The Hottest Liveshow Continues: Ivana | kisahbb2

The Hottest Liveshow Continues: Ivana

SEPULUH SARAN UNTUK MENIKMATI CERITA HASIL : CWK GTL - CWK GNS - CWK SDS:
  1. Cerita ini adalah khayalan belaka , tak ada kaitan dengan tokoh manapun dalam kehidupan sebenarnya
  2. Nikmatilah cerita ini dengan rileks , buanglah kepenatan setelah berjuang seharian mencari sesuap nasi
  3. Boleh dinikmati sekali , dua kali atau tiga kali sehari - tak ada keharusan pemakaian dengan resep dokter
  4. Dapat dinikmati sebelum makan , disaat makan atau sesudah makan , tidak akan mengganggu lambung
  5. Boleh dinikmati dengan busana resmi-lengkap , pakaian bebas , pakaian daerah , juga boleh tanpa baju
  6. Dapat dinikmati dalam posisi duduk , berdiri , tiduran , terlentang , terlungkup , atau bahkan nungging 
  7. Boleh dibaca dikamar tamu, dikamar makan, dikamar mandi, dikamar tidur, tapi jangan dikamar kerja
  8. Baca sendirian boleh tapi pasti lebih mantab bersama partner dan keduanya berpakaian ala Adam & Eva
  9. Ilham cerita dari CWK GNS - di tulis menjadi cerita oleh CWK GTL - tambahan foto-foto dari CWK GNS
  10. Sebagai finishing touch dikoreksi, diberi bumbu lezat dan ditambahkan foto dimana perlu oleh CWK SDS    
#######################
EPILOG

Cerita ini adalah lanjutan dari kisah hangat pernah di rilis diawal blogs yang semarak memenuhi cyberspace Nusantara. Pernah dimuat di weblog "ah-uh.tk" dengan judul "Desahan Santi dkk." , Hampir dalam waktu bersamaan tampil pula di weblog "17 Tahun.com" serta "Sawomatang.com" dan masih ada beberapa weblogs lainnya yang kini sudah almarhum. Tentunya tak terlupakan pula pernah muncul di-blog asuhan boss Shusaku namun judulnya diganti oleh sang pengarang menjadi "The Hottest Liveshow". Penasaran ? Silahkan tanya karena pasti boss Shu tahu persis cerita apa dimaksud - atau research sendiri sambil baca cerita-cerita lama tak kalah hot dengan yang baru.

########################
Preview

tiga orang gadis cantik rupawan dari kalangan upper class (the beauties) memenuhi undangan rekan sekuliah Erwin yang kaya raya untuk "sukarela" melakukan orgy dan bahkan bergantian di-gangbang oleh lima orang kuli  pekerja kasar pekerja (the beasts) dari perusahaan milik orang tua Erwin di rumah yang juga masih satu kompleks dengan pabriknya di kota Bandung. Kini beberapa tahun telah berlalu dan ketiga gadis yang bernama Santi, Sandra dan Ivana telah lulus kuliah , telah sukses dalam kehidupan karier mereka dan dua orang telah menemukan jodohnya , sedangkan yang seorang masih tetap sendirian karena mungkin memang "berat" jodoh" dan agaknya lebih mementingkan kehidupan bebas.
Setelah mereka menempuh jalan kehidupan masing-masing secara kebetulan mereka pernah bertemu dan berkumpul kembali - reunian kecil katakanlah tanpa partner mereka. Dalam pertemuan dengan percakapan bebas itu muncul kenangan disaat mereka mengalami peristiwa di rumah Erwin , dan dengan ke-genitan wanita dewasa yang tak kalah dengan kegenitan ABG mereka saling menceritakan kembali apa rasa tubuh mereka disaat orgy party di rumah teman pria mereka itu. Bagai anak kecil tak mau kalah dengan temannya membanggakan mainan baru , mereka berusaha membandingkan apa dan bagaimana bentuk badan kuli kuli yang menggarap tubuh mereka, bahkan bau badan, mulut, kemaluan serta sperma yang terpaksa (?) mereka telan juga dijadikan bahan pergunjingan. Mereka secara bebas menceritakan kuli mana (nama tepatnya sang kuli sebagian sudah mereka lupakan) yang menurut mereka masingmasing paling "hebat" dan jago sanggup membangunkan gairah mereka. Tanpa disadari mereka sampai membandingkan rasa yang dialami disaat dipaksa (?) orgasmus berulang-ulang baik saat digarap berulang , bergantian dan massal sekaligus.
Sebagaimana wanita modern ketika berkumpul sesama jenis mereka sambil tertawa geli dan terbahak amburadul mnceritakan bagaimana fantasy mereka setelah peristiwa di rumah Erwin. Akhirnya mereka berkesimpulan dan secara jujur mengakui satu sama lain bahwa kejadian tersebut mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sex mereka.
Mereka berterus terang satu sama lain bahwa tidak mau untuk dijadikan seterusnya budak sex didalam kehidupan suami istri. Namun misalnya suami mereka disaat ML ingin bermain "sandiwara" memaksakan hubungan sex baik secara halus maupun (agak) kasar dan untuk semalam dijadikan budak sex yang harus patuh dan menyerah atas kemauan dan diapakan saja oleh suami (asal tak sampai luka) maka tak ada satupun yang menolak......    
Setelah reunian tak resmi itu mereka kembali sibuk dengan tugas sehari-hari, juga tugas diranjang melayani suami, dan tanpa disadari kenangan di saat mengalami orgy itu menambah semaraknya ML dengan sang suami.  
.
Sequel ini adalah kelanjutan hidup mereka yang mungkin karena sudah suratan takdir memiliki episodes tak kalah hangatnya dibandingkan dengan pengalaman mereka di rumah teman mereka ketika menghadapi kelima kuli kasar itu.

Dibawah ini adalah pengalaman ketiga wanita cantik itu  : dimulai dengan Ivana, Sandra dan akhirnya Santi.

############################


Seorang wanita cantik melangkah keluar dari Linn Beauty Salon dipusat perbelanjaan Bandar Pasir Gudang, Johor Baru, Malaysia. Berbeda dengan wanita penduduk di daerah situ terlihat badannya lebih tinggi dan kulitnya lebih putih, di samping itu pakaiannya juga lebih modern dan sepatunya mengikuti model Barat yang terakhir. Wajahnya terlihat oriental dengan mata agak kesipitan , rambutnya mungkin sekali agak panjang namun digulung dan ditata sangat rapih keatas seperti bintang film Hongkong yang mengikuti festival film internasional Cannes. Raut hidung dan bibirnya tak kalah mempersona : bangir mancung dan dibawahnya adalah mulut kecil mungil seolah selalu tersenyum dengan bibir agak basah setengah terbuka terulas lipstick merah muda jambu. Namun yang langsung menarik perhatian setiap lelaki berada disepanjang jalan dilewatinya adalah bagaimana ia berjalan : tanpa dibuat² seperti peragawati diatas cat walk si wanita cantik ini melenggang lenggokkan tubuhnya secara alamiah , terutama bulatan pinggulnya yang begitu bulat membayang dibalik gaun agak ketat bergoyang lemah gemulai membuat lawan jenis akan melamun bagaimana seandainya ikut diayun pada saat ML di ranjang. Si wanita cantik bernama Ivana itu tentu saja tak menyadari bahwa setiap liku tubuhnya menjadi pusat perhatian lelaki di sepanjang jalan , ia tetap berjalan dengan langkah pasti menuju sebuah tempat parkir dimana mobil SUV merk Volvo dengan kaca agak gelap penahan sinar matahari telah menunggu. Ternyata Ivana tak mempunyai sopir karena ia sendiri yang menggunakan remote control membuka pintu mobil lalu naik ke tempat duduk sebelah kanan di belakang setir. Karena mobil SUV agak tinggi maka ketika Ivana akan naik ke tempat duduknya itu rok agak ketat setinggi atas lutut yang dipakainya semakin naik tersingkap mencapai setengah paha. Beberapa lelaki yang duduk di pinggir tempat parkir itu memperoleh tontonan gratis beberapa detik : paha belalang langsing putih mulus tampil di hadapan mata membuat mereka berulang kali menelan ludah ingin meraba mengusap paha itu. Sayang semua santapan mata gratis itu menghilang ketika pintu mobil tertutup dan kini yang terlihat dibalik kaca hanyalah secara samar-samar Ivana memakai kaca hitam penolak sinar matahari , kemudian diraih hp dari tasnya
"Hallo ? Sayang ada dimana sekarang ? Masih di daerah pembangunan ? Kapan selesai ? Udah makan belum ? Mau makan duluan nih , udah lapar banget , dari tadi belum kelihatan restoran Padang , mungkin mau ke KFC aja deh , nyobain ayam kampung Malaysia , iya deh sampe ntar di hotel" , dengan kata² terakhir ini Ivana lalu menutup percakapan dengan suaminya, memasukkan kembali HP-Samsung Galaxy-SIII-nya ke dalam tas.
Ivana kemudian mengendarai mobil Volvo sewaannya itu menuju pusat perbelanjaan lain dimana kemarin telah dilihatnya ada Pizzeria HUT dan juga Kentucky Fried Chicken. Ia tak mau menunggu lagi suaminya , Herman yang rupanya masih sibuk dengan tugasnya di daerah pembangunan condomonium modern di Johor Baru.
Herman yang mempunyai titel insinyur pembangunan sipil ditambah dengan MBA memang sedang sibuk dengan kontrak dengan compagnon-nya di Malaysia untuk membangun flats dan apartments baru bagi penduduk daerah setempat yang menikmati kemajuan ekonomi selama beberapa tahun terakhir dan karena itu cukup uangnya.
Ivana telah menikah lebih dari tiga tahun dengan Herman setelah mereka pacaran selama lebih dari setahun. Ivana berkenalan dengan Herman melalui hubungan orang tua dari kedua belah fihak yang memang dulunya sekolah bersama sehingga meskipun berbeda tempat tinggal dan kuliah akhirnya mereka dapat menjadi pasangan nikah.
Pernikahan mereka hingga kini belum dikaruniai dengan anak meskipun keduanya hampir tak pernah melepaskan kesempatan dimanapun untuk selalu bergulat di ranjang , bahkan hubungan intim mereka sangat "passionate".
Herman tak mengetahui bahwa Ivana yang selama masa muda di saat masih menjadi mahasiswi di Bandung juga cukup "hangat" dalam persoalan hubungan dengan lawan jenisnya , terutama rekan sekuliahnya. Saat ini Ivana juga masih memakai suntikan KB-depot yang diberikan selama 3 bulan sekali oleh dokter ahli kebidanan karena masih ingin menikmati kebebasannya tanpa diganggu anak, terutama berlibur ke pelbagai negara. Meskipun secara finansiil tak ada kekurangan sedikitpun Ivana bekerja free-lance sebagai penterjemah resmi yang diakui oleh pelbagai kedutaan asing di Jakarta. Pekerjaannya adalah menterjemahkan surat-surat resmi dari bahasa Inggris ke Indonesia vice versa yang kemudian disahkan oleh seorang notaris rekan suaminya. Notaris ini sebelum menikah pernah pula mencicipi tubuh Ivana namun setelah keduanya menikah dan masing-masing sibuk dengan tugas setiap hari maka keduanya jarang sekali memperoleh kesempatan untuk mengulangi ke-intiman mereka masa lalu.

Ivana menikmati KFC dengan kentang goreng dan milk-shake rasa strawberry dengan tenang sambil menunggu telepon suaminya. Setelah ditunggu lebih dari satu jam maka Ivana memutuskan untuk mendatangi sendiri tempat kerja suaminya itu sebagai surprise. Diparkirnya mobil sewaannya tak jauh dari kompleks condomonium yang sedang dibangun dan dengan langkah tenang gemulai dicarinya kantor temporer yang biasa dipakai suaminya bersama para pengolah proyek. Kantor itu terletak agak di sudut kompleks dan terpencil melewati beberapa gardu darurat terpakai sebagai tempat istirahat para kuli bangunan , juga tempat mereka menukar baju dan bersihkan badan di kamar mandi sederhana termasuk beberapa toilet. Terlihat beberapa buruh bangunan berjalan dari proyek pembangunan sedang menuju gardu penukaran baju dan kamar mandi serta toilet. Ketika melewati bangunan gardu itu ada beberapa pegawai pembangunan sedang berunding bebarapa kuli dan mereka langsung menoleh karena ada wanita yang lewat. Sebagaimana biasa disaat melihat wanita cantik berjalan sendiri maka terdengar beberapa kali siulan kecil dari mulut iseng yang setelah bekerja keras seharian mempeoleh sedikit hiburan cuci mata gratis. Tanpa Ivana sadari ada seorang buruh bangunan bertubuh kekar mengawasinya tanpa berkedip sama sekali dan mulutnya yang tebal dower bahkan membuka seolah tak percaya apa yang dilihatnya. Buruh bangunan itu bernama Nurdin atau biasa dipanggil sehari-hari dengan sebutan Udin ibarat kena petir di tengah hari disaat melihat wanita muda berjalan sedemikian tenang tanpa curiga kearah kantor sementara di ujung kompleks - dan wanita cantik yang lewat di hadapan matanya langsung dikenalinya karena selama ini bukan saja masih terkenang namun masih sering muncul dalam mimpinya. Tubuh wanita cantik itu beberapa tahun lalu pernah dinikmatinya di rumah majikannya dulu di Bandung ketika mereka atas undangan sang majikan melakukan pesta seks seharian. Selama hidupnya Nurdin tak akan melupakan bagaimana wajah Ivana di tengah puncak birahi saat disetubuhi oleh para buruh kasar rekan-rekannya , dan betapa indahnya selangkangan Ivana ketika terkuak di hadapan matanya dan sedemikian lembutnya bibir kemaluan membasah akibat serangan jilatannya. Kini bidadari itu kembali tampil di hadapannya - dan Udin merasakan langsung si "udin-kecil" di dalam celananya yang dekil langsung berontak ingin keluar. Rasa lapar yang mulai mengganggu perutnya langsung hilang terganti rasa lain : desakan nafsu hewaniah untuk kembali menerkam dan menguasai tubuh idamannya itu dan menikmati rontaan manja sang korban. Persoalannya adalah bagaimana mencari kesempatan seperti dulu itu : kini ia tidak mendapat undangan pesta gila, ia sedang bekerja di negara asing , si cantik juga belum tentu masih mengenalinya , dan kalau masih kenal maka belum tentu reaksinya akan gembira atau justru menolaknya mentah².  Status sosial mereka tetap berbeda jauh seperti beberapa tahu lalu itu : si cantik termasuk wanita golongen elite sedangkan dirinya sendiri adalah kuli pembangunan yang tak memiliki apa-apa terkecuali tubuh sehat sanggup memuasi wanita dari kelas manapun. Meskpun tak mengerti satu huruf pun dalam bahasa Inggris namun Udin mungkin mempunyai kenekatan yang sama : not shot is always wrong ; kalau engga nekad mana si cantik itu mau menoleh ke arah kuli seperti gue, demikian prinsipnya. Oleh karena itu dengan membesarkan dan membaranikan dirinya Nurdin berjalan mengikuti di belakang Ivana sambil meneguk liurnya berkali-kali melihat goyangan pantat yang begitu menghanyutkan lamunan. Beberapa puluh meter dari pintu masuk kantor sementara urusan pembangunan itu dimana suaminya pasti masih sibuk bekerja , Ivana mendengar namanya dipanggil
"Neng Ivana, neng Ivana, koq bisa ada disini neng, mau nyari siapa neng ?".
Ivana merasa tercengang dan tak menduga sama sekali bahwa di tempat asing ini ada orang yang memanggil namanya, ditolehkannya kepalanya dan dilihatnya ada seorang dengan seragam buruh bangunan disitu berjalan mendekatinya. Ivana tertegun sebentar dan mengawasi dengan lebih teliti wajah pria berkulit hitam terbakar terik matahari itu sambil menghentikan langkahnya , dan bagaikan terkena sihir muncul kembali kaleidoskop di hadapan matanya. Wajah itu memang pernah dilihatnya - namun lupa dimana ya , dan dalam kesempatan apa , demikian Ivana berusaha memanggil kembali ingatan masa lalunya. Nurdin yang sementara itu telah berdiri di hadapan Ivana kemudian membantu menyegarkan ingatan Ivana
"Neng pasti masih inget dong waktu kita main di rumah Koh Erwin di Bandung, waktu itu saya memakai jacket dan topi pét merah dan waktu neng dateng kan saya yang bukaian pintu gerbangnya".

Tanpa terasa pipi Ivana muncul rona merah ketika diingatnya bahwa lelaki di hadapannya ini pernah menggarap dan menggeluti tubuhnya dan bahkan membawanya ke langit tingkat tujuh dengan sodokan-sodokannya.
"Oooooh , iyaaa , sekarang baru inget lagi sama abang , wah udah lama ya tapi koq abang masih inget sih ?", balas Ivana sambil dengan malu-malu dan sedikit gelisah memikirkan agar rahasianya tak dibocorkan ke-suaminya.
"Waaah, mana ada lelaki yang bisa lupain si neng yang begitu cantik, dari dulu udah cantik , tapi sekarang jauh lebih cantik lagi , pake jamu ramuan apa sih neng ?", demikian Nurdin makin berani merayu calon mangsanya.
"Aaaaah, si abang bisa aja, saya kan udah makin tua nih", jawab Ivana yang mengharapkan agar suaminya tak langsung keluar dan melihatnya sedang bercakap-cakap dengan seorang buruh bangunan tak dikenalnya.
"Neng koq sampe jalan masuk ke sini , mau beli rumah atau apartemen ya ?", tanya Nurdin yang merasakan ada rasa sedikit kecemasan di dalam nada suara Ivana, "atau neng kesasar mau pulang ke hotel di daerah sini ?".
"Engga bang, saya sedang mendampingi suami yang bertugas dan mau menjemputnya pulang ke hotel", lanjut Ivana sambil mulai mengundurkan diri berniat menunggu suaminya di mobil saja.
"Oooh begitu , si neng nginepnya di hotel seberang jalan situ ya neng, engga jauh lagi dong", Nurdin semakin nekad memancing info lebih lanjut..
"Bukan di hotel itu bang, saya nginep di hotel KSL di kawasan Taman Century", sambung Ivana tanpa banyak memikir panjang bahwa Nurdin sedang berusaha memperoleh keterangan sebanyak mungkin.
Mendengar disebutnya nama hotel KSL berbintang lima itu hampir saja Nurdin berteriak dan melompat tinggi kegirangan karena di hotel itu kebetulan keponakannya bekerja sebagai lift-boy sekaligus pengantar koper tamu hotel dari lobby ke kamar dan sebaliknya jika tamu akan check-out dari kamar ke resepsionis atau ke taxi di depan hotel. Namun di saat terakhir Nurdin berhasil menekan ledakan gembiranya sambil otaknya berjalan terus bagaimana kiranya menjebak korbannya ini jatuh lembali ke dalam kekuasaannya. Pada saat itu keluarlah Herman dari kantornya sehingga percakapan Ivana dengan Nurdin langsung putus begitu saja dan dengan sedikit rasa cemburu Nurdin mengamati Ivana dengan langkah eloknya menghampiri suaminya. Nurdin mengundurkan dirinya kembali ke arah gardu cadangan untuk mandi dengan tergesa-gesa karena telah bulat keinginannya untuk mendapatkan Ivana - untuk mana harus dibujuknya sang keponakan untuk bekerja sama menjebak sang bidadari di saat sedang sendirian di saat suaminya sedang bekerja. Setelah mandi Nurdin yang biasanya langsung mencari makanan petang hari , kali ini mengubah ritualnya dan berjalan ke tempat halte bus ke jurusan hotel KSL yang terletak cukup jauh dari situ. Di hotel itu Nurdin berhasil menemukan keponakannya yang kebetulan sedang istirahat dan keduanya mulai kasak kusuk merancang jebakan mereka. Semua apa yang direncanakan terbentur halangan yang terbesar yaitu persoalan waktu dan tempat : apakah di tempat Nurdin bekerja dikompleks pembangunan, atau di hotel tempat Ivana menginap dan si keponakan bernama Muchsin (biasa dipanggil Uksin) , atau di tempat lain lagi yang lebih aman misalnya menculik Ivana ke daerah luar kota. Lokasi terakhir ini langsung mereka buang jauh dari fikiran karena selain soal tarnsportasi juga berhubungan dengan soal penculikan yang merupakan pelanggaran hukum. Persoalan yang juga belum langsung dapat terpecahkan dalah bagaimana mengatur waktunya karena keduanya sebagai tenaga kerja bayaran tak mudah dengan begitu saja meninggalkan tempat kerja mereka. Mereka berpisah menjelang sekitar jam sembilan malam setelah Uksin mengajak pamannya makan seadanya tanpa ada rencana yang sudah kongkrit.

Namun seperti ada pepatah malang tak dapat ditolak rejeki tak mungkin diatur dua hari kemudian terbuka sebuah  kesempatan baik untuk impian Udin. Hari itu Herman harus melakukan pembicaraan penting dengan pimpinan organisasi kontraktor mengenai persoalan pembelian bahan-bahan bangunan , juga pembuatan proyek berikutnya di daerah real estate yang masih dalam stadium sangat dini, namun telah "bocor" ke telinga mereka sebagai hasil sogokan orang dalam dari kementrian pembangunan. Pembicaraan penting itu dimulai tengah hari dan dilakukan di luar kota , sedangkan Ivana sebagaimana biasa menghabiskan waktu dengan cuci mata dan shopping di pusat belanja di tengah kota. Sekitar jam 16.00 petang hari Ivana yang masih berada di sebuah boutique mahal mendapat telepon dari suaminya dari tengah perundingan penting karena ada beberapa data penting kelupaan masih berada di USB-stick dikantornya. Ivana diminta oleh Herman untuk ke kantor dikompleks pembangunan dan mengirimkan data dari USB-stick itu melalui computer stand alone yang berada di situ ke alamat e-mailnya sehingga dapat dibuka di notebook yang dibawanya dan diperlihatkan selama perundingan berlangsung. Ivana sebetulnya merasa agak segan untuk sendirian ke kantor itu, apalagi harus memasuki komputer yang bukan miliknya, selain itu harus mengirimkan data yang bukan di dalam bidang keahliannya sendiri. Herman memberitahukan Ivana melalui telepon dan juga sms bagaimana membuka PC di meja kerjanya dengan pasword yang ternyata adalah kombinasi nama Ivana dan hari pernikahan mereka. Sebetulnya Ivana ingin mengirimkan data² yang diminta lewat laptop miliknya sendiri yang berada dihotel , namun biar bagaimanapun Ivana harus kekantor karena USB-stick yang dimaksudkan berada didalam laci tempat Herman duduk di kantor. Sebelumnya Herman memberi tahukan Ivana dimana letaknya kunci duplikat untuk membuka laci itu, yaitu didalam kotak terisi paper clips sehingga orang luar tak menduga bahwa dibawah tumpukan paper clips ada kunci tersembunyi.
Karena jalanan sore hari disekitar jam pulang kerja selalu macet maka akhirnya Ivana baru tiba dikompleks pembangunan sekitar jam 17.00 petang, dan ternyata disitu hanya tinggal satu pegawai kantor yang pas-pasan akan menutup pintu. Karena sudah kenal Ivana dan juga diterangkan apa maksud Ivana kekantor itu maka si pegawai mengizinkannya duduk di meja tempat Herman bekerja, setelah Ivana menjanjikan akan mengembalikan kunci pintu kantor itu kepada suaminya yang esok hari juga pagi² masuk kantor lagi, kemudian si pegawai pulang. Ketika telah menemukan USB-stick dimaksud Ivana yang tergesa-gesa akan pulang ke hotel melihat bahwa computer Herman tetap "half-on" - karena terlihat screen-saver masih berfungsi. Ya, coba-coba sajalah kalau password udah tahu tinggal kirim deh semua data di USB-stick itu ke-alamat e-mail Herman, demikian pikir Ivana. Ternyata benar : dalam waktu beberapa detik saja Ivana berhasil membuka computer itu, lalu menuliskan alamat e-mailnya sendiri , lalu mulai mengirimkan seluruh isi USB-stick itu sebagai attachments. Ternyata proses pengiriman data itu tidak secepat yang Ivana harapkan karena selain data-data itu besar, juga banyak berisikan grafik, statistik serta gambar lay-out yang memakan banyak RAM dan waktu , apalagi kecepatan transfer data si computer ternyata hanya terbatas. Akibatnya mau tak mau sudah kepalang dimulai maka Ivana harus menunggu di kantor itu sambil baca-baca surat kabar kemarin yang tentu saja sudah tak aktuil. Karena terasa ngantuk maka Ivana duduk menyandar relax dikursi empuk suaminya itu lalu menaikkan kedua kakinya keatas meja kerja suaminya, sambil menutup kedua matanya dan tersenyum sendiri membayangkan bagaimana kalau ia sendiri menjadi big-boss disitu. Dua tiga kali Ivana melihat ke arah proses data transfer dan ternyata baru sekitar seperempat yang terkirim , karena itu Ivana memejamkan matanya lagi dan setelah menguap beberapa kali akhirnya perlahan-lahan melenggut ketiduran dan bermimpi. Mimpi Ivana seolah melanjutkan kehangatan yang dialaminya malam sebelumnya ketika bermesraan dan kemudian ML dengan suaminya. Tanpa disadari Ivana melenguh perlahan karena merasakan geli akibat jamahan dan rabaan jari-jari tangan suaminya Herman digundukan bukit kembarnya yang masih tertutup oleh gaun tidur namun tak terlindung lagi oleh BH.
Namun kali ini jari-jari tangan suaminya dirasakan jauh lebih kasar dan pada suatu saat bahkan remasan di putingnya sedemikian keras sehingga Ivana tak tahan dan menjerit kecil menahan rasa ngilu dan sadar dari lenggutannya.

Apa yang diimpikannya tadi ternyata bukan hanya mimpi semata-mata melainkan memang ada sepasang tangan hitam meremas-remas buah dadanya - dan tangan itu sama sekali bukan tangan suaminya melainkan seorang lelaki berdiri di belakang kursi. Lelaki itu lalu mencium belakang dan samping lekernya yang jenjang sambil menjilat telinganya !
"He he he, kepulesan tidur ya neng , emang ngebosenin banget nungguin suami engga dateng-dateng, biarin deh mamang aja yang nemenin si neng , pasti sebentar lagi badan neng akan jadi jadi anget, mamang ngga tahan lagi liat neng tidur gitu cakeeeep , bageeuuuuer eeeuy, lieeeuuur banget mamang jadinya", Udin meniupkan nafas hangatnya masuk kelubang telinga Ivana.
Ivana kaget sekali dan berusaha bangun dari posisi tak menguntungkan karena kedua kakinya yang telah lepas sepatu masih terletak di atas meja, namun segera kursi tempat duduknya diputar sehingga Udin dan Ivana saling berhadapan  dan bagaikan harimau kelaparan Udin langsung menerkam Ivana dan menciumnya penuh nafsu.
"Eeeeh, emmmmpfffh, apa-apaan, emppppffhhh, jaaaanng, empppfffh, kurang ajjjjj, epmpppfffh, bang, saya ngga mau , ntar lapor suami saya , emppppfhh", suara teriakan protes Ivana terputus-putus karena mulutnya dikejar dibekap oleh bibir Udin yang tebal berkumis, sekaligus lidah kasarnya berusaha menerobos masuk rongga mulut Ivana. Betapapun Ivana berusaha berontak namun Nurdin yang bertahun-tahun bekerja sebagai kuli bangunan itu jauh lebih kuat dan posisinya jauh lebih menguntungkan. Ivana terjebak dalam posisi duduk di kursi yang memang nyaman disertai penyanggah siku-tangan dikiri kanan sehingga ia tak dapat keluar lagi, sementara Nurdin yang berada di hadapannya telah menempatkan diri ditengah di antara kedua kakinya. Ivana berusaha menolak tubuh Nurdin yang semakin menekannya ke kursi sambil mendorong dan memukul-mukul dada Nurdin , namun si kuli bangunan ini dengan sigap menangkap kedua pergelangan tangan Ivana dan ditelikungnya hanya dengan satu tangan kiri di belakang punggung Ivana. Sekaligus Nurdin menguakkan lutut Ivana yang tergantung di depan kursi ke samping kiri kanan dengan lututnya yang kuat berotot sehingga rok mini ketat yang dipakai semakin tersingkap keatas menampilkan paha putih mulus.
"Hmmmmh, masih yahud banget nih badan si neng, engga beda sama sekali dengan waktu dulu, sekel padet enak untuk dicemek-cemek, udah gitu tetap aja wangi ,weleeh weleeh , neng mandi keramas pake air kembang apa sih neng", celoteh Nurdin sambil tak hentinya menciumi Ivana sehingga sukar bernafas.
"Lepaaaskan, sialan bener nih , enggaaa maaau , ntar saya teriak , ayooh lepasin", Ivana berusaha meronta tapi hanya disambut dengan ketawa cengengesan.
"Boleh teriak sekuat tenaga neng, engga ada yang akan tolongin, malahan mungkin masuk banyak temen mamang yang senasib , orang perantauan yang udah berminggu-minggu engga pernah pegang badan perempuan , mereka engga akan segan untuk mengerjaiin neng sekaligus beberapa orang, mendingan neng layanin mamang sendiri kan?",
Udin mendesak mangsanya terus sambil meremas dan memijit buah dada Ivana yang kenyal padat menonjol.
"Lagian kan neng udah pernah ngerasain giman enaknya dikerjain sama mamang,waktu itu neng sampe menjerit jerit keenakan, betul engga neng , apa neng engga pernah ngimpiin mamang lagi , ayo ngaku deh neng , ngga usah malu-malu", anggap aja si neng ketemu lagi kenalan lama", Udin membisikkan kata-kata rayuannya diselang seling ciuman ganasnya yang kini lebih banyak membuat cupangan merah di leher Ivana.

Tanpa disadari Ivana merasakan wajahnya merona merah dan kupingnya terasa panas mendengar bisikan Udin karena terbayang lagi betapa  hangatnya pergulatan mereka di villa beberapa tahun lalu. Karena itu rontaan Ivana semakin menurun dan perlahan-lahan lidahnya mulai ikut membalas bersilat dengan lidah Udin yang tadi dianggapnya sangat bau namun kini tak diperdulikannya lagi.
"He he he, betul engga tuh kata mamang , si neng emang pinter bukan cuma disekolah tapi juga senam ranjang , abang lepas semua bajunya ya neng biar engga lecek acak²an, ntar kan masih mesti dipake lagi", tanpa menunggu persetujuan sang empunya Udin membuka semua busana korbannya tanpa banyak perlawanan lagi.
"Uiiiih, emang bener luar biasa si neng nih badannya masih begitu bohay bahenol , biar nabi juga pasti langsung lupa lagi puasa ngeliat badan begini , mamang rejekinya lebih bagus dari nabi , bisa ketemu neng lagi", sambil melampiaskan semua kata pujian juga sekaligus melepaskan pakaiannya sendiri yang dekil dan bau keringat.
Udin dengan mendadak melepaskan dekapannya dan ditariknya tubuh Ivana menjadi berdiri lalu ia menghempas dirinya duduk di kursi yang baru saja diduduki Ivana, dan terlihatlah penisnya yang telah berdiri tegak bagaikan tugu monas. Tanpa kekasaran namun penuh ketegasan Udin menekan pundak Ivana dan dipaksanya kini berlutut di hadapannya sehingga wajah Ivana langsung berhadapan dengan alat kejantanan Udin yang mengangguk-angguk ibarat memberikan salam kepada wanita di depannya.
Ivana berusaha mengelakkan kepalanya ke samping namun segera dipegang kedua tangan Udin dan dipaksakan mulut yang masih menutup itu untuk menyentuh kepala rudal disunat yang menyerupai topi serdadu.
"Ayolah neng , masa engga rindu sih sama si otong , kan neng pernah ngerasain gimana nakalnya dia nyembur-nyembur di mulut neng , sekarang dia udah kangen nih pengen masuk lagi ke mulut si neng , pertama mulut atas sebentar lagi juga mulut bawah ya neng", Udin tanpa belas kasihan menatap mata Ivana yang mulai berlinang karena dipaksa.
Ivana mengerutkan hidungnya karena tercium bau daerah selangkangan Udin yang sejak seharian telah bekerja dan penuh keringat rupanya belum sempat mandi. Bagaikan kena sihir Ivana menatap kejantanan Udin yang begitu besar dan keras mengacung jauh melebihi kepunyaan Herman suaminya. Dalam posisi berlutut itu Ivana sempat melihat proses pengiriman e-mail dengan attachment untuk suaminya telah selesai - ini berarti bahwa tugas permintaan suaminya telah diselesaikannya. Kini ia dipaksa memenuhi tugas lain yang akan dilaksanakan dengan perasaan campur aduk : disatu fihak sangat merendahkan dan memalukan dirinya karena dipaksa orang yang bukan sederajat dengannya tapi dilain fihak setan dalam benaknya mendorong agar melanjutkan lagi apa yang pernah dialaminya beberapa tahun lalu: kenikmatan terlarang tapi memang sukar untuk ditandingi........
Akhirnya Ivana tak perduli lagi segala halangan perbedaan derajat : lidahnya mulai menjulur menyentuh kepala kemaluan yang mengkilat itu dengan belahan lubang kencing yang sebentar lagi menyemburkan lahar alamiah. Bagaikan terbang menuju ke surga ketujuh Nurdin merasakan halus dan hangatnya jilatan lidah Ivana menyapu-nyapu bagian badannya yang sedemikian peka membuatnya menggelinjang dan mendesah bagaikan orang kepedasan :
"Oooooh iyyyyyyaaaaa, duuuuh neeeng Ivana belajaaar dimana , pinteeeer bangeeeet, iyaaaa neng teruuuus, mamang siaaap deh mauuu diapaaaain ajaaa sama neng, ikuuut mamang kek ampung jadi istri abang kelima mau ya neng? ", ceracau Nurdin bagai orang sedang sekarat.


Ivana memaki dalam hatinya , bahwa Nurdin rupanya udah punya bini empat masih mau embat anak orang dijadikan bini kelima . Namun karena melihat hasil pekerjaannya itu maka Ivana telah lupa kedudukannya sendiri saat itu , setiap wanita tak beda dengan lelaki akan senang melihat lawan sex-nya pada saat itu berada di bawah pengaruhnya , dengan tubuh putih mulus telanjang bulat berlutut di depan buruh kasar bertubuh hitam legam. Jari-jari lentik tangan kiri Ivana merangkuh batang kemaluan Nurdin sementara tangan kanannya mengusap - meremas dengan lembut kantong biji pelir bergonta ganti menyebabkan rasa ngilu - dan memang betul hebat keahlian Ivana karena dengan demikian lahar panas Nurdin sukar terbentung.
"Ya, betuuul disituuuu neng , abang udah kumpulin air kefir alam hanya buat si neng maniiiiis, aduuuuuh bukaaan maiiiin mantaaab, iyaaaa jilaaat pinggirannya , tengahnya , oooooh lobangnya neng , lobangnya".
Ivana semakin meningkatkan usahanya membuat Nurdin segera mencapai puncak kepuasan sehingga ia akan lepas dari genggaman kuli ini, dimasukkannya kini rudal Nurdin yang telah sekeras kayu itu ke dalam mulutnya. Meskipun tak masuk semua Ivana berusaha mempercepat gerakan maju mundur kepalanya disertai gerakan jari tangan kirinya yang menggenggam batang Nurdin seperti sedang membuka menutup tutup pelés. Ivana ingin tahu berapa lama Nurdin bisa tahan dengan perlakuan ini sebelum ia ejakulasi - suaminya sendiri Herman tak pernah lebih dari tiga menit telah banjir muncrat kemana-mana. Nurdin bukanlah anak kemarin dulu dan mengetahui kemana maunya Ivana - oleh karena itu langsung ia coba taktik memberikan rangsangan setaraf : dilepasnya pegangan di kepala Ivana yang memang sudah sukarela maju mundur mengulum kejantanannya itu. Kini diremas remasnya kedua gundukan daging dada Ivana dan terutama kedua puting berwarna coklat muda kemerahan itu menjadi sasarannya. Ditarik-tarik , diputar dan dipilin-pilin serta secara ritmis dipijit dan dicubit-cubit dengan kukunya menyebabkan rasa geli dan ngilu tak terkira. Ivana tak menduga akan memperoleh perlakuan seperti ini : "Aaauuuuw, geliiii , ngiluuu bang , jangaaan dong , jangaan main kasar gitu dong , Ivana engga mau nerusin nih , auuuuuuw, bang udah jangan sadis gitu dong".
"Iyaaaa, neng bener juga . mamang ngeliat muka si neng cantiiiiik banget lagi nyepong jadinya kebablasan , kita ganti acara ja ya , pasti neng udah nunggu si otong nyoblos ke mémék neng , tapi sebelumnya mamang pengen minum madu asli , boleh ya neng ?", Nurdin sambil ngoceh langsung nyerosot turun dari kursi setengah berlutut di lantai.
Sebelum Ivana sempat protes dan berontak kembali Nurdin telah mengambil inisiatif: tubuh Ivana diterlentangkan, kedua kakinya dikuakkannya dan dikaitkan ke atas pundaknya yang di sebelah kiri kanan. Kini terpampanglah vagina Ivana yang ditumbuhi bulu-bulu hitam, vagina yang telah begitu lama dirinduikannya berada di hadapan matanya sehingga melotot ibarat mau keluar , dan tanpa tunggu sedetikpun langsung dibenamkan wajahnya di selangkangan Ivana. Istri muda yang cantik ini menggeliat dan melenguh merasakan kumis Nurdin menggelitik bukit venusnya, sedangkan jari-jari pria itu membuka bibir kemaluannya berdinding merah muda. Di balik pejaman mata Ivana terbayang lagi apa yang dialaminya dulu dibandingkan apa yang dirasakannya kini. Dengan penuh kerakusan seolah ingin menyantap kueh apem lezat Nurdin mulai menjilat dinding kiri kanan liang vagina Ivana, dimasukkannya lidahnya sejauh mungkin kedalam vagina Ivana, disentuh dan dicucupnya lubang kecil tempat keluarnya buang air kecil yang tentu saja sangat peka. Selain itu dirojokinya bagian atas vagina Ivana yang masih tertutup lipatan bibir kecil kemaluannya dengan lidahnya agar tonjolan daging kecil bagaikan butir kacang yang masih malu-malu bersembunyi dapat terpancing keluar.
Kedua telapak tangan Nurdin dengan jari-jarinya yang berkulit amat kasar akibat pekerjaan sebagai kuli bangunan melanjutkan remasannya di kedua buah dada Ivana , mengusap mengurut dan memijit-mijit bukit kenyal itu , ujung jarinya yang nakal berputar-putar dan menyentil puncak yang sangat sensitif menyebabkannya makin tegang.
"Udaaah dong mang, geliiii kan , udaaaah , jangaaaa , saya enggga tahaaaan geliii, ngiluuuuu mang , auuuuuw ", Ivana menggeliat kegelian karena buah dadanya diserang bertubi-tubi sementara klitorisnya yang telah ditemukan Nurdin kini juga dijadikan bahan permainan lidah dan bibir dower Nurdin. Setiap jilatan menyentuh kelentitnya menyebabkan Ivana seolah terkena sengatan aliran listrik dan mengakibatkan semakin keluar cairan pelumasnya.
"Hmmmmm, ini dia yang disebut jagung muda hasil bibit unggul, warna kuning merah muda mengkilat, harum mengundang mamang untuk mencium dan mencicipi", sambung Nurdin sambil mengigiti klitoris Ivana.

Semua rangsangan itu terlalu banyak untuk dapat ditahan tubuh Ivana yang tentu saja di usianya itu masih penuh dengan hormon wanita mendambakan rangsangan lawan jenisnya - disertai jeritan khas betina melolong keluar dari tenggorokannya disaat menikmati birahi meledaklah jutaan bintang kecil di hadapan mata Ivana :
"Aaaaaah, oooooooh, maaaang , ooooooh , iyaaaaaa , maaaaang , Anaaaa engggg tahaaaan lagiiii , aaaaaahhh".
Udin merasakan lidahnya yang tengah menjelajah ke dalam vagina Ivana dijepit oleh otot-otot dinding licin basah itu, kemudian teras bagaikan diurut-urut dan diremasi , dan saat inilah telah dinantikan Udin yang mahir bermain cinta.
Saat dinding vagina sedang berdenyut-denyut kontraksi dan relaksasi ini adalah saat paling tepat untuk melakukan penetrasi - karena tanpa disadari penis si pria seolah-olah akan didorong ditarik masuk ke dalam oleh otot vagina. Udin sangat bangga ketika merasakan tumit Ivana meronta memukuli punggungnya karena menahan orgasmus tengah melandanya, apalagi ketika Udin perlahan-lahan namun dengan pasti mulai menekan memasukkan si udin kecil memasuki gua sempit di tengah selangkangan Ivana. Milimeter demi milimeter kejantanan Udin meretas membelah vagina Ivana , merasakan betapa licin hangat namun juga tetap sempitnya lubang itu, tak berbeda dengan ingatan Udin ketika menikmati hal sama beberapa tahun lalu.
"Duuuuuh, si neng teteeeeep pereeeet gini , latihan kegel terus tiap hari ya neng , mamang kena lotere hari ini, iyaaaaa neng  begituuuu empuuuk pijitannnyaa, uuuuuuh , mamang bisa cepet bocor niiih , aaaah , iyaaaaa".
"Emppppfhhh, ooooohhh , aaaaaah , eeeeeemmmmh ,  iyaaaaaa , aauuuuuuuw , iyaaaaaaahh , ooooohh , teruuuus maaaang , teruuuuus , ngiluuuuuu , iyaaaaaaa , ooooh teruuuuus", Ivana merintih lupa segalanya.
Bagaikan sepasang kekasih telah berpisah selama bertahun-tahun keduanya melupakan segalanya , lupa tempat , lupa waktu, lupa derajat,  lupa segala halangan yang berhubungan dengan status sosial di masyarakat . Semuanya tak jadi soal saat itu - mereka adalah jantan dan betina yang sedang melampiaskan nafsu birahi. Instinkt hewaniah yang menyebabkan species manusia sampai saat ini di seluruh dunia tetap berkembang biak , tetap memenuhi semua ujung pelosok dunia sampai tempat sekecil apapun. Instinkt inilah yang terutama menguasai sembilan puluh sembilan persen manusia berada di negara paling miskin - mereka tak perduli apakah "hasil" dari perbuatan mereka akan menambah lagi jumlah anak mereka , sementara anak-anak yang sudah dimiliki selalu kelaparan setiap hari. Apakah ini yang disebut suratan takdir - apakah ini "kesalahan-kelalaian" sang Pencipta yang memberikan hasrat nafsu birahi sedemikian besarnya sehingga disatu saat dapat menutupi kesadaran dan akal sehat, entahlah. Ivana dan Nurdin berpelukan, berpagutan, bergulat, saling berciuman dalam kehangatan yang dialami Ivana mencakar lengan Nurdin, menggigit nadinya, mencakar bahunya sehingga akhirnya Nurdin merasa perih dan mencekal kedua Nadi langsing Ivana dan diletakkan di samping kepalanya dan ditekannya ke lantai. Dalam posisi sama sekali tak berdaya itu Ivana kini hanya dapat mengeleng-gelengkan kepalanya ke kiri ke kanan seolah tak tahu apa yang sedang dialaminya , seolah sedang mengalami kesurupan, matanya membuka namun semuanya kabur dan buram, hidung bangirnya kembang kempis dan mulutnya setengah terbuka mendesah:
"Vana maaaaaau , iyaaaaa mauuuu , teruuuuuuus maaaang , oooooh , cepetiiiiiin maiinnnnyyya , Vanaa ampiiiir nyaaaampeeee , teruuuuuuss , maaang , teruuuuuuuus ooooooooh , iyaaaaaaa , iyaaaaaaaaa , aaaaaaah".
Nurdin mempercepat gerakan maju mundur tarik dorongnya menyebabkan kemaluannya sendiri terasa semakin panas dan mulai perih bergesekan dengan dinding vagina Ivana sebelum akhirnya meledaklah lahar panasnya yang meluap dari sumber biji pelirnya dan kini membanjiri mulut rahim serta rongga kenikmatan Ivana.
Nurdin juga telah melupakan semuanya. Saat Ivana menggigit bahunya maka Nurdin tak mau kalah dan mencium serta menggigit mesra leher Ivana yang jenjang sehingga muncullah bekas cupangan merah.
Beberapa menit lamanya kedua insan itu berpelukan erat seolah tak ingin terpisahkan lagi, tubuh keduanya basah dengan keringat yang kini menjadi satu, keringat khas berbau kelaki-lakian asli tanpa pulasan wangi-wangian apapun telah bercampur menjadi satu dengan keringat seorang wanita kelas atas yang biasanya diperkuat parfum mahal. Perlahan-lahan Ivana sadar atas keadaan tubuhnya yang masih telanjang bulat dalam pelukan Nurdin dan terlentang di lantai kantor suaminya. Bergegas Ivana berusaha bangun karena mengingat bahwa ada kemungkinan suaminya setiap saat dapat kembali ke kantornya dan menemukan sang istri dan kuli bangunan telanjang bulat bersama.

Ternyata Ivana tak dapat langsung bangun seperti biasanya - tubuhnya masih terasa lemas seolah-olah dilolosi semua tulangnya setelah mengalami 'pertempuran' dengan Nurdin. Namun dipaksakannya juga dan segera dikenakannya kembali celana dalam, BH, rok serta blousenya. Dicobanya merapihkan lagi rambutnya yang terlihat agak kusut dan dari tas diambilnya kaca kecil untuk melihat dirinya serta membenahkan make up wajahnya. Nurdin yang juga telah sadar memakai pula bajunya dan sambil meremas bongkahan pantat Ivana yang sangat gempal bahenol itu Nurdin berbisik :
"Non, kalau ada kesempatan kita bisa maen seperti tadi lagi ya, pasti neng juga seneng kan ?". Ivana tak langsung menjawab hanya dengan wajah kembali merona merah ia menjawab
"Ngga bisa mang , ini salah saya , tak boleh terulang lagi , saya udah bersuami mang , lupakan saja semuanya".
Nurdin tak memberikan komentar atas jawaban Ivana itu , hanya dalam hati kecilnya ia yakin bahwa Ivana mulai terbangun lagi gairah nakalnya seperti disaat orgy beberapa tahun lalu dan yang baru terulang dimenit-ment lalu itu. Nurdin yakin bahwa jika ada kesempatan menikmati kenikmatan terlarang itu maka Ivana tak akan menolaknya, hanya kini tinggal mencari kesempatan lain - dan untuk itu Nurdin perlu bantuan keponakannya di hotel. Di malam itu Ivana tidur bersama suaminya di hotel tanpa melakukan kemesraan sebagaimana suami istri , selain Ivana telah terlalu letih dengan pertempuran di kantor pembangunan , juga suaminya telah sedemikian knock-out dengan urusan kerja yang bertumpuk-tumpuk dan bahkan sebagian tak berjalan lancar sebagaimana rencana semula. Berbeda dengan Herman yang langsung lelap tidur tanpa diiringi mimpi apapun , maka Ivana justru terbuai oleh mimpi yang mungkin secara tidak diinginkannya masih tetap tersembunyi di bawah kesadarannya - ibarat api dalam sekam - dan muncul kembali dalam kelelapan tidurnya mimpi adalah ibarat bunga orang tidur. Bagaikan ada yang menyihir maka adegan-adegan terlarang yang terjadi beberapa tahun lalu di villa serta adegan pergulatan di kantor bersama Nurdin silih berganti muncul di balik pelupuk matanya. Hanya anehnya kali ini tak ada yang ingin memberikannya kepuasan terakhir : baik di dalam adegan gangbang di rumah Erwin dulu maupun bersama Udin, semuanya hanya merangsangnya habis-habisan dengan segala macam cara sambil tertawa cengengesan, namun tak ada satupun yang memasuki rongga mulutnya, tak ada yang memasuki liang vaginanya dan tak ada menusuk lubang anusnya. Karena itu tanpa sadar sama sekali Ivana gulak gulik tak tenang dalam tidurnya, mulutnya merekah mendengus lemah ibarat ibarat betina merintih-rintih meminta jatah kepuasannya. Satu tangannya tanpa terasa meremas-remas puting buah dadanya sementara tangan lain memasuki celana dalam string-nya , menemukan celah kewanitaannya yang telah basah kuyup, lalu dua jarinya masuk kedalam lubang kenikmatannya, keluar masuk menggosok berulang kali sambil menyentuh kelentitnya. Akhirnya Ivana tertelungkup dengan wajah terpendam di bantal kepalanya yang kemudian digigitnya sekuat tenaga pada saat dirasakannya arus gelombang kenikmatan tak tertahan lagi pada saat tiga buah jarinya masuk sedalam mungkin ke dalam vaginanya. Tubuhnya kejang bagaikan terkena arus listrik beberapa menit dan akhirnya perlahan lemas dan sebelum Ivana dapat benar-benar jatuh tidur pulas.

Keesokan harinya Herman telah bangun pagi-pagi sekali dan sebagaimana biasanya ia mengajak Ivana untuk bersama menikmati continental breakfast yang sangat mewah. Namun Ivana terlaihat agak pucat dan dirasakan kepalanya sakit serta agak pusing. Oleh karena itu Herman tak memaksanya dan menanyakan apakah Ivana mau makan paginya belakangan dan diantarkan ke kamar saja. Ivana setuju dan meminta makan pagi bubur ayam continental dicampur dengan sawiran sotong , abalone , surimi , kacang kedele , bieslook , bawang goreng, telur rebus setengah matang , serta cafe au lait dan red grape fruit juice. Tapi Ivana meminta agar semuanya itu diantarkan kekamar tidur mereka sesudah jam 11.00 pagi karena ia masih ingin tidur lagi. , Ivana berniat baru akan bangun sekitar jam 10.00 , kemudian mandi di bath-tub dulu setelah sakit kepala dan pusingnya mereda , barulah mau menikmati makanan pesanannya itu yang melihat waktunya tak tak dapat disebut makan pagi melainkan "brunch" alias breakfast dan lunch sekaligus. Semuanya berjalan sebagaimana direncanakan, Ivana merasa sakit kepala dan pusingnya agak mendingan meski belum hilang seluruhnya. Tubuhnya terasa lebih segar dibandingkan kemarin malam setelah dinikmatinya mandi merendam diri air hangat yang ditetesi parfum di bath-tub dengan sedikit bubble. Bubur ayam continental spesial pesanannya itu sangat dinikmatinya sehingga habis dua porsi , ditambah buah-buahan segar cocktail disertai kopi susu dan juice, maka Ivana merasakan tenaganya pulih kembali. Kemudian ia memanggil room service sekaligus untuk membersihkan ruangan kamar dan juga mengantarkan pakaiannya serta pakaian Herman yang telah dipakai untuk dibawa ke laundry hotel itu. Tak lama kemudian datanglah room service yang kali ini terdiri dari tiga orang : seorang perempuan dengan pakaian seragam hotel untuk membersihkan dan merapihkan kamar serta mengganti sprei, sarung bantal, sabun , shampoo, towels dan peralatan tolilet, seorang lelaki muda tinggi kurus dengan nama Muchsin tercantum di dadanya langsung membenahkan semua peralatan dan bestek makanan yang baru dipakai, sedangkan yang terakhir adalah lelaki setengah baya agaknya team leader mereka dengan nama M.Iqbal di dadanya dan menanyakan Ivana apakah semuanya beres sesuai dengan keinginan, pertanyaan mana disertai senyum manis dijawab dengan anggukan kepala oleh Ivana. Sebagaimana kebiasaan, Ivana hari itu juga ingin cuci mata ke daerah perbelanjaan dan sebelumnya ia mengambil uang dahulu ke ATM berada di lobby hotel. Setelah itu Ivana berjalan menuju tempat parkir hotel khusus VIP, ketika disadarinya bahwa ia kelupaan memakai arlojinya dan juga handphonenya masih berada di laci kamar. Ia bergegas kembali keatas dan dilihatnya tak ada lagi petugas hotel di floor tingkat itu, juga room service agaknya telah selesai dengan tugas mereka karena tak terlihat lagi seorangpun di depan kamar manapun. Ivana memasuki kembali kamarnya dan merasa sangat heran karena semua jendela tertutup sehingga semuanya sangat gelap. Ini belum pernah dialaminya di hotel manapun meskipun di hotel kelas sederhana pun setelah semua selesai dibersihkan room service maka selalu tirai gorden terbuka sehingga masuk sinar matahari ke dalam kamar. Sambil menggerutu dan merasa jengkel Ivana memutuskan untuk melaporkan kelalaian room sevice kali ini ke resepsi hotel. Sambil meraba-raba dinding dekat pintu masuk Ivana berusaha mencari kotak multi purpose box untuk memasukkan key-card yang juga sekaligus facility-card  sehingga lampu dan airco akan "on" sebagaimana lazim di hotel kelas mewah. Sebelum Ivana berhasil menemukan apa yang dicarinya mendadak tubuhnya disergap dari belakang dan sebelum ia sempat berteriak mulutnya pun langsung dibekap dengan kuat. Ivana berontak sekuat tenaga namun merasakan bahwa tenaga yang membekapnya sangat kuat sekali dan tak kalah mendadaknya Ivana merasakan kedua kakinya terangkat dari lantai sehingga kedua sepatunya lepas dan tubuhnya kini digendong ke arah dalam kamar. Ivana yakin bahwa kedua orang yang meringkusnya itu adalah lelaki karena selain tenaga mereka sangat kuat juga dengusan nafas mereka yang sangat berat tak mungkin keluar seorang wanita. Meskipun merasa sangat kekurangan tenaga namun Ivana tetap berusaha meronta dan melawan, terutama ketika dirasakannya tubuhnya telah berada di tepi ranjang dan kemudian dihempaskan ke atas futon bed dengan spring matras.

Mendadak dirasakannya ada benda dingin menempel di lehernya sekaligus tedengar bisikan di telinganya : "Selamat siang bu, tak perlu melawan lah, karena nanti pisau tajam akan melukai leher ibu yang jenjang mulus, jangan coba berteriak karena di tingkat ini semua tamu sudah keluar check out , sedangkan para tamu berikutnya baru akan masuk sekitar lima jam lagi".
Mendengar ancaman ini Ivana merasa ngeri sehingga merinding - mungkin para penjahat ini hanya menginginkan uang dan perhiasan saja - bagi Ivana dan suaminya apa yang dibawa mereka dan di pakai Ivana saat ini bukanlah persoalan sama sekali. Selain itu semuanya telah di-jamin asuransi karena mereka membayar semua biaya dengan platinum-world-card sehingga semua apa yang hilang, tercuri, tertinggal atau apapun terjadi akan diganti. Karena itu Ivana berhenti meronta dan membiarkan tubuhnya di-dudukkan di tepi ranjang ukuran king size itu.
"Sekarang buka mulut kamu nyonya manis, jangan coba menjerit karena pisau tajam ini akan segera menyayat tenggorokan kamu mengerti ?", kembali terdengar suara mendesis di telinga Ivana dan sekaligus dirasakan benda dingin di lehernya semakin menekan.
Ivana hanya sanggup mengangguk perlahan tanpa berani menggerakkan atau menolehkan kepalanya kemudian dengan patuh dibukanya mulutnya yang mungil itu. Segera dirasakannya rongga mulutnya dipenuhi disumpal gumpalan kain halus dengan semerbak bau parfum yang dikenalnya sangat baik : bau parfum yang selalu dipakainya , juga sering dioleskannya di bagian selangkangan sendiri. Ivana langsung sadar bahwa gumpalan kain yang menyekat rongga mulutnya adalah celana dalamnya sendiri yang tadi dibawa oleh room-service untuk dicuci di laundry hotel. Karena Ivana selalu memakai celana dalam model string mini yang sangat minim maka semuanya masih dapat masuk ke dalam mulutnya, tapi kemudian dirasakannya sepotong lakban tebal dilekatkan dari pipi kiri sampai pipi kanannya sekaligus menutup mulutnya yang telah tersumpal itu. Dengan masih dirasakan logam dingin menempel di lehernya maka Ivana sama sekali tak berani berkutik berontak - bahkan ketika kini dirasakannya bahwa pakaiannya mulai dibuka satu persatu. Mula-mula blousenya dibuka kancing depannya kemudian dilepaskan melalui kedua bahu dan lengannya bersamaan dengan bhnya berukuran 36B, menyusul roknya yang agak sempit dilepas rits-nya dibelakang punggungnya dan agak kasar ditarik dengan celana dalamnya melewati kedua kakinya yang hanya menendang-nendang lemah. Secara naluriah seorang wanita dewasa Ivana berusaha melintangkan tangan kirinya demi menutup payudaranya sedangkan tangan kanannya menutupi selangkangan lipatan pahanya. Usahanya itu hanya berhasil beberapa detik karena Ivana merasakan tubuhnya kini didorong ke tengah ranjang lalu kedua nadi tangannya yang dicekal keras dan dipaksa merentang ke kiri kanan lalu keduanya terasa ditindih sesuatu yang berat menyebabkannya tak dapat digerakkan - hingga kini Ivan hanya dapat berusaha merapatkan kedua pahanya untuk melindungi auratnya. Mendadak lampu ruangan menyala kembali dan Ivana sangat terkejut ketika melihat apa yang terjadi dengan dirinya dan siapa saja pelaku yang sedang merajahnya saat ini. Tangan kirinya kini ditindih oleh lelaki yang rebah di samping kirinya dan tadi menjalankan room service : Muchsin !, tangan kanannya ditindih oleh lelaki yang rebah disamping kanannya dan tak asing lagi baginya: Nurdin, sedangkan yang baru menyalakan lampu dan kini sambil menyeringai mendekati tepi ranjang adalah sang pemimpin dari room service sendiri : Iqbal !.
"Mpppffffh, ennnngg, mmmhh", hanya itu suara yang keluar dari mulut Ivana ketika dilihatnya ketiga lelaki yang menggagahinya dan kekesalannya atas kebodohan sendiri semakin bertambah ketika dilihatnya logam dingin yang tadi melekat di lehernya bukanlah pisau tajam tapi sendok makan yang kini masih berada di tangan Muchsin.
"Selamat siang neng, ketemu lagi ya sama mamang yang selalu rindu, sekalian ini keponakan mamang namanya Muchsin pengen banget kenalan sama neng , juga kepala bagian service hotel bapak Iqbal juga udah lama engga dapet service jadi pengen ikutan, mamang udah cerita bahwa si neng udah biasa maen keroyokan, siiip ya neng",
Nurdin menerangkan maksud kedatangannya disertai dua lelaki yang tentu saja melotot melihat tubuh Ivana.
"Uuueeeempfffh, mmmmfppph, aaaeeemmmmpppfh", hanya suara itulah yang keluar dari mulut Ivana tersumpal celana dalam sendiri serta lakban penutupnya.

Nurdin dan Muchsin, keponakannya
Tanpa memperdulikan rontaan dan tendangan-tendangan kaki Ivana yang demikian mulus jenjang itu Iqbal menghampiri dan mendekati tubuh mangsanya, dengan lutut kirinya ditekannya kaki kanan Ivana ke kasur sehingga tak mampu menendang lagi , sedangkan tangan kanannya menangkap pergelangan kaki kiri Ivana. Segera dijilatinya telapak kaki Ivana yang begitu peka dan juga celah-celah jarinya lalu dikulumnya jari kaki Ivana sementara tangan kirinya meraba dan mengelus-elus betis serta paha Ivana. Semuanya itu menyebabakan Ivana menggelinjang kegelian, apalagi kedua lelaki yang rebah di samping kiri kanan tubuhnya kini mulai ikut menggerayangi tubuhnya : tangan-tangan kasar mulai mengusap dan mendaki kedua bukit kembar di dadanya. Kedua buah dada yang memang akibat emosi kekesalan telah naik turun dengan cepat mengiringi desahan nafas Ivana semakin terasa padat kenyal di tangan Nurdin dan Muchsin. Putingnya yang memang dalam keadaan biasapun selalu tegak menggairahkan kini berubah intensitas warna menjadi semakin merah dan terlihat semakin mencuat ke atas seolah menantang mengundang untuk memperoleh perlakuan berikutnya. Nurdin dan Muchsin saling berpandangan dan tersenyum sambil mulai menciumi bahu dan leher jenjang Ivana, jari jari mereka telah sampai ke puncak bukit payudara Ivana , mengusap dan meremasnya disatu saat penuh kemesraan disaat berikutnya lebih memilin memijit dan mencubit agak sadis. Sambil memegang erat kedua nadi Ivana di samping kepalanya ciuman Muchsin dan Nurdin mendekati leher nan jenjang, kemudian terdengar Muchsin mulai mencoba ikut merayu seolah ingin menandingi pamannya
"Gimana rasanya bu, lebih enak lagi kan daripada ngelayani suami ibu, ayolah jangan segan dan malu bu, kita semua udah udah dengar pengalaman ibu dengan paman saya beberapa tahun lalu dan juga beberapa hari lalu"
Kini Iqbal yang sudah sampai rabaan tangannya dibagian paha dalam Ivana juga tak mau kalah nimbrung
"Ikut aja kemauan kita bertiga bu, pasti dijamin ibu puas, duuuuh halus amaaat sih nih paha, abang jadi gemes banget, pengen nyium dan gigit boleh kan bu, ntar ibu jadi punya cupangan merah-merah di selangkangan tanda kenangan".
Ivana menyadari bahwa tenaganya tak cukup untuk melawan Nurdin seorang diri yang memperkosanya beberapa hari lalu di kantor, apalagi kini harus menghadapi tiga orang lelaki : semua perlawanan penolakan akan sia-sia saja. Rasa jengah dan gengsi sebagai wanita cantik berpendidikan dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat masih menahannya untuk langsung menyerah melayani tiga orang lelaki kasar sekaligus. Hal ini diakui memang pernah dilakukannya ketika masih single dan kuliah, namun kedudukan sebagai mahasiswi berbeda dengan statusnya sekarang : itulah yang menyebabkan Ivana masih berusaha menggeliat melepaskan diri walaupun sia-sia saja. Kedua nadi Ivana mulai terasa agak sakit dan lengannya telah kesemutan pegal melawan rejangan Muchsin dan Nurdin, apalagi kini dirasakan kedua nadinya diletakkan di atas kepala dan dicekal kuat oleh satu tangan Nurdin. Dalam keadaan terjepit tak berdaya disertai rangsangan bertubi-tubi menyerang bagian badannya yang amat sensitif Ivana merasakan kembali sedikit demi sedikit gejolak nafsu mengkhianati pertahanan moralnya. Gerakan rontaan yang semula dimaksudkan melawan cengkraman ketiga lelaki perlahan lahan mulai berubah menjadi getaran halus kegelian akibat sentuhan jari-jari para lelaki kasar itu. Rontaan dan hentakan berusaha melepaskan diri kini berubah menjadi gelinjang dan liukan badan sexy telanjang semakin memacu nafsu birahi setiap lelaki, apalagi bagi Nurdin, Muchsin dan Iqbal yang sedang asyik menjarah mangsanya itu. Nurdin mempunyai niat untuk menakluki Ivana secara total dan menginginkan tubuh mulus bahenol itu jauh kemasa depan - oleh karena itu didekatinya telinga Ivana sambil berbisik :
"Gimana neng , senang banget ya di kerubutin kayak begini , mamang juga sayang sama neng dan pengen tiap hari kayak begini - mamang mau jadi jongos dan tukang kebun di rumah neng aja, 'ntar mamang akan servis neng setiap hari setuju engga neng ?". Pertanyaan itu Nurdin sertai dengan jilatan dan tiupan ke lubang telinga Ivana sementara jari tangan Nurdin memilin-milin dan mencubit putingnya.
"Iya bu , saya juga mau jadi supir ibu , kemana aja ibu mau pasti saya anterin sepanjang hari saya ngga nolak , setuju ya bu - saya lepasin sumpelan mulutnya tapi jangan teriak ya ?", Muchsin menimpali ocehan pamannya.

Dengan nafas terengah-engah Ivana menghirup udara setelah mulutnya dibebaskan dari sumpalan celana dalam string sendiri. Ivana ingin memaki maki Muchsin dan Nurdin karena usulnya yang tak senonoh itu tapi sebelum sempat menjawab bibirnya telah dicangkum oleh bibir Muchsin berbau rokok menyebabkan Ivana berjengit. Hidungnya bangirnya makin kembang kempis ketika dirasakannya Iqbal mulai mengecup selangkangan dan bukit Venusnya. Keadaan Ivana adalah ibarat kupu-kupu cantik namun lemah didalam cengkraman tiga labah labah ganas beracun - hanya saja ketiga labah labah itu tidak menyuntikkan racun untuk mematikan mangsanya. Ketiga labah-labah yang sedang "menyantap" mangsanya itu sedang menyalurkan getaran menembus pori kulit Ivana yang putih halus licin, getaran yang memasuki jutaan pembuluh darah Ivana bercampur dengan hormon birahi kewanitaannya , menghangatkan dan mendidihkan hormon birahi ini yang selanjutnya diteruskan masuk ke dalam seluruh syaraf , sumsum tulang belakang dan menyelubungi otak sehatnya sehingga tak dapat melihat membedakan apapun lagi.
"Duuuuh bukan main putih halusnya nih body , engga tahan deh gue , biarin deh hari ini engga dapet upah kerja, asal burung antik gue bisa bisa masuk sarang angeet nyaman, hhhmmm begini manis nih bibir", Muchsin ngoceh sambil menciumi bibir Ivana dan tangannya terus merangsang buah dada kemudian mulai turun ke perut datar.
"Ini baru namanya hidangan kelas satu - minggu lalu bisa ngicipin lagi setelah puasa tahunan , hari ini kena lotere bisa ngerasain lagi , biar miskin engga punya duit tapi bisa kena rejeki kayak begini", Nurdin mencupangi leher Ivana, menciumi - menjilati ketiak licin , mendaki si tedoy lalu menggigit puting sangat menggemaskan itu.
Berbeda dengan Muchsin dan Nurdin yang penuh komentar maka Iqbal terlalu asyik dan rakus menyeruduk paha dan selangkangan Ivana yang begitu putih mulus. Wajahnya kini telah terbenam disitu - mulutnya melekat dibukit gundul Venus, mengendus² bagaikan hewan predator menemukan makanan lezat , sementara Ivana tak berdaya melawan hanya sanggup membuka mengatupkan pahanya bergantian sehingga kuping Iqbal tertutup.
"Udah dong pak , jangaaaan , saya engga mau lagi  , tolong pak Udin saya jangan di-gang-bang , ooooh pak , lepaaaas paak , aaahhhh , engggga , jangaaaan , kasihaniiii saya paaak, aampuuun", Ivana mendesah semakin tak karuan ketika merasa lidah kasar panjang Iqbal mengecup dan mulai masuk ke celah vaginanya.
"Ssssssshhh , hmmmmmhh , slrrrrrp ,cceeeep , slrrrrp , wangi banget nih memek , bapak mau minum madunya , hhhhmmmmhhh, maniiiissssnya ", Iqbal mendesah desah sambil menjalankan "tugasnya" mmempersiapkan lubang yang sebentar lagi akan dimasuki alat kejantanannya. Tak lama kemudian Iqbal merasakan bibirnya dibasahi oleh cairan hangat keluar dari kelenjar didalam dinding vagina Ivana, cairan yang terasa licin berlendir itu merupakan tanda tak dapat disangkal lagi : liang kewanitaan Ivana kini siap menerima kemaluan lelaki !.
Iqbal merasakan waktu untuk beraksi lebih lanjut hampir tiba , namun ia ingin membuat Ivana lemas orgasmus terlebih dahulu - oleh karena itu dicucup dan dirangkuhnya klitoris Ivana yang telah menonjol keluar di antara kedua bibir kecil kemaluannya , dijepitnya dengan hati-hati diantara deretan giginya , dijilatnya dengan penuh mesra lalu digigitnya lagi, demikian berulang-ulang. Ivana merasakan tubuhnya bagaikan terkena aliran listrik yang dimulai dari klitorisnya itu, menjalar dengan cepat kearah sumsum tulang dan ibarat petir menyambar pusat kenikmatan di-otaknya. Disitu telah menunggu jutaan ujung syaraf peka yang langsung meledak menyebarkan percikan sinar ibarat jutaan kunang-kunang tersebar di pelupuk matanya. Di saat itu pula tubuhnya mengejang melengkung melenting ke atas dengan seluruh ketegangan otot yang berada di badannya - menyebabkan ketiga lelaki yang sedang merejangnya harus memakai seluruh tenaga mereka untuk tak sampai melepaskan mangsanya.

Iqbal

"Aaaauuuuuuwww , aaaaaahhhh , iiiiyyyaaaaahh , ooooooohhhh  paaaak Udiiiiin , udaaaaaah, Vanaaa maaaauu keluaaaaar , ooooohh , aaauuuuuuw , aaauuuuw , paaaak udaaaaah", suara Ivana semakin lama berubah dari lengkingan tinggi berakhir menjadi hanya terengah-engah dan mendesah dan berhenti di saat tubuhnya lemas lunglai.
Kini Iqbal merebahkan dirinya di samping Ivana dan penuh kebanggaan penisnya yang besar mengacung ke atas bagaikan tugu kemenangan, sedangkan Nurdin dan Muchsin mengangkat membalikkan tubuh lunglai Ivana.
Dalam posisi hampir tertelungkup Ivana merasakan tubuhnya perlahan-lahan diturunkan dan dengan kemahiran kedua lelaki yang mengangkat tubuhnya maka gerbang kewanitaannya yang basah itu diarahkan untuk ditancapkan ke penis Iqbal. Sedemikian lemasnya Ivana saat itu sehingga dibiarkannya saja tubuhnya ibarat boneka tak bertulang untuk dijadikan permainan ketiga pemerkosanya dan baru disadarinya ketika semua telah terlambat dan penis Iqbal mulai membelah kedua bibir bukit Venusnya. Sambil berusaha memakai sisa-sisa tenaga yang masih ada Ivana kembali berontak namun Iqbal segera memeluknya dari bawah sehingga makin dalam penisnya masuk. Melihat Ivana sudah dipeluk erat oleh Iqbal sehingga tak dapat menghindarkan tusukan penis Iqbal dari bawah , maka Muchsin menempatkan dirinya di belakang pantat bahenol Ivana dan langsung diludahinya kepala penisnya yang juga telah ereksi dan membesar bagaikan tonggak kayu berkepala jamur. Kemudian diludahinya pula lubang anus Ivana yang sedang berdenyut-denyut secara refleks karena rahimnya sedang disodok berulang-ulang oleh penis Iqbal. Menyadari apa yang akan segera menimpanya Ivana meronta lagi ibarat hewan sekarat akan disembelih sambil berusaha menjerit sekuatnya karena tahu betapa sakitnya jika di-sandwich oleh dua lelaki sadis pemerkosanya.
"Aduuuuuuhh, auuuuuuuww , saaakiiiiiit , jang a a a a , auuuffffhpppmmmpf", suara Ivana teredam oleh batang rudal Nurdin yang merupakan penis ketiga kini sekaligus menjarah tubuhnya.
Rupanya Nurdin telah menempatkan dirinya berdiri di atas kepala Iqbal dan siap menunggu saat Ivana menjerit karena ketakutan akan di-sandwich , dan dengan modal kemahiran telah "dilatih" dilakukannya beberapa hari lalu masuklah kemaluannya menerobos rongga mulut Ivana. Kini lengkaplah ketiga lubang Ivana dipenuhi oleh tiga penis lelaki yang bukan suaminya - air mata mulai muncul di pelupuk matanya karena tak disangkanya pengalaman liar yang dilakukannya beberapa tahun lalu ketika masih kuliah kini terulang lagi. Dahulu ia masih lajang sehingga peristiwa itu tidak terlalu dijadikan bahan pemikiran lama - namun saat ini Ivana telah resmi menjadi istri Herman sehingga timbullah rasa menyesal. Perasaan menyesal dan tak nyaman itu semakin menjadi di saat Iqbal agak mengundurkan penisnya sehingga hanya kepala rudalnya yang seperti topi baja itu masih terjepit bibir vaginanya , namun disaat itu dengan sangat kasar dan brutal Muchsin menghunjamkan penisnya yang justru paling panjang dan lebar semaksimal kedalam anusnya. Rasa perih dan nyeri seperti tersayat disertai sakit karena otot lingkar anusnya yang kuat itu dipaksa merengkah melebar menyebabkan Ivana mengarahkan kedua tangannya ke belakang. Ivana berusaha mencakar kedua lengan Muchsin yang sejak beberapa menit mencengkeram bulatan pinggulnya untuk memaksa bongkahan pantatnya terbuka. Kuku-kukunya yang rapih terawat ternyata berhasil membuat beberapa luka di lengan Muchsin.

Muchsin yang ternyata bukan anak kemarin dulu dan agaknya mempunyai kegemaran sodomi agak terkejut disaat lengannya tercakar namun dengan sigap segera dicekalnya kedua nadi Ivana yang langsing, ditekuknya di kedua sikunya serta langsung ditelikung di punggung. Dengan hanya tangan kirinya yang lebar dan sangat kuat Muchsin memegang kedua nadi Ivana di punggungnya, sedangkan tangan kanan Muchsin menggerayang ke bawah meraba-raba dan menemukan buah dada Ivana yang padat montok, diremas-remasnya, dipulir-pulir serta dicubit putingnya dengan kuku. Iqbal yang dengan penuh semangat memeluk pinggang Ivana yang langsing sehingga tak dapat berontak ternyata juga sedang mencaplok payudara Ivana sebelah kiri sambil digigit dan ditarik-tarik putingnya seolah ingin menyusu. Istri Herman yang baru sekitar satu jam lalu merias dirinya sehingga terlihat elok menarik kini terlihat acak-acakan kembali , namun itu tetap tidak mengurangi sama sekali kecantikannya. Bahkan bagi ketiga lelaki yang sedang menggarapnya Ivana adalah korban mereka yang tercantik, berbeda dengan perempuan lain bahkan istri sendiri. Ivana tak sanggup lagi berontak apalagi melawan, tubuhnya yang sedemikian langsing semampai terjepit di antara tubuh Muchsin dan Iqbal, terlihat betapa kontras warna kulit Ivana yang putih halus agak kuning langsat terjepit di antara dua tubuh kekar hitam legam penuh otot sebagai tanda selalu bekerja keras. Ada satu persamaan yang tak dapat di pungkiri : ketiga tubuh itu mengkilat karena penuh keringat akibat "olahraga ranjang yang hangat". Ketiga lelaki yang sedang menikmati Ivana itu kini berusaha mengkoordinasi gerakan persetubuhan mereka : pada saat Nurdin mulai mendorong penisnya sedalam mungkin ke rongga mulut Ivana sehingga menyentuh langit-langit tenggorokannya,  maka Iqbal justru mulai menarik mundur kemaluannya sehingga hanya glans penisnya saja yang digenggam otot vagina Ivana, sedangkan Muchsin sebelumnya baru saja menghunjamkan kejantanannya dan masih maximal terpendam di dalam anus rektum Ivana. Begitulah mereka mengatur sedemikian rupa gerakan maju mundur alat kemaluan mereka sehingga tak ada satu saatpun Ivana dapat menarik nafas lega atau istirahat. Bagaikan tiga mesin bor yang tak kenal lelah mereka mengerjai tubuh wanita kelas atas itu, disertai dengusan nafas mereka saling bersahutan seolah kuda pacuan sedang berlomba untuk mencapai tujuan. Di antara dengusan berat kelaki-lakian itu terseling pula lenguhan rintihan Ivana yang lemah dari hidungnya karena mulutnya sempurna dipenuhi oleh penis Nurdin. Rintihan lemah seorang wanita yang sedang menerima nasib dan pasrah dikuasai oleh tiga lelaki, rintihan menimbulkan iba bagi pendengar biasa namun justru semakin memacu nafsu birahi ketiga pria. Bagaikan dipenuhi kekuatan iblis ketiga lelaki itu seolah tak pernah habis tenaga mereka sedangkan Ivana benar-benar sudah kewalahan dan kehabisan tenaga , tubuhnya hanya gemetar dan menggelepar lemah, sementara tatapan matanya telah kabur - baik oleh air matanya sendiri maupun kembali berkunang-kunang - dan Ivana merasakan bahwa pandangan matanya semakin lama semakin gelap sebagai tanda bahwa tak lama lagi akan pingsan. Pada saat itu Nurdin menjambak rambutnya dan menarik penisnya sehingga keluar sambil berbisik :
"Nikmat ya neng dientot tiga lelaki - kita bisa terus nih sampai sore - neng masih tahan engga ?".
"Udaah mang , Ivana udah ngga tahan lagi bisa mati , ampunin Ivana engga akan lapor siapapun, hentikan mang Ivana ngga sanggup lagi , tolooong mang udaaah dooong", suara Ivana memelas di antara isak tangisnya.
Saat inilah yang dinantikan oleh Nurdin untuk mencapai keinginannya
"Iya deh kalo neng minta stop dan janji engga lapor maka sebentar lagi kita hentikan permainan ini sementara. Tapi neng harus janji menerima mamang sebagai jongos dan tukang kebun di rumah neng di Jakarta dan Muchsin menjadi sopir neng. Sebagai jaminannya kita akan selesaikan permainan kita sebentar lagi sampe neng betul-betul lemes setengah pingsan, lalu akan direjeng gantian kita bertiga dan dalam keadaan telanjang bulat difoto oleh Iqbal dan disimpan di HP-nya. Neng pasti tak akan mungkir dan salah janji kan?".
Ivana merasa putus asa dan tak sanggup menjawab hanya menangis semakin terisak-isak namun kedua lelaki yang sedang men-sandwich-nya tak kenal menyerah dan kompromi, mereka segera melanjutkan dan bahkan kini mempercepat gerakan keluar masuk penis mereka di vagina dan anus Ivana bagaikan piston mobil balapan.
Rasa nyeri-ngilu-geli-sakit-nikmat-perih dan entah apa lagi memenuhi bagian badan bawah intim Ivana pada saat Iqbal menghantam mulut rahim Ivana dari bawah dan teriakan kesakitan yang lemah dari mulut Ivana semakin terdengar memilukan karena dua detik kemudian Muchsin membelah otot lingkar anusnya dan menanamkan alat kelakiannya menggesek lapisan tipis selaput lendir rektumnya.  Hanya beberapa menit Ivana sanggup menahan derita siksaan yang dialaminya, namun setelah sepuluh menit punah semua pertahanannya baik mental maupun badaniah - dan dengan sisa kekuatan terakhir Ivana berbisik dengan suara lemah sukar terdengar :
"Iya mang Udin , saya nyerah tapi cepetan dong abisin permainannya , saya pasti sebentar lagi akan matiiii, udaaah doooong , maang Udin bilangin temennya saya ikutin semua kemauan mang Udin", Ivana terseguk-seguk.
Nurdin dan Muchsin tersenyum penuh kemenangan sang iblis dan memulai lagi penjarahan mulut dan anus Ivana, demikian pula Iqbal mengerahkan seluruh tenaganya menusuk dari arah bawah. Gelora hangat sperma mereka yang masih tersimpan di biji pelir mereka semakin meningkat dan mendekati titik peledakan - semakin cepat - semakin ganas - semakin brutal hunjaman mereka ketiga lobang wanita cantik tak berdaya itu, sehingga akhirnya: disertai suara geraman dan dengus bagaikan banteng ketaton murka secara berturut-turut mereka menyemburkan air mani simpanan mereka : dimulai dengan hantaman rudal Iqbal dipermukaan rahim disertai siraman spermanya, dua detik kemudian anus dan rektum Ivana dibanjiri oleh air mani Muchsin yang berlimpah dan tiga detik berikut mengalirlah semburan lahar Nurdin di tenggorokan si calon majikannya. Ketiga lelaki pemerkosa itu berusaha memulihkan nafas mereka yang tersengal-sengal dan mereka tanpa membuang waktu banyak meletakkan tubuh Ivana di ranjang dalam pelbagai posisi telanjang sangat menantang, kemudian diabadikan di dalam handphone Iqbal sebagai "jaminan asuransi" untuk memperoleh pekerjaan di rumah Ivana.

###########################
Sebulan kemudian.....

Villa mewah yang menjadi tempat permukiman Ivana dan Herman tak terlalu jauh dari kampus di daerah Depok kini telah mempunyai tambahan beberapa pembantu baru : Nurdin memperoleh pekerjaan disitu sebagai jongos pekerjaan kasar dan sekaligus tukang kebun. Jika sampai tiga bulan lalu Ivana selalu mengendarai mobil sendiri kini telah mempunyai sopir baru bernama Muchsin sehingga selama perjalanan kemana pun Ivana bebas untuk menilpon , atau sms atau WhatsApp atau bahkan Skypen dengan semua kenalan dan teman-temannya. Beberapa kali dalam setahun muncul pula seorang lelaki tamu yang selalu datang pada saat Herman bertugas bussiness beberapa hari di luar kota atau bahkan berada di luar negeri. : Iqbal yang ternyata telah memperoleh tempat pekerjaan baru di salah satu hotel mewah berbintang lima di Jakarta. Selain itu sebagai tukang masak dan khusus hanya mengurus villa mewah itu di bagian kamar tidur dan kamar mandi Ivana masuk pula seorang pembantu baru : Suminah berasal dari kota Cianjur , keponakan istri Nurdin yang kedua  - berwajah ayu manis sebagaimana lazimnya wanita desa mojang Parahiangan , bertubuh semampai namun padat bahenol. Masuknya Suminah alias Inah dalam panggilan sehari-harinya inipun adalah atas desakan Nurdin dan Muchsin. Apakah masuknya Suminah sebagai pembantu baru akan menambah semarak kehidupan di villa mewah ini ?. Apakah Suminah yang berusia 21 tahun lulusan SMP itu masih gadis - dan seandainya ia memang masih murni akan sanggup mempertahankan kesuciannya menghadapi Muchsin dan Nurdin pamannya? Atau Suminah justru akan kehilangan kegadisannya di dalam pelukan Herman yang sejak bertemu pertama kali dengan Suminah telah melahap tubuh sintal montok dengan matanya seolah setiap saat ingin menelanjanginya ?.

Jika para pembaca mempunyai ilham dan fantasy untuk melanjutkan cerita ini - silahkan memberikan usul serta pendapat langsung kepada : elzhakhar@hotmail.com atau kepada boss Shu . Terima kasih banyak sebelumnya !      

By: ELZHAKHAR alias SATYROSAURUS

0 Response to The Hottest Liveshow Continues: Ivana

Posting Komentar