANGGA..PERAWAN CINTA GUE YANG AMBIL ! GUE BUKAN ELOO !” Teriakku kepada Rangga yang ternyata dia menangis melihatku memperkosa Cinta dan mengambil keperawanannya dengan brutal.
Sepasang kaki jenjang Cinta yang tadi terbuka lebar hendak merapat, salah satu usahanya untuk menghalangi laju genjotanku di memeknya. Aku langsung merespon dengan mengangkat kedua betis putih Cinta ke bahuku, kupegang pantatnya dan kembali menggenjotnya. Aku semakin terbius karena terasa kontolku semakin melesak masuk ke sela-sela memek Cinta. Sementara Cinta terus-terusan menangis, tetapi justru tangisannya membuatku semakin bersemangat menghajar memeknya.
Akhirnya aku sudah tak tahan lagi, spermaku sudah berjejalan memenuhi sekujur batang kontol. Spermaku memberontak ingin keluar.
CROOOOTTT…crottttt… Croott…Jrooottt…crott !.
“UAHHHHH CINTAAAAAAAAAA…!” Aku berteriak sembari memejamkan mata saat klimaks terhebat itu terjadi.
Semburan demi semburan memenuhi memek Cinta, sperma yang dari tadi mengantri sejak Cinta mengulum kontolku, keluar memenuhi lubang memeknya. Kami sama-sama mengeram setiap kali kontolku menyemprotkan sperma, kami bertatapan, Cinta menatapku dengan pandangan sayu dengan bibir setengah terbuka. Kudekap erat tubuh Cinta saat kontolku sudah tidak lagi menyemprotkan sperma. Kemudian kulepas pelukanku.
“Hahaha..loe lihat itu Rangga..lihat ! itu sperma gue yang meleleh bercampur sama darah perawan Cinta..!” Seruku kepada Rangga, kugeser kursi Cinta sehingga menghadap ke Rangga. Cinta masih dalam keadaan setengah sadar setelah aku menghantarkannya ke orgasme yang membuat tubuhnya melonjak-lonjak, masih mengangkang lebar dan dari lubang memeknya perlahan keluar lendir hasil persetubuhan kami.
Rangga tampak shock dengan apa yang telah disaksikannya, tetapi aku melihat pemandangan aneh. Rangga yang masih setengah telanjang setelah bercinta dengan Karmen, kontolnya menegang !
“Hahahaha, loe ternyata ngaceng liat Cinta ngentot sama gue , wahahahahaha !” Aku tertawa keras sampai-sampai perutku sakit. Rangga..Rangga..Dia terlihat sangat menyedihkan. Kulihat kesadaran Cinta telah pulih, dia menurunkan kakinya dan memalingkan muka. Mukanya terlihat merah, dia pasti malu sekali dengan Rangga.
Setelah tawaku reda, aku menuju ke meja. Kuambil pisau Gill Hibben. Sambil menghunus pisau yang luar biasa tajam ,aku berjalan ke arah Rangga. Aku melihat kilatan ketakutan di mata Rangga. Wajar saya dia ketakutan sekarang, karena tinggal 3 hal lagi sebelum hari yang luar biasa ini berakhir.
Salah satu hal tersebut adalah membunuh Rangga di hadapan Cinta.
“Trian…loe mau apa…Udah cukup…Trian…gue udah serahin virgin gue buat loe…uda cukupp..lepasin..lepasinn kami…hentikan kegilaan ini…hiks…hikssss…” Cinta menangis panik sambil memohon kepadaku.
Aku menengok ke belakang, aku tersenyum kepada Cinta. Aku lalu berdiri di samping Rangga yang entah apa yang dia pikirkan saat ini.
“Rangga, loe sebentar lagi akan mampus di tangan gue. Tetapi jangan berharap, gue akan ngasih loe kematian yang cepat. Rangga, loe ada kata-kata terakhir?” Kutarik rambut Rangga ke belakang dengan tangan kiriku, hingga ia mendongak ke atas.
“TRIAN..LOE ANJINGGG!” cuhh.
Rangga memanggilku anjing lalu meludahi mukaku. Aku menyeringai.
Kuayunkan bilah pisau Gill Hibben yang mengkilat tajam dan memiliki panjang 18 cm, ke bawah tubuh Rangga. Tak lama kemudian, darah menyembur dengan deras dari salah satu tubuh Rangga yang aku tebas.
“ARRRRGGGGGGGHHHHHHHHHHHHH…ARRGGHHHHH!” Rangga berteriak kesakitan panjang, suaranya terlihat menyayat. Kulepas jenggutanku di rambut keriting Rangga, dia lalu melihat ke bawah tubuhnya. Rangga melihat setengah batang ke atas hingga kepala kontolnya tergeletak di lantai, memerah tergenang darah. Sementara batang kontolnya yang tersisa setengah di selakangan, masih mengucurkan darah meskipun tidak sederas tadi. Kontol Rangga yang sebelumnya dalam keadaan mengacung tegang, membuatku tanpa kesulitan menebas setengah kontolnya. Itu adalah hukuman yang kuberikan kepada Rangga karena dia telah mencuri Cinta dariku. Aku sangat menikmati wajah kesakitan Rangga yang wajahnya memucat, nafasnya tidak beraturan, Rangga masih belum kehilangan kesadaran karena dia masih terus mengerang.
Cinta yang melihatnya menangis histeris bahkan nyaris pingsan.
Sebelum Rangga kehilangan kesadaran dan mati kehabisan darah, kembali kuayunkan pisau di tangan kananku mengarah ke leher Rangga dan ..
JLEBBB…
Pisau kuhujamkan ke samping leher kanan Rangga. Aku rasakan ujung pisauku sempat tertahan di tengah tenggorokan tetapi kemudian aku dorong lebih keras lagi sampai akhirnya ujung pisau tembus 5 cm di leher kiri.
Crassss..
Darah mengucur dari leher Rangga yang berlubang.
Kubiarkan sejenak pisau menancap di lehernya, tubuh Rangga merespon dengan mengelepar hebat bahkan kursi yang dia duduki nyaris jatuh, tetapi aku tahan agar kursi tersebut tidak jatuh.
“grokhhhh…grrrooohh…..ggrrrrokk,” Dengan pisau yang tertancap menembus tenggorokannya dari samping, membuat setiap erangan Rangga terdengar aneh, darah mengucur dari sela-sela pisau.
“Lihat Cinta, lihat laki-laki yang sangat loe cintai sekarat di depan mata loe.” Kataku lalu kembali duduk di kursi samping Cinta. Sambil bersedekap, aku mengagumi hasil karyaku. Badan Rangga mulai berhenti bergerak-gerak. 2 luka di bagian vital yang membuatnya bersimbah darah, dan aku yakin pasti sangat sakit mati dengan cara sepert itu. Tetapi aku melihat Rangga masih bernafas meskipun samar.
“Cinta, ini belum usai masih ada 1 hukuman lagi untuk Rangga.”
Aku lalu beranjak dari kursi, kuhampiri Rangga lalu kujambak rambutnya dengan tangan kiri, tangan kananku mencabut pisau yang tertancap di lehernya. Begitu pisau kucabut, darah menyembur sangat deras, bahkan banyak darahnya yang menciprat ke arahku mengenai baju. Tangan kananku juga bersimbah darah, membuat peganganku di pisau agak licin.
“Cinta, ucapkan selamat tinggal kepada Rangga.”
Belum sempat Cinta menjawab, Aku tegakkan kepala Rangga yang sudah terkulai dengan menjambak rambutnya. Kemudian dengan sekuat tenaga, pisau kuhujamkan ke arah mata kiri Rangga.
JLEBB.
Tubuh Rangga tersentak hebat, aku mendengar desisan suara Rangga. Mata kanannya membeliak kaget menampakkan ekspresi kesakitan dan kemarahan, menatap ke arahku. Tatapan yang entah kenapa membuatku merinding..Itu tatapan mata seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut membawa dendam. Pisau hanya setengah tertancap, tertahan sesuatu. Tertahan otak mungkin pikirku. Kulihat bola mata kiri Rangga melesak ke dalam rongga mata. Membuat Rangga seperti menangis darah. Beberapa kali mata kanan Rangga berkedip dengan cepat. Kupegang lagi handle pisau dan kuperkuat jambakan di rambut Rangga. Dengan sekali dorong, bilah pisau sepanjang 18 cm perlahan masuk menembus kepala Rangga melalui rongga mata sebelah kirinya. Hingga akhirnya pisau tersebut tertancap sempurna. 18 cm bilah pisau tajam kini bersarang di dalam kepala Rangga, menembus otaknya, membuat otak Rangga berhenti mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh. Rangga berhenti bergerak dan bersama itu pula nafas Rangga berhenti……untuk selamanya.
“Bagus sekali, Trian..”
Kudengar suara itu lagi, seperti memberikan selamat kepadaku setelah berhasil membunuh Rangga.
Kulihat ke arah Cinta, ternyata dia sudah pingsan.
Kemudian aku pergi ke dapur, untuk meminum segelas air putih dingin yang dengan cepat kuhabiskan. Kulihat gelas yang aku pegang, kemerahan karena tanganku penuh darah. Aku kehausan setelah membunuh 2 orang malam ini, Karmen dan Rangga.
Ini masih belum selesai, tinggal 2 rencana lagi.
Aku mengambil sebilah pisau yang masih mengkilat dari dapur lalu keluar. Sampai di hadapan Cinta, yang masih saja belum siuman, kubelai pipi sebelah kiri Cinta.
“Trian…tunggu apalagi...bunuh dia…bunuh pelacur ini, pelacur yang rela membuangmu demi kembali ke pelukan mantan kekasihnya.”
Akibat dorongan dari suara gaib yang terdengar jelas di pikiranku, aku yang pada awalnya ragu-ragu perlahan emosiku memuncak, teringat betapa mudahnya Cinta mengkhianatiku. Seolah-olah segala pengorbananku untuknya selama 5 tahun terakhir ini tidak berarti apa-apa untuknya.
Aku menarik kursi kosong, kuletakkan persis berhadapan depan Cinta, lalu memeluknya. Pelukanku yang semakin mengencang di tubuhnya, membuat Cinta batuk-batuk lalu siuman.
“Ssaa…kitt…sakitttt…Triannn..akhhhh….RANGGAAAAAAAA!” Cinta berteriak sangat keras di dekat kuping kananku. Tampaknya dia telah melihat Rangga mati bermandikan darah dengan cara mengenaskan denga kondisi kontol terpotong setengah, leher berlubang dan sebilah pisau tertancap di lubang mata kirinya.
“BANGSATT ! BAJINGAN KAMU TRIAN! IBLIS KAMU !” Cinta menggigit daun telinga kananku, tetapi entah kenapa gigitannya tidak terasa sama sekali. Aku seperti mati rasa.
“BUNUH PELACUR INI SEKARANG!”
“Cinta…Yang kamu lakukan ke saya itu…..Jahat.” bisikku pelan di telinga Cinta.
JLEB..
Aku merasakan gigitan Cinta mengendur perlahan.
“Tri…annnn,” Kata Cinta melemah.
Kurasakan tangan kananku yang memegang pisau, terasa hangat dan makin terasa licin oleh darah.
Darah yang berasal dari tubuh Cinta.
Sambil memeluk Cinta, aku kembali menikam perutnya dengan pisau dapur secara bertubi-tubi.
JLEB…JLEB…JLEB…JLEB… JLEB…JLEB…JLEB…JLEB…JLEB…JLEB…JLEB…JLEB… JLEB…JLEB…JLEB…JLEB…
Entah berapa kali aku menghujamkan pisau dapur ke perut Cinta sekuat tenaga, aku berhenti karena aku lemas seperti kehabisan tenaga. Kubuang jauh-jauh pisau dapur ke samping. Tangan kananku sudah sepenuhnya licin dan bau amis karena penuh darah. Kupeluk erat-erat tubuh Cinta, aku merengkuh tubuhnya sedekat mungkin denganku. Perutku seperti basah kuyup oleh darah yang berasal dari perut Cinta. Kepala dan kedua tangan Cinta sudah terkulai lemas ke samping, Aku sudah tidak merasakan lagi hembusan nafasnya di leherku dan juga detak jantungnya tidak bisa lagi kudengar.
Cinta, kekasihku, dia telah pergi untuk selamanya. Mati di tanganku.
Kurasakan airmataku meleleh, aku kembali menangis, sambil memeluk tubuh Cinta yang sudah tidak bernyawa.
“Trian….ini belum selesai, tinggal satu sentuhan terakhir lagi….”
Kulepaskan pelukanku, dan kulihat isi perut Cinta terburai keluar penuh darah, rupanya tusukan-tusukanku merobek perut Cinta. Kuletakkan tubuh Cinta perlahan-lahan bersandar di kursi. Aku lalu berdiri, mengambil pistol Glock 17 di meja sampingku. Lalu aku kembali duduk, kuraih lagi tubuh Cinta, kupandangi wajah ayu Cinta, kuhapus darah yang keluar dari mulutnya. Kulihat wajah Cinta. Ia seperti sedang tertidur lelap, sangat damai. Kukecup bibir Cinta untuk terakhir kalinya, lalu memeluknya lagi.
Kutempelkan moncong pistol Glock 17 yang dingin tepat di lubang telinga kananku, aku lalu menggumam pelan,
“Ada apa dengan Cinta.
Tidak akan ada lagi tanda tanya setelah Cinta.
Karena Cinta tidak bisa lagi dipertanyakan ataupun bertanya.
Semuanya telah berakhir malam ini.
Cinta, aku mencintaimu.”
Tidak akan ada lagi tanda tanya setelah Cinta.
Karena Cinta tidak bisa lagi dipertanyakan ataupun bertanya.
Semuanya telah berakhir malam ini.
Cinta, aku mencintaimu.”
Kutekan pelatuk pistol.
DOR !
-END-
DISCLAIMER :
TS mengutuk segala macam tindak kekerasan terhadap wanita.
TS mengutuk segala macam tindakan yang melanggar hukum seperti penculikan, penyekapan, pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan di dunia nyata.
Cerita ini murni fiksi, hanya buah karya TS dalam menyikapi ketidakadilan yang menimpa Trian di sekuel film AADC 2.
TS mengutuk segala macam tindakan yang melanggar hukum seperti penculikan, penyekapan, pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan di dunia nyata.
Cerita ini murni fiksi, hanya buah karya TS dalam menyikapi ketidakadilan yang menimpa Trian di sekuel film AADC 2.
Sabtu, 25 November 2017
Cerita Dewasa Artis
0 Response to Yang Kamu Lakukan Ke Saya Itu Jahat 3
Posting Komentar