Dari sekian banyak negara yang membutuhkan bahan hasil alam mentah didunia ini terutama di di Asia maka tiga negara yang sangat prominen : China sebagai The New Rising Power , Korea Selatan dengan industrinya yang semakin lama semakin canggih dan sanggup menandingi negara Barat paling modern , dan tentunya Jepang yang sama sekali tak mempunyai bahan mentah apapun di negaranya namun telah menjadi kekuatan ekonomi luar biasa dan dapat bersaingan dengan USA maupun negara-negara industri klassik Eropah seperti Jerman, Perancis dll. Terutama setelah Jepang terkena bencana gempa bumi dan selanjutnya Tsunami dahsyat sehingga reaktor nuklir Fukushima mengalami "melting down" dan terpaksa dihentikan sama sekali aktivitasnya, maka diperlukan sekali bahan bakar alternatif lain. Selain itu dengan semakin pesatnya segala macam sarana komunikasi modern baik dalam bidang elektronika , komputer , smartphones, smart pads serta play stations maka diperlukan pula pelbagai logam mulia dan stengah mulia yang langka. Tak dapat diabaikan pula didalam dunia glitter and glamour serta mode yang aneh aneh diperlukan juga emas berlian yang kebanyakan berada di daerah terpencil belum terjamah. Di pelbagai negara berkembang dimana banyak terdapat sumber alam masih sering terjadi peperangan karena selain memang penduduk asli disitu sudah ribuan tahun selalu gontok²an antara suku satu dengan suku lain hanya karena soal sepele saja. Disamping itu kekuatan negara kapitalis juga ikut memainkan peranan karena menginginkan hasil bumi mereka dan berusaha kerja sama dengan regime yang korup dipelbagai negara itu. Hal yang sama terjadi di daerah Amerika Selatan (Amazona) dibenua Afrika dan tentunya tak dapat dilupakan pengambilan hasil bumi , hutan dan laut misalnya dari negara Indonesia oleh kekuatan asing yang tentunya hanya dapat berhasil karena penguasa setempat dengan mudah dapat disogok dan diberikan uang semir. Yang menjadi korban selalu adalah rakyat jelata yang tak berdaya melihat penjarahan bumi milik mereka oleh penguasa korup bangsa sendiri yang dengan senyum lebar munafik di koran menjual hasil alam kepada bangsa asing. Kisah dibawah ini mempunyai latar belakang yang benar terjadi Papua New Guinea sekaligus dicampur dengan dengan inti dari sebuah film tua dengan lokasinya juga di Pulau New Guinea. Setelah membaca bagian pertama dari kisah ini mungkin sekali masih belum nyata dan terfahami apa sangkut paut para pelaku cerita dan hasil bumi alam Papua New Guinea - di bagian kedua barulah akan jelas hubungan latar belakangnya.
###############################
PAPUA NEW GUINEA
Pesawat terbang Pakistan Airlines yang datang dari Singapore telah mendarat di salah satu lapangan udara di negara Papua New Guinea dan para penumpangnya hampir semua telah turun. Sebelum crew sebagaimana biasanya turun terakhir maka muncullah sepasang wanita dan pria bergandengan tangan : sang wanita terlihat sangat cantik dengan wajah oriental. Sang pria terlihat agak indo cukup ganteng namun sedikit angkuh dan pandangan agak sinis disertai dengan kulit berwarna sawo matang gelap. Keduanya terlihat bergegas menuju douane dan setelah mereka diperbolehkan lewat, maka mereka pun bergegas menuju tempat pengambilan koper. Setelah itu mereka menanyakan kepada petugas yang berdiri disitu dan ditunjukkan kearah koridor dengan tulisan imigrasi untuk urusan diplomasi dan orang asing dengan status yang khusus. Mereka memasuki ruangan kantor yang cukup besar dan dipersilahkan duduk oleh pejabat disitu. Sang pejabat yang berpakaian seragam resmi militer dengan tingkat mayor itu meminta mereka menunjukkan paspor mereka dan lembar demi lembar kedua paspor tamu itu dibuka, diteliti oleh sang pejabat, sambil setiap kali melirik memperhatikan kedua tamu asing itu bergantian, namun terlebih sering lirikannya mengarah ke tamu wanita. Dalam paspor sang pria tercantum nama Aslan Badilla berusia 37 tahun , kelahiran Tasmania , WN Australia , tempat tinggal Kuala Lumpur , pekerjaan insinyur. Ketika sang pejabat yang terlihat dari papan kecil label di dadanya bernama Riga Hutumali itu menanyakan lebih lanjut bagian apa maka dijawab Aslan "pertambangan". Mayor Hutumali membalik balik halaman paspor Aslan dan dilihatnya sebagian besar telah penuh dengan stempel visum pelbagai negara , kebanyakan di benua Afrika , ada beberapa dari Amerika Selatan. Ketika ditanyakan oleh Hutumali apa maksud kedatangan Aslan kenegara Papua New Guinea maka langsung diselah oleh si wanita :
"Pak Aslan akan mendampingi saya mencari suami saya yang sedang ekpedisi mencari sumber minyak didekat danau Kutabu, namun sejak tiga bulan tak ada beritanya lagi , juga dari semua anggauta team ekpedisi".
Sebelum Mayor Hutumali sempat menanyakan lebih lanjut maka Aslan meneruskan informasi :
"Sekaligus saya juga akan menyelidiki didaerah yang sama apakah juga ada hasil bumi alam lainnya".
"Apa misalnya dan atas perintah atau order dari perusahaan apa ?", tanya Hutumali dengan lirikan curiga.
Aslan mengeluarkan selembar kertas dari handbagnya dan ternyata dokumen itu adalah surat izin resmi explorasi yang di keluarkan oleh instansi pemerintah di Port Moresby. Hutumali kini mengalihkan pandangannya ke sang wanita sambil membuka halaman paspor dimana tertera nama: Ashanty Lee, usia 25 tahun , lahir di Singapura , WN Malaysia , domisili di Kuala Lumpur , pekerjaan Marketing Manager. Si petugas Hutumali membandingkan beberapa kali foto di paspor dengan individu wanita di hadapannya itu, di coba di nilainya yang mana lebih cantik apakah foto berwarna dipaspor atau orangnya sendiri. Hutumali tidak mencoba mencari jawaban lebih lanjut karena pasti akan sia sia saja, sebaliknya dimulainya saja pertanyaan yang timbul di benaknya :
"Anda mengatakan ingin mencari suami anda yang hilang tak ada berita - siapakah nama suami anda itu ?"
"Professor Azkenazy", jawab Ashanty , dan dilanjutkannya "Beritanya pasti telah tersebar di media disini".
"Hmmm, ya memang benar , sejak tiga minggu selalu banyak berita dan spekulasi hilangnya seorang Profesor di tengah rimba", ujar Hutumali , "Namun dengan cara apa anda atau kalian ingin mencarinya, sedangkan tenaga ahli dari daerah sini sampai sekarang tak dapat menemukan suami anda itu".
"Kontak yang terakhir saya terima hampir empat minggu lalu , dan suami saya mengatakan lewat tilpon telah menyeberangi sungai yang bermuara ke danau besar sekali , dari tepi mana ia melihat sebuah gunung tinggi dengan puncak aneh seperti bentuk sirip ikan hiu. Dikatakannya lebih lanjut bahwa esok harinya team ekspedisi akan mencoba untuk mendekati kaki gunung karena diduga keras bahwa disitu terletak banyak sumber alam yang mereka cari", lanjut Ashanty, "namun setelah itu tak ada ada lagi berita yang saya terima".
"Berita sama juga telah saya terima sebagai teman kerja dan mengenal Professor Askenazy sejak cukup lama", demikian Aslan melanjutkan, "oleh karena itu saya langsung kontak dengan ibu Ashanty, dan kami memutuskan untuk mencari beliau bersama, dan demikianlah kini berada disini untuk memulai usaha pencarian".
Hutumali terlihat agak berubah wajahnya mendengar kalimat terakhir ini , diubahnya posisi tubuhnya dengan agak gelisah , sambil ditutupnya paspor si wanita.
"Betulkah apa yang anda katakan terakhir itu ?" tanya Hutumali dengan wajah berubah menjadi serius bahkan agak tegang.
"Saya sama sekali tak dusta, silahkan tanyakan Aslan karena ia saat itu juga kebetulan berada diruangan bersama saya. Namun apakah alasannya bapak meragukan keterangan saya ?" , balas Ashanty bertanya agak jengkel.
Hutumali menarik nafas afak penjang sebelum menjawab : "Persoalannya begini, daerah sekitar sungai dan danau yang suami anda sebutkan itu sudah sekian lama tak pernah ditemukan oleh penduduk asli sekalipun. Biasanya selalu tertutup kabut yang sangat padat gelap sehingga sinar matahari hampir tak pernah menembusnya. Apalagi sampai dapat terlihat puncak gunung yang berbentuk sirip ikan hiu - itu oleh penduduk sinipun telah dianggap sebagai legenda saja. Selain itu......".
"Selain itu apa lagi yang bapak ketahui mengenai daerah , danau dan gunung itu ?" kini Aslan yang berganti menanyakan dengan wajah penuh ingin tahu.
"Selain itu menurut kepercayaan penduduk sini , daerah itu memang kaya akan sumber alam namun sangat angker ditakuti , tak pernah ada yang masuk kedaerah itu , apalagi sampai ke gunung yang sangat ditakuti , dan dapat kembali lagi dengan masih hidup - semuanya hilang begitu saja tanpa bekas", lanjut Hutumali. "Ada pula yang mengatakan bahwa daerah kaya raya itu dijaga oleh suku bangsa sangat buas primitif yang masih kanibal".
"Ah, masakan di zaman modern saat ini masih ada suku bangsa kanibal yang makan daging manusia , itu pasti hanya khayalan dan fantasi dalam film Holywood saja", sanggah Ashanty yang disetujui oleh Aslan dengan mengangguk kepalanya.
"Itu terserah kalian mau percaya atau tidak, hanya saja saya khawatir bahwa jika kalian membutuhkan bantuan tenaga penduduk sini maka mungkin hanya sedikit sekali yang akan bersedia membantu, mungkin tak ada sama sekali" , sambung Hutumali sambil menyerahkan kedua paspor yang telah diberikan stempel olehnya.
"Kami telah memperhitungkan persoalan itu sebelumnya - karena saya pernah dua kali tracking kanu didaerah dekat sini, dan karena itu saya mengenal beberapa guide amatir yang saya hubungi sebulan lalu. Memang benar tak banyak yang bersedia membantu , hanya tiga orang saja - namun itu cukuplah untuk membawa dan memanggul barang barang kami yang juga tak terlalu banyak", demikian jawab Aslan.
"Hendaknya kalian ketahui bahwa jika kalian bertekad meneruskan rencana yang sangat berbahaya itu maka silahkanlah , namun semuanya atas tanggung jawab dan risiko sendiri. Kami akan sulit sekali atau bahkan tak dapat menolong lagi jika kalian tersesat dan berada didaerah yang telah saya sebutkan tadi", Hutumali bangun dan mengakhiri percakapan itu, sambil sekali lagi melirik tubuh Ashanty yang langsing sexy semampai.
###############################
Sepuluh hari kemudian
Hari telah memasuki senja ketika lima orang - empat laki laki dan seorang wanita - akhirnya menemukan sebuah tempat yang mereka anggap cocok untuk bermalam. Tempat itu dekat anak sungai dengan air jernih mengalir , agak terlindung batu batu besar serta beberapa pohon beringin yang pasti telah ratusan tahun umurnya. Ke empat laki laki : Aslan serta tiga penduduk asli Papua disitu yaitu Gbagbo berusia sekitar empatpuluh lima, Ntsubo sekitar tigapuluhan dan yang termuda Utuzo baru memasuki usia duapuluh satu. Memang benar apa yang dikatakan Hutumali bahwa sukar sekali untuk menemukan penduduk asli yang bersedia membantu perjalanan mereka sebagai penunjuk jalan serta sebagai kuli pikul barang bawaan mereka. Setelah mengeluarkan uang cukup banyak untuk ukuran di desa pedalaman Papua akhirnya Aslan dan Ashanty menemukan ketiga lelaki yang menurut pengakuan mereka mengetahui arah ke danau dan gunung dimaksud. Mereka telah berjalan menembus hutan rimba sedemikian lebat dan rimbun sehingga hampir setiap jejak harus di buka dan di kuakkan dengan golok parang mereka yang sangat panjang dan tajam disebut machete. Machete adalah parang yang memang dimiliki setiap penduduk disitu , sangat kuat dan tajam sehingga dengan mudah dapat menebas memotong batang cabang kayu, tak perlu ditanyakan lagi machete juga merupakan senjata ampuh untuk berburu dan menebas leher binatang buas. Disamping itu ketiga penduduk asli itu sebagaimana umumnya di daerah situ sangat ahli memanah dengan ujung yang beracun , lalu pisau belati yang mereka bawa juga khusus untuk "survival" di rimba : berbentuk stiletto atau ada yang berbentuk lemmet dengan gerigi tajam dibagian atas. Aslan membawa alat senjata serupa : pisau belati stiletto , machete dan senapan windchester laras dua (dubbel-loops), sedangkan Ashanty membawa stiletto dan pistol kaliber 38. Semua senjata yang mereka bawa itu telah menunjukkan kegunaannya : selama hari hari terakhir ketika mereka semakin memasuki ke lebatan hutan rimba itu mereka telah beberapa kali mengalami serangan dari binatang liar dan buas termasuk yang terakhir babi celeng, beruang dan ular sanca (python) yang cukup panjang. Tak perlu disebutkan seringnya mereka harus membunuh kelabang, kalajengking, lintah darat dan labah labah berbisa. Ke-empat laki laki itu menurunkan berang barang yang dibawa punggung mereka , mereka kemudian dengan sangat cekatan membangun tiga buah tenda : sebuah yang besar cukup untuk ke tiga guide , sebuah untuk Aslan dan sebuah lagi untuk Ashanty. Setelah ketiga tenda itu selesai dipasang , maka mereka mulai menghidupkan api dan mulai menyiapkan hidangan yang akan mereka santap malam itu : daging kelinci hutan disertai dengan ubi liar yang memang tumbuh subur di rimba belantara itu. Ashanty yang di hari hari pertama masih ragu dan agak canggung menikmati makanan seadanya itu , kini telah terbiasa dan dapat memakannya dengan lahap. Setelah makanan itu siap dan matang diolah oleh ke empat pria itu , mereka makan bersama dengan lahap karena semuanya telah sangat lapar. Setelah itu sebelum merebahkan diri, beristirahat dan tidur Ashanty berniat membersihkan tubuhnya yang telah basah dengan keringat setelah berjalan seharian dengan mandi di anak sungai. Dicarinya dan disusurinya anak sungai yang mengalir deras dengan air jernih itu, kemudian dicarinya pula bagian yang cukup terlindung semak semak sehingga dirasakannya cukup aman dan nyaman tak terlihat oleh orang lain. Setelah ditemukannya tempat itu Ashanty mulai melepaskan baju dan celana panjangnya yang berwarna coklat kehijauan khusus dan cocok untuk camouflage di hutan. Setelah itu Ashanty sekali lagi menoleh ke kiri kanan dengan seksama untuk memastikan bahwa tak ada mata lancang yang mengintipnya sebelum ia perlahan lahan membuka bh-nya berukuran 36 C , kemudian melorotkan cd-nya sehingga jatuh ke bawah. Hati hati Ashanty melangkah kearah tepi sungai yang tak terjal, disentuhnya air jernih yang mengalir dengan jari jari kakinya untuk merasakan apakah terlalu dingin. Ternyata air jernih mengalir lumayan deras itu tak terlalu dingin malahan terasa nyaman menyegarkan kepenatan tubuh Ashanty yang telah lelah dipakai seharian menembus rimba belukar. Ashanty merendamkan tubuhnya sehingga menutupi perutnya yang datar dan terhias pusar menggiurkan - kini hanya buah dadanya yang masih terlihat, dan Ashanty mulai menggosok dan menyabuni wajahnya , leher nan jenjang , pundak , ketiak yang mulus tanpa bulu selembarpun dan akhirnya juga kedua payu daranya.
Ashanty memejamkan matanya dan menikmati derasnya aliran air sejuk menyentuh kedua buah dadanya, kedua terutama putingnya yang amat peka mulai terasa membesar menegang dan semakin membengkak. Dibayangkannya iusapan dan belaian mesra suaminya yang telah berminggu² tak dirasakannya. Tentu saja Ashanty menyadari bahwa Aslan telah berulang kali entah tak sengaja maupun secara disengaja berusaha untuk menyentuh gunung kebanggaan kewanitaan yang menghias dadanya itu. Bahkan ketika berjam-jam duduk di pesawat Aslan menyenggol beberapa kali buah dadanya dengan sikunya, dan ketika kembali dari toilet Aslan agaknya pura-pura terpeleset sehingga sempat menyentuh lutut dan pahanya. Semuanya itu tak dipeduli oleh Ashanty yang selalu seolah tak menyadarinya , namun yang lebih merisaukannya adalah pandangan mata ke tiga guide mereka penduduk asli disitu - mereka seolah ingin menelanjanginya dengan mata mereka atau ......
Ashanty agak merinding membayangkan pandangan mata mereka - namun apa yang tak disadarinya pada saat ini adalah ketiga pasang mata itu yang tersembunyi di balik semak lebat mengikuti segala gerak geriknya : mulai dari saat Ashanty masih berpakaian lengkap sampai kini telah bugil bagaikan Hawa ketika berada di Firdaus.
Ashanty yang masih menikmati sejuknya air sungai dan tak menyadari bahwa beberapa pasang mata yang mengintipnya sejak tadi kini semakin bertambah , karena dari sudut semak lain lebih rapat dengan belukar ada dua pasang mata lain yang juga menikmati pemandangan indah itu. Kalau tiga pasang mata pertama yang mengintip berasal dari guide tukang panggul barang yang sepanjang beberapa hari selalu menelan liur karena menyaksikan goyangan pantat gemulai Ashanty dari belakang , maka dua pasang mata lain yang baru ikut nimbrung belakangan itu berasal dari wajah wajah tersembunyi dibalik topeng topeng sangat menakutkan. Kalau ketiga pasang mata dari kuli panggul dan guide sewaan Aslan "hanya" memantulkan hawa nafsu birahi lelaki terhadap wanita cantik, maka dua pasang mata tersembunyi dibalik topeng menyeramkan itu selain mengandung nafsu syahwat juga mengandung naluriah hewani yang lebih mengerikan : ibarat hewan predator yang ingin melumat daging mentah korban yang menjadi sebentar lagi akan menjadi mangsa untuk di cabik cabiknya serta dijadikan santapan tanpa ada rasa kasihan sama sekali. Ashanty yang tidak menyadari bahaya apa yang mengancam dari semak belukar itu telah merasa badannya lumayan segar setelah mandi di air jernih. Namun kini dirasakan matanya berat dan ngantuk sekali sehingga ingin langsung menyelusup kedalam tendanya untuk segera tidur. Setelah dipakainya cd kecil berbentuk string bersih disposable dan baju tidur yang hanya menutup sampai atas lututnya ia langsung menuju ke tendanya, diletakkannya pistolnya disamping sleep sack matrasnya dan sesudah itu Ashanty merebahkan diri. Sebagaimana kebiasaannya Ashanty selalu tidur tak pernah memakai bh karena dirasakannya lebih leluasa jika tak ada yang mengekang dan menekan bukit dagingnya, terutama putingnya yang memang sangat sensitif. Lampu petromax yang menerangi tendanya kemudian dikecilkan oleh Ashanty sehingga hanya sinar amat redup terlihat dari luar tenda. Ashanty tidak menyadari bahwa daging kelinci bakar ketika sedang dipanggang telah diberikan bubuk obat perangsang oleh Aslan. Selama ini Ashanty selalu berhasil menolak keinginan Aslan sejak masih berada di Singapore karena meskipun sebagai wanita muda yang mempunyai gairah birahi cukup tinggi serta cukup lama "jablai" , namun ia masih berusama untuk setia terhadap suaminya yang jauh lebih tua.
Obat perangsang itu dibeli oleh Aslan dari Utuzo yang kebetulan belum lama baru menikah - dan memang sering dipakai oleh penduduk asli Papua dimalam perkawinan mereka, terutama untuk membangunkan gairah si pengantin perempuan. Di dalam dunia yang masih setengah liar itu sang pria biasanya tak mau menunggu lama untuk menggagahi istrinya yang umumnya masih muda dan takut untuk memasuki malam pengantin. Oleh karena itu pada umumnya para wanita tua didesa yang merias sang pengantin wanita membujuk si calon pengantin sambil memberikannya minuman buah buahan segar disertai dengan obat perangsang sebelum upacara adat dimulai. Meskipun telah diberikan obat perangsang itu namun sang pengantin perempuan akan menjerit jerit minta ampun dan minta tolong disaat diperawani, namun diluar kamar pengantin selalu berkumpul dan dikelilingi puluhan pemain gendang. Disamping itu para perempuan tua juga berkumpul dan menambah berisiknya dentuman gendang monoton dengan lolongan dari pita suara ditenggorokan getaran lidah terlatih saling menyambung ibarat srigala di saat bulan purnama. Dengan demikian jeritan minta tolong dan minta ampun sang pengantin wanita sempurna akan diatasi dan "teredam" oleh gendang gendang dan teriakan puluhan perempuan tua. Kini tak ada gendang dan tak ada perempuan tua diluar tenda Ashanty namun yang sama adalah obat yang mulai dirasakannya. Di luar tendanya Aslan masih menunggu dengan tak sabar effek dari obat ramuan primitif namun selalu ampuh itu. Beberapa kali Aslan telah ingin memasuki tenda Ashanty namun masih dicegah oleh Utuzo yang tentunya tahu dengan pasti kapan obat perangsang itu akan mencapai titik puncaknya. Ketika diluar telah gelap gulita dan hanya terdengar suara serangga malam sahut menyahut disertai kepakan sayap kelelawar dan burung hantu, maka Ashanty mulai jatuh tidur meskipun dirasakan badannya lebih panas daripada malam malam sebelumnya. Rasa panas membuatnya bergulak gulik kekiri kekanan karena semakin lama rasa panas itu semakin terpusat dibagian badan tertentu : di leher samping telinga, di darah puting buah dada , turun ke pusar dan akhirnya memasuki daerah selangkangan antara kedua pahanya. Disaat rasa panas itu mulai disertai rasa gatal dan tanpa terasa tangannya satu meremas remas kedua puting payu dara dan tangan satunya lagi meraba celah kewanitaannya yang mulai lembab dan bercair, tiba tiba dilihatnya wajah suaminya barada didepan mukanya. Tanpa mengucapkan sepatah kata suaminya mulai menciumnya dengan mesra dan hal ini tentu saja segera mendapat sambutan dari Ashanty yang memang telah lama merindukan tubuh suaminya. Kedua insan itu bergelut melepaskan rasa rindu tak tertahan dan Ashanty merasakan tangan suaminya dengan kasar meremas remas gundukan daging di dadanya dan bahkan mulai menggigit putingnya dengan keras. Hal ini mengejutkan Ashanty karena suaminya sangat mencintainya dan disaat bercinta selalu lemah lembut tak pernah mengasarinya apalagi sampai menyakitinya. Ashanty berusaha melepaskan diri dari dekapan badan yang menindihnya namun kali ini dirasakannya sangat sukar, Ashanty ingin mengeluarkan suara protes tapi tidak keluar. Akhirnya Ashanty tak tahan lagi dan berusaha berteriak sambil menggulingkan badannya kekiri kekanan sehingga akhirnya terbangun dengan pelupuk mata yang berat dan sukar untuk dibuka. Meskipun demikian dan juga di tenda itu hanya diterangi dengan sinar lampu petromax minimal Ashanty melihat dengan kaget bahwa yang menindihinya bukanlah suaminya melainkan rekan kerja suaminya yang mendampingi perjalanannya selama ini : Aslan !.
Aslan |
"Apa apaan ini, Aslan hentikan , ayo hentikan , kurang ajar kamu , sebelum berangkat kamu kan telah berjanji takkan melakukan sesuatu yang melanggar persahabatan , terutama dengan suamiku, ayo hetikan , hentikan , sialan Aslan , aku tak mau , hentikan , atau aku akan menjerit sehingga para guide akan bangun menolong aku", demikian Ashanty mencoba menyadarkan Aslan sambil berontak sekuat tenaga.
Namun Aslan mana mau melepaskan mangsa yang telah berada dalam cengkramannya. Telah cukup lama Aslan menantikan saat ini, sejak dari Singapore selalu dicarinya kesempatan , dan kini di tengah hutan belukar takkan ada yang menolong Ashanty. Ketika orang sewaannya telah diberikannya uang untuk tutup mulut dan bahkan di mintanya untuk menjauhkan diri dari dari tenda mereka sehingga takkan mengganggu hasrat terpendamnya.
Gbagbo , Ntsubo dan Utuzo memang sejak makan bersama tadi telah menjauhkan diri dari tenda mereka dan dengan kepandaian mereka bersembunyi di tengah hutan rimba berhasil menikmati pemandangan gratis Ashanty ketika sedang mandi. Namun selain memuaskan diri dan bermasturbasi ketika melihat betapa putih mulus tubuh Ashanty yang mandi, mereka ada rencana lain yang jika diketahui oleh Ashanty dan Aslan sejak semula maka mereka pasti akan membatalkan niat perantauan mereka. Mereka pada saat ini berada tak berapa jauh dari tenda Ashanty , cukup jauh untuk tak mungkin terlihat oleh Aslan maupun Ashanty namun masih cukup dekat bagi telinga telinga mereka yang memang terbiasa hidup di alam liar dan hutan belukar untuk mendengarkan jeritan jeritan Ashanty yang sedang berusaha membela dan mempertahankan kehormatannya sebagai istri setia. Ashanty berhasil satu kali menendang perut Aslan sehingga kesakitan dan mundur sejenak dan kesempatan ini dipakai Ashanty untuk berusaha bangun untuk melarikan diri kearah luar tenda. Namun ketika berdiri Ashanty merasakan pusing dan tak dapat berdiri tegak seperti biasanya , sehingga Aslan berhasil mencekal pergelangan kakinya dan menarik dengan kuat. Hal ini menyebabkan Ashanty kembali jatuh terjerembab terlentang dengan baju tidurnya tersingkap penuh memperlihatkan kedua paha mulusnya bahkan selangkangannya yang hanya di tutup oleh celana dalam string. Aslan kembali menindihinya dan kini menekan kedua paha Ashanty dengan pahanya sendiri dan ditekannya kesamping, sehingga Ashanty menjerit karena merasa ngilu persendian pahanya dipaksa mengangkang secara maksimal. Ashanty berusaha mencakar muka Aslan namun dengan sigap Aslan menangkap kedua pergelangan tangan Ashanty, dicekalnya sekuat tenaga diatas kepala Ashanty sehingga tidak berkutik lagi. Dengan tangan satunya Aslan memegang leher baju tidur Ashanty dan ditariknya sekuat tenaga sehingga sobek sama sekali - terbukalah kini kedua payu dara Ashanty. Buah dada yang menantang itu cukupan lumayan untuk ukuran wanita Asia, tidak besar sehingga ngondoy kebawah melainkan putih sekal dan montok dengan puting mencuat berwarna merah tua kearah sedikit coklat muda. Gunung kenyal itu kini menjadi sasaran tangan Aslan yang kasar : diremas remas dan di tarik dipilin serta dicubitnya puting yang menggiurkan itu dengan akibat Ashanty semakin merasa kegelian serta ngilu sehingga tubuh putihnya semakin meliuk liuk dan bergoyang kesana sini.
"He he he, hhhmmmmh , mulai kerasa enak ya, ngaku deh jangan malu malu Shany, kan kamu udah bermingu minggu jablay , nikmati aja deh jadi engga usah dipaksa disakiti , toh ennga ada yang akan menolong", seringai dan celoteh Aslan melihat mangsanya kini semakin tak berdaya dibawah tindihan badannya yang cukup kekar.
Ashanty memandang muka Aslan yang tersenyum mesum dengan penuh kesebalan dan tanpa terduga diludahinya muka yang telah hampir seminggu tak cukur itu sehingga terlihat kumis dan jenggot mulai tumbuh. Aslan yang tak menduga akan diludahi itu menjadi sengit dan ditamparnya wajah ayu cantik itu dengan sadis sehingga Ashanty melihat jutaan bintang berkunang kunang dihadapan matanya dan dirasakannya pusing sekali. Kesempatan ini tak disia siakan oleh Aslan yang langsung melepaskan seluruh pakaiannya sehingga kini bugil di hadapan Ashanty. Tak hanya sampai disini Aslan memakai kepusingan dan lemahnya posisi Ashanty untuk menarik celana dalam string warna biru muda itu lepas dari kedua kakinya yang meronta ronta. Kedua insan yang bukan suami istri itu kini telah telanjang bulat dan Aslan kini menduduki perut Ashanty yang datar, kedua nadi Ashanty kembali dicekalnya dengan satu tangan diatas kepala, dan dengan tangan satunya diarahkannya alat kemaluannya yang mulai tegang dan mengangguk angguk kearah mulut Ashanty yang tertutup rapat. Ashanty tentu saja mengerti apa kehendak mesum Aslan namun ia tak mau menyerah begitu saja : selain kedua bibirnya dikatup rapat juga digeleng kepalanya kekiri kekanan sehingga Aslan sukar mengarahkan kemaluannya ke mulut korbannya. Oleh karena itu Aslan mengubah lagi taktiknya : ia menggeser tempat duduknya dari tengah perut Ashanty keatas dan dengan kedua lutut ditekannya lengan atas Ashanty disebelah kiri kanan kepalanya yang masih menoleh kekanan kiri. Kini Ashanty tak dapat melawan dengan kedua lengannya dan Aslan juga tak perlu memegang pergelangan tangan mangsanya di atas kepala. Dengan tangan kirinya Aslan lalu menjambak rambut Ashanty sekuatnya sehingga ia tak dapat menggeleng kekanan maupun kekiri sedangkan tangan kanannya menjepit mencubit dan memelintir puting buah dada kanan Ashanty sehingga korbannya ini menjerit kesakitan dan tak sadar membuka mulutnya. Saat ini langsung digunakan oleh Aslan memajukan penisnya memasuki rongga basah hangat dan didorongnya makin dalam akhirnya menyentuh langit-langit rahangnya. Ashanty tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi padanya karena sejak ia menikah dengan suaminya yang jauh lebih tua itu semua yang dialaminya di ranjang maupun di tempat lain dirumah mereka maupun di hotel disaat liburan adalah making love sangat romantis dan penuh kemesraan yang halus. Tak pernah Ashanty dibentak , dipaksa apalagi disakiti terutama ketika sedang becinta - berbeda dengan saat ini. Ashanty tak mengalami kemesraan cinta melainkan belahan gelap dari dunia sex , belahan yang tersembunyi baginya selama ini , belahan dunia sex yang penuh kekasaran dimana sang partner lelaki yang dominant dan lebih kuat mendesak kehendaknya secara paksa. Tak pernah suaminya memaksakan pernisnya kedalam mulutnya secara langsung melainkan sang suami selalu mulai dengan mengoral selangkangannya , menciumi bagian dalam pahanya , menjilati amat mesra bukit Venusnya yang tertutup bulu halus amat terawat. Dengan cara merangsang yang halus ini justru Ashanty yang tak tahan dan selalu orgasmus terlebih dahulu paling sedikit sekali. Setelah itu barulah sang suami dengan perlahan lahan menggeser dan mengubah posisi badan mereka berlawanan arah sehingga menjadi posisi yang disebut angka enam sembilan. Kemudian ketika suaminya kembali merangsang celah kewanitaannya yang telah basah maka Ashanty sendiri menjadi geregetan dan meraih penis suaminya. Ketika suaminya dengan nakal menjilati klitorisnya dan bagian dalam dinding vaginanya yang telah basah maka tanpa paksaan sedikitpun Ashanty "membalas" rangsangan suaminya dengan mengoral penisnya yang telah ereksi. Jadi Ashanty sebagai wanita dewasa yang sensual tentu saja mengenal dan sering melakukan dan merasakan nikmatnya rangsangan oral , namun semuanya dilakukan sukarela , saling penuh pengertian dan berakhir dengan kepuasan bersama.
Namun yang kini sedang dialaminya adalah sangat bertolak belakang : Ashanty tak rela diperlakukan melakukan perangsangan oral, penuh kejijikan dan kemualan mulutnya yang sempit dipaksa membuka semaksimal mungkin dan dijejali penis yang lebih besar dari suaminya dan berbau keringat laki laki yang belum sempat dibersihkan oleh Aslan karena nafsunya yang terpendam selama beberapa hari sudah betul betul naik ke ubun ubunnya.
Ashanty merasakan mulutnya sangat pegal karena dipaksa membuka selebarnya dan beberapa kali ia tersedak karena Aslan tak memberi kesempatan beradaptasi namun secara kasar menjejali penisnya sehingga menyentuh langit langit belakang tenggorokannya.
"Hmmmmh , iyaaa , pinteeer bangeeet kamu Shany, oooooh mulut kamu begitu haluuuus, mana hangaaat lagi, ayoooh mana lidahnya, teruuuus sepoooong nyang beneer, aaaaah sebentar lagi mau keluaaaar nih, teruuuus", demikian Aslan semakin bersemangat menarik mendorong penisnya kedalam rongga mulut Ashanty.
Ashanty belum pernah merasa dirinya direndahkan seumur hidupnya seperti saat ini, belum pernah dirasakannya penyesalan seperti saat ini ketika mengingat bahwa ia sendiri yang menghubungi Aslan untuk mendampinginya mencari suaminya yang hilang tak ada berita. Sebuah keputusan yang salah namun sebagaimana banyak hal dalam kehidupan seseorang maka penyesalan biasanya datang terlambat dan kini Ashanty sendiri sedang alami akibatnya. Untunglah Ashanty tak mempunyai kemampuan meramalkan nasibnya sendiri dimasa depan karena pelecehan yang sedang dialaminya saat ini sama sekali tak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang masih akan dialaminya beberapa hari kemudian.Pengaruh obat perangsang yang dicampurkan kedalam makanannya juga makin mempengaruhi tubuhnya : Ashanty merasakan tubuhnya seolah tak mau menuruti akal sehatnya dan rasa hangat , geli , gatal dan hangat makin merajalela di bagian bagian intimnya yang tersembunyi. Bagaikan bayi yang membutuhkan susu sang ibu kini Ashanty mulai menyedot dan menghisap kemaluan yang menyesakkan mulutnya. Ujung lidahnya mulai menyapu dan menggelitik belahan di ujung penis pemerkosanya menyebabkan Aslan semakin merasa keenakan dan tanpa dikehendaki belahan itu ikut melebar seolah menyiapkan jalan keluar sperma yang semakin bergolak di biji pelir Aslan. Kepala penis yang kini tak mau terpisah lagi dengan langit langit rahang Ashanty terasa semakin lama semakin membesar, semakin peka dan membengkak sehingga rongga mulut Ashanty penuh sesak dan lubang hidung Ashanty semakin berkembang kempis bergulat mencari oksigen.
Dengan disertai erangan bagaikan orang sedang sekarat menjemput maut Aslan tak dapat menahan lagi luapan lahar panasnya dan semprotan demi semprotan menyembur keluar memenuhi tenggorokan dan kerongkongan Ashanty. Tiada jalan keluar lain bagi wanita cantik jelita yang sedang diperkosa itu selain menelan cairan kental berbau sedikit hanyir khas lelaki - cairan kental yang meluya luya seiringan dengan denyutan penis berkontraksi. Sambil meneguk larutan kefir alamiah itu Ashanty merasakan selangkangannya makin basah dan panas sehingga tanpa disadari dibuka dikatupnya paha yang mulus halus itu lalu secara ritmis ditekuk dan diluruskannya seolah olah ingin menggesek dan menggaruk kegatalan yang semakin merajalela mengganggu lembah kewanitaannya.
Aslan yang telah melepaskan tetes terakhir spermanya kemudian menarik penisnya yang sementara menurun ereksinya dari kuluman bibir Ashanty. Digesernya tubuhnya turun kebawah sambil tak hentinya menciumi belah dada Ashanty , pusarnya yang cekung , perutnya yang datar , turun turun turun terus mendekati selangkangan.
Ashanty yang agaknya makin lama semakin tak memperdulikan lagi keadaannya yang telanjang bulat dan masih merasakan sisa sisa rasa sepat hanyir dan asin di kerongkongannya hanya protes dengan setengah hati pada saat Aslan semakin merosot kebawah dan mulutnya kini menyentuh bukit Venusnya. Lidah kasap hangat Aslan menyapu nyapu membasahi kulit perut Ashanty yang putih mulus itu sementara kedua tangan Aslan meremas dan memijit memilin puting yang mencuat seolah ingin memerah susu alamiah keluar dari puting itu untuk dapat di teguk sepuasnya. Namun susu yang diharapkan tak kunjung keluar meskipun kedua puting itu terasa semakin tegang mengeras , yang keluar adalah lenguhan dan desahan nafas Ashanty yang semakin memburu seolah dikejar sesuatu yang menakutkan.
Aslan telah memposisikan badannya di tengah selangkangan Ashanty yang semula berusaha menutup kedua paha mulusnya , kedua tangannya kini berganti ganti antara meremas memilin buah dada kenyal dan juga bongkahan pantat Ashanty yang bahenol. Ciuman Aslan semakin gencar menyerang gua kewanitaan Ashanty yang lembab basah oleh cairan kelenjar dinding vaginanya. Sementara itu Ashanty telah sepenuhnya berada dibawah pengaruh obat perangsang sehingga mulai pasrah dan menyerah terhadap lecehan seksual yang sedang dialaminya. Sisa sisa fikiran sehatnya masih berontak terakhir kali dan menyuruhnya mengatupkan kedua pahanya namun mana semua sia sia saja : badan kekar Aslan telah sempurna ditengah belahan paha mulus itu sehingga tak dapat ditutup lagi. Rintihan dan desahan kewanitaan yang keluar dari celah bibir mungil Ashanty mengiringi gejolak birahinya ketika lidah Aslan mulai menyeruak kedalam celah vaginanya. Lidah itu mengusap dan menjilat tandas pinggir dinding goa kenikmatan Ashanty , memancing kelenjar kelenjar disitu untuk mencurahkan lendir madu harum idaman Aslan selama ini. Sebagai pria yang sudah sering ML dengan pelbagai wanita Aslan mengetahui bahwa Ashanty kini telah sepenuhnya berada dibawah kekuasaannya namun ia tak mau tergesa gesa melakukan tindakan selanjutnya. Adik kecilnya yang beberapa menit lalu menyemburkan lahar panas harus diberikan kesempatan untuk bangun dan tegak kembali melalui rangsangan visual dihadapan matanya : bukit Venus dihiasi bulu halus dengan lembah kenikmatan ditengahnya. Lembah kenikmatan dengan dinding selaput lendir berwarna merah muda agak coklat yang semakin lama semakin licin itu mulai merekah ibarat bunga diakhir musim hujan. Diujung atas lembah kini ikut merekah dan menampilkan tonjolan daging kecil ibarat biji jagung muda manis mengundang untuk dicicipi. Hal ini tentu saja tak luput dari pengamatanan Aslan dan mulutnya yang kasar segera mengecup dan menjepit klitoris itu sementara lidahnya menyapu dan mengusap usap penuh mesra. Rangsangan ini ibarat sengatan aliran listrik ditubuh seorang wanita sensual - tak terkecuali bagi Ashanty - dengusan nafasnya berubah sejenak menjadi pekik kecil yang diusahakannya ditahan dengan menggigit kepalan tangannya. Aslan melihat itu semua dan sambil tersenyum dilanjutkannya serangannya terhadap pusat kenikmatan yang semakin dirangsang akan semakin sensitif terhadap segala yang menyentuhnya dan ini langsung terbukti dengan desahan Ashanty.
"Oooooooh, udaaaah dong , jangaaaan , geliiiiiiii , mau diapain sihhh , emmmmmmh , aaaahhh , ooouuuuh , aaaah iiyyaaaa, geliiiiii , aauuuuuuww , udaaaaaah iyaaaaa" , bagaikan seorang kesurupan Ashanty menceracau.
Aslan tak perduli dengan desahan dan keluhan Ashanty dan memang sebagian dari suara Ashanty itu tak dapat didengarnya karena secara ritmis Ashanty menekan merapatkan sekuatnya kedua pahanya ke kepala Aslan sehingga menutup kedua telinga Aslan sepenuhnya. Ibarat sedang terseret ke dalam lingkaran pusat angin puting beliang yang berputar putar semakin lama semakin cepat sedemikian pula dirasakan Ashanty saat itu : tubuhnya dan terutama kepalanya seolah terputar putar semakin lama semakin cepat kearah angkasa luar dan akhirnya terlempar membentur planet kecil yang buyar bertebaran menjadi jutaan bintang dihadapan matanya. Disaat itu pula pusat kenikmatan yang tersembunyi didalam daging klitorisnya seolah tersentuh aliran listrik ribuan volt dan menyebabkan tubuhnya melenting melengkung keatas , kedua pahanya menyentak menggelepar meronta ronta.
"Auuuuuuw, oooooh iyaaaaaaa , udaaaaaaah , iyaaaaaaaa, eeeeeaaaaah , aaaaaaahhh , emmmmmmmh , udaaah , stooopppp engggggga taahaaaan lagiiiiii , oooooh auuuuuuuuh ", jeritan Ashanty melengking memenuhi udara tengah malam menyebabkan seekor burung hantu diluar tenda langsung terbang menjauhkan tempat pergulatan.
Aslan puas melihat korbannya mengalami orgasme hebat sedemikian rupa namun sebelum dimulainya dengan persetubuhan masih ingin di rasakannya betapa jepitan otot otot lingkar bagian intim Ashanty yang lain. Ketika di rasakannya lidahnya seolah di-sedot di remas remas oleh dinding vagina Ashanty maka selusupinya bongkahan pantat Ashanty dan tanpa peringatan sedikitpun dimasukkannya jari tengahnya kedalam anus Ashanty. Serangan tak terduga ini menyebabkan Ashanty semakin liar karena di tengah puncak orgasmenya itu benak sehat seorang wanita kurang sanggup membedakan dimana kontraksi yang meremas menjepit benda asing di bagian intimnya : apakah otot otot vagina yang menjepit megurut urut ataukah otot lingkaran anus yang meremas remas benda asing yang tanpa permisi menjarahnya tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Aslan mengawasi penuh perhatian wajah ayu dihadapannya menggeleng kekiri kanan menyebabkan rambut sebahu yang bergelombang itu semakin kusut namun justru menambah kecantikan khas wanita sedang orgasme. Tanpa bantuan tuntunan tangan penis Aslan yang kembali telah tegang mengeras bagaikan lumpang kayu itu menemukan lembah yang akan dirantaunya, diselusuri tepi lembahyang terjal licin dan ditemukanlah celahnya. Kedua tangan Ashanty yang selama itu meremas remas dan membentuk tinju kecil membuka menutup seolah tak tahu apa yang harus dilakukan kini dirangkuh oleh jari jari tangan Aslan. Dua pasang tangan kini telah saling melibat jari dan Aslan menekannya ke lantai matras dengan penuh kekuatan sementara alat kejantanannya telah berada di tengah kawah bukit Venus. Ujung kepala penis Aslan berbentuk topi baja menutupi kepala jamur mulai merekah membelah bibir kemaluan Ashanty dan perlahan lahan menekan meretas memasuki lembah nan lembab. Sejenak Ashanty agaknya menyadari apa yang akan dialaminya dan meskipun benaknya bagai kehilangan arah ditengah kabut tebal diakibatkan obat perangsang itu namun ketika dirasakan benda asing mulai masuk membelah celah kewanitaannya maka mata Ashanty terbuka mendadak. Dilihatnya wajah Aslan menyeringai di hadapannya dan sebelum Ashanty sempat mengatakan sesuatu , mulutnya telah dibekap oleh bibir Aslan yang tebal berkumis.
Ashanty mencoba melawan dan berontak namun apa daya tubuhnya telah sempurna ditindih Aslan dalam posisi setengah tertekuk, kedua pahanya telah terkuak lebar tergantung dikiri kanan pundak Aslan dan kedua tangannya dicekal dan digenggam erat oleh jari jari Aslan.
"Aoooouuuuuwwhh, emmmmmppphh adduuuuuh jaangggaaaaan , mmmmmffphhh ", keluhan Ashanty tertahan oleh lidah Aslan yang menerjang masuk rongga mulutnya ketika dirasakan milimeter demi milimeter vaginanya di belah dimasuki oleh kemaluan Aslan. Terasa sesaknya bagian intim kewanitaannnya dimasuki oleh kejantanan Aslan namun sekaligus hal ini merupakan sedikit "keringanan" atas rangsang kegatalan yang mengganggu selama ini , oleh karena itu tanpa memperdulikan lagi rasa harga dirinya dan penolakannya diawal tadi Ashanty malahan "menyambut" kedatangan alat laki laki yang beberapa saat lalu telah dicicipinya dioralnya. Ashanty mengangkat pinggulnya seolah mengundang agar penancapan pentungan daging semakin dalam dan tak sampai begitu saja, sebagai wanita dewasa sensual secara otomatis Ashanty mengayun memutar dan menggoyang goyangkan pinggulnya. Aslan tak mau kalah dengan semakin cepat menusuk menghunjamkan rudalnya tak hanya menuju ke satu arah melainkan ke arah atas, menyamping dan secara teratur juga mengarah semakin dalam ke dalam vagina Ashanty. Ibarat batu lumpang yang secara ritmis menumbuk demikian pula penis Aslan menumbuk men"jedug-jedug" ke mulut rahim Ashanty sehingga terasa semakin ngilu dan nikmat, dan tanpa ada perintah lagi Ashanty melingkarkan kedua kakinya dipinggang Aslan , menekan punggung Aslan sekuat tenaga agar kemaluan Aslan semakin dalam memasuki liangnya yang telah penuh madu kenikmatan. Aslan tersenyum dan menyeringai melihat mangsanya kini telah melupakan segalanya , telah kehilangan rasa malu sebagai wanita terhormat , oleh karena itu dilepaskannya kedua tangan yang selama ini dirangkuh dicekalnya, dibaliknya kedua tubuh mereka yang sedang bersatu bersebadan sehingga Ashanty berada di atas. Dalam posisi ini Aslan sebenarnya lebih relax menyimpan tenaga karena Ashanty yang menjadi aktif mengatur ritme persetubuhan mereka. Ashanty semakin liar menaik turunkan dan memutar mutar pinggulnya , semakin cepat dan kehausan menggesek-gesekkan dinding vaginanya untuk mengurangi rasa kegatalan amat menyiksanya.
Dengusan keluhan , jeritan dan erangan nikmat dari pasangan yang sedang diamuk dilanda birahi itu ditambah angin agak keras diluar tenda sangat membantu mengalahkan suara endapan dan tindakan kaki beberapa lelaki berwajah seram yang setelah meninggalkan persembunyian mereka di semak belukar kini semakin mendekati tenda arena persetubuhan Aslan dan Ashanty. Mereka berkumpul dan mengelilingi tenda yang dari luar - walaupun sinar lampu petromax sangat redup didalam tenda - masih terlihat gerakan gerakan kedua insan yang sedang hanyut di arus nafsu birahi. Ashanty dan Aslan tak menyadari bahaya apa yang semakin mendekati mereka : Ashanty telah mendekati puncak kenikmatan dan akhirnya dihempaskan tubuhnya sekuat tenaga seolah ingin menancapkan tonggak daging yang sedang menusuk nusuk itu menembus rahimnya, ingin menembus seluruh perutnya dan menyebabkannya berteriak melolong merintih tiada hentinya ibarat alami serangan hysteris-kesurupan :
"Oooooh , iiiiyyyaaaaaa , iyaaaaaaa , teruuuuuuuus , teruuuuuuus , oooooohh , geliiiiii , ngiluuuuuu , ooooh , iyaaaaaaa , nikmaaaaat , teruuuuuus , ooooooh", Ashanty mengalami orgamus hebat disertai ekspresi wajah ayu penuh kepuasan birahi.
Aslan menyaksikan wajah yang sedemikian menggiurkan dan diremas remasnya penuh kegemasan kekenyalan dada Ashanty dan dicubitnya kedua puting menantang diantara telunjuk dan ibu jarinya. Ditengah badai orgasmus Ashanty itu tiba tiba Aslan membalikkan dan menelungkupkan tubuh mangsanya , ditelikungya kedua lengan Ashanty dibelakang punggung , direjangnya dengan satu tangan , ditariknya rambut panjang Ashanty ibarat sedang mengendalikan kuda. Didorongnya tubuh Ashanty sedemikian rupa sehingga semakin menungging menunjukkan bongkahan sempurna dengan lingkaran lubang anus di tengahnya. Aslan semakin menghunjamkan menghajar rahim Ashanty dengan rudal dagingnya dan dipaksanya Ashanty semakin menungging. Posisi "vis a tergo" ini memang sangat disenangi oleh Aslan karena dapat di-interpretasikan sebagai penyerahan mutlah seorang wanita apalagi dengan tangan ditelikung atau bahkan diikat di punggung. Hal ini juga kini dilaksanakan oleh Aslan : sambil menghunjamkan penisnya semakin kasar sekaligus ia mengikat nadi Ashanty dengan beberapa lembar tali rafiah yang terletak di lantai tenda itu. Kini kedua tangan Aslan bebas tak usah memegangi nadi Ashanty dan segera dipakainya meremas remas payudara Ashanty yang menggantung bagaikan jeruk citrus aurantium alias orange dari Italia yang ranum untuk disantap. Bergantian kedua puting yang telah demikian peka dicubit dipilin ditarik dengan sadis oleh Aslan menyebabkan Ashanty semakin menderita menjerit jerit menahan sakit. Kini Aslan hanya menggunakan tangan kanannya meremas buah dada Ashanty dengan buas sedangkan jari tengah tangan kirinya mendadak menekan dan membelai belai lubang pantat Ashanty yang masih terlindung beberapa lapis otot lingkar sangat kuat. Bagaikan tersengat oleh serangga beracun Ashanty berontak mati matian melawan pelecehan yang sama sekali tak diduganya semula. Tak pernah suaminya mengajaknya bercinta di anus, bagi Ashanty anus adalah bagian badan yang sangat tabu - jangankan di penetrasi, di jilat di cium atau diraba disentuh pun tak pernah oleh suaminya. Kini tanpa ada peringatan sedikitpun daerah tabu itu diraba dan mulai dirojok ditusuk tusuk oleh jari lelaki asing, membuat benak Ashanty yang sementara masih dibawah pengaruh obat bius perangsang mendadak sadar. Aslan yang sudah beringas dan kesetanan itu menduga keras bahwa anus Ashanty belum pernah dipakai oleg suaminya dan betapa bahagianya jika ia dapat membelah memerawani lingkaran terlebih sempit dari vagina. Karena itu Aslan makin ganas memiting dan membekuk tubuh mangsanya : tangan kanannya sekuat tenaga memeluk melingkari pinggang Ashanty yang ramping langsing sehingga korbannya sesak nafas tak mampu berkutik lagi. Jari tengah tangan kirinya kini telah masuk sampai ruas pertama menembus otot lingkar anus Ashanty dan dirasakannya penuh kepuasan bahwa otot otot lingkaran yang masih demikian kuat berkontraksi semaksimal mungkin ingin mendorong keluar benda asing yang memaksa masuk.
Aslan menarik jari tengahnya sementara lalu meludahi anus Ashanty dan tanpa peringatan dimulainya penetrasi ke lubang pantat Ashanty - bahkan kali ini dipaksa dicobanya memasukkan jari telunjuk serta jari tengahnya sekaligus. Jerita Ashanty semakin meraung meninggi memecah keheningan malam namun semuanya itu tidak menimbulkan rasa kasihan pada Aslan , kini ia semakin yakin bahwa Ashanty memang masih gadis disitu dan belum pernah mengalami penjarahan dari suaminya. Aslan menarik kedua jarinya kembali dan kali ini diletakkannya ujung penisnya yang telah kembali mengeras dan menegang bagaikan pentungan kayu polisi di permukaan anus Ashanty. Ashanty tak dapat berbuat apa apa lagi - suaranya dan tenaganya telah terkuras karena orgasmusnya berkali kali dan kini akan mengalami perkosaan lebih menyakitkan. Pada saat itu mendadak Aslan menghentikan aksinya dan matanya membelalak ketika dirasakannya benda tajam menusuk dari belakang, menembus punggungnya dan ujung lembing penuh lumuran darah keluar dari dadanya, jantungnya yang juga tertusuk itu hanya berdenyut beberapa detik dan langsung berhenti. Aslan langsung jatuh dan terlepas dari tubuh mangsanya dan Ashanty yang merasa hilangnya dekapan badan Aslan membalikkan dirinya. Ashanty terpekik melihat tubuh Aslan beberapa kali kejang menyemburkan darah dan dengan rasa amat kaget serta takut dilihatnya ketiga penunjuk jalan - kuli pemikul Gbagbo , Ntsubo dan Utuzo serta 2 orang pria asing bertopeng sangat menyeramkan kini perlahan lahan mendekati dan tubuhnya yang terikat dan telanjang....
"Oooooh, jangan jangaaan , saya hanya kesini untuk mencari suami saya , tolong lepaskan saya , saya berikan semuanya apa yang saya miliki , jangan bunuh saya , tolong antarkan dan kembalikan saya ketempat semula , saya batalkan niat untuk mencari suami saya , tolong saya" , suara Ashanty memelas sambil matanya mengarah penuh ketakutan kepada ketiga kuli pikul dan guidenya.
Agaknya kelima lelaki yang berada dihadapannya itu bagaikan tuli tak memperdulikan ratapan Ashanty bahkan mereka kini sudah berdiri berdekatan sekali dengan Ashanty yang dalam putus asanya berlutut di hadapan mereka. Dengan berlutut dan menyembah meletakkan kepalanya di tanah Ashanty dengan kedua tangan masih terikat itu mengharapkan setidaknya dapat menyembunyikan ketelanjangannya, terutama buah dada dan kemaluannya. Kelima lelaki penduduk asli Papua itu tetap tak memperdulikan semua ratapan Ashanty , bahkan kedua orang lelaki yang bertopeng menyeramkan itu meletakkan lembing mereka. Berbeda dengan ketiga penunjuk jalan dan kuli pengangkut barang yang telah berpakaian preman biasa , maka kedua lelaki bertopeng itu masih bertelanjang dada dan bagian bawah tubuh mereka hanya tertutup cawet dengan bagian penisnya tersembunyi dibalik benda berbentuk kerucut. Ashanty penah melihat dari gambar buku buku suaminya bahwa lelaki dewasa di pedalaman Papua memang masih sering memakai penutup penis berbentuk kerucut. Kini dilihatnya dengan mata penuh kengerian tutupan kemaluan yang mulai mengangguk angguk dihadapannya sebagai tanda bahwa rudal daging di dalamnya mulai terangsang ingin membuktikan kejantanan mereka di dalam tubuhnya yang masih belum pulih dari perkosaan. Kedua lelaki penduduk pedalaman itu tetap tidak melepaskan topeng mereka namun dengan gerakan amat lambat melepaskan tali pengikat kerucut penutup penis mereka itu. Ketika penutup kerucut itu jatuh muncullah dua buah penis yang bukan saja jauh lebih besar dari penis suaminya, namun masih lebih panjang serta diameter melebihi kemaluan Aslan yang kini telah menggeletak tewas di ujung lembing penduduk Papua itu. Ashanty semakin meratap menangis dan menyembah nyembah karena tak dapat dibayangkan nasib apa yang segera akan dialaminya - sirnalah semua harapannya untuk dapat berjumpa dengan suaminya , kengeriannya tak dapat di uraikan dengan kata kata. Kalau menghadapi perkosaan Aslan sudah hampir menguras semua tenaganya - mana akan sanggup ia untuk melayani nafsu hewaniah ke lima lelaki di hadapannya. Apa yang akan terjadi.....?
########################
apakah yang akan dialami oleh Ashanty selanjutnya di markas suku pedalaman yang masih sangat liar dan buas itu ? Apakah Ashanty akan menemukan suami yang dicarinya Professor Azkenazy - masih hidupkah suaminya ? Apakah yang telah ditemukan suaminya ? Apakah nasib Ashanty akan sama seperti Aslan dan bahkan dijadikan santapan suku primitif kanibal ataukah akan mengalami pelecehan-perkosaan massal? Apakah Ashanty akan sanggup menghadapi semuanya itu dan tetap hidup dan selamat, ataukah ataukah........?.
Setiap komentar akan dijadikan (tambahan) ilham untuk meneruskan cerita ini - terutama usul yang datang dari pengarang profis seperti boss Shu sendiri , sis Yoh , sis Dini , boss Ninja , boss H. Potter dll. Semakin cepat dan semakin banyak datangnya komentar akan semakin cepat pula keluar sambungan cerita ini - ibarat masakan lezat untuk para penggemar kisahbebe akan cepat tersedia dan dihidangkan jika banyak penyumbang bumbu serta bahan² mentahnya !!!
By: MISSOLVG
Rabu, 20 Maret 2013
Karya Pengarang Lain
0 Response to Petualangan di Tanah Papua
Posting Komentar