“Hai Bro, congrats ya! Hehehe!!” sahut Indra di seberang sana
“Tau darimana Dra? Lu udah di kost emang?” tanyaku masih setengah ngantuk
“Belom hari ini gua maleman balik, cuma tadi si Hany udah ngabarin di SMS”
“Hehe...thank you nih udah ngajak masuk ke sini, asyik gila!”
“Katanya lu udah main sama Hany, Angel sama Amel ya tadi? Wah maruk juga lu, baru masuk udah embat tiga sekaligus hehehe...”
Aku senyum-senyum dan berterima kasih pada Indra karena telah diajak ke kost ini yang mengubah pandanganku tentang seks. Setelah ngobrol beberapa saat akhirnya kami menutup pembicaraan. Setelah ngobrol, dengan memaksakan diri aku bangun dari tempat tidur, namun saat kuberdiri terasa lututku lemas dan bergetar, hampir aku jatuh terduduk. Baru setelah mandi badanku terasa agak segar. Aku keluar dari kamar hendak mengambil beberapa snack yang kusimpan di kulkas bersama dekat dapur. Saat itu hujan lebat sekali disertai sesekali petir dan guntur. Kamar Alex, salah satu teman kost yang juga seuniversitas denganku sudah menyala, ia pasti sedang sibuk dengan komputernya seperti biasa. Hanny masih belum pulang, ia memang biasa pulang malam, kalau tidak sedang bersama teman prianya paling sedang bareng teman-teman ceweknya. Demikian juga Amel, dari yang kuketahui ketika ngobrol waktu makan siang tadi ia hendak ke tempat temannya. Sebelum aku sampai ke kulkas tiba-tiba aku terpancing oleh suara desahan dan adegan yang terjadi di ruang tengah yang terlihat sekilas melalui jendela yang menghubung ke halaman samping. Aku pun sedikit berputar dan hati-hati melongok ke dalam. Pemandangan di dalam sana sungguh membuat penisku mulai bereaksi. Gila, lagi-lagi adegan hot sedang berlangsung.
Sabrina bersandar di sofa dengan Pak Somad, si tukang nasi goreng langganan anak-anak di kost ini, di sebelahnya sedang sibuk menyusu dari payudaranya dan tangannya mengelusi paha mulus gadis itu. Tubuh bagian atas Sabrina sendiri sudah terbuka, kaos ketat tanpa lengannya telah tersingkap ke atas, demikian juga dengan cup branya warna pink-nya. Sabrina memiliki payudara yang ideal, kencang, cukup besar dan menantang ditambah dengan tubuh yang langsing dan putih mulus. Saat itu penisku juga tidak tanggung-tanggung langsung bangun dan mengeras.
Sabrina |
"Hhhggg... hggg..." terdengar desahan Sabrina sambil meremas rambut Pak Somad.
Aku tidak tahu bagaimana permulaan mereka main, kan aku tidak lihat. Tapi nampaknya mereka belum lama mulai. Di meja depan sofa itu nampak sebuah piring kosong bekas nasi goreng dan sebuah gelas, pasti Sabrina baru menghabiskan nasi goreng dari Pak Somad pikirku. Televisi yang masih menyala sedang menayangkan sinetron membosankan tapi banyak digandrungi itu sepertinya sudah diabaikan.
"Aaaccchhh..." desah nikmat Sabrina seraya mendongakkan kepalanya ke atas saat tangan Pak Somad membelai-belai selangkangannya dari luar celana pendeknya.
Kemudian tangannya menyibakkan rambutnya ke belakang memperlihatkan leher jenjangnya yang menggiurkan. Sungguh suatu paduan gerakan alami nan menawan. Sejurus kemudian ia menyilangkan kedua tangan dan meloloskan kaos yang telah tersingkap itu lalu meletakkannya di meja. Pak Somad juga kemudian bangkit dan melepaskan celana yang dikenakannya termasuk celana dalamnya. Segera menyembullah penisnya yang kepalanya disunat. Sabrina tanpa malu-malu menggenggam batangnya dengan tangan kanan, dikocoknya perlahan lalu ia membuka mulut dan melahapnya hingga tertelan oleh mulutnya yang dihiasi bibir mungil itu. Milik si tukang nasi goreng itu kelihatannya ukurannya kurang lebih sama dengan punyaku hanya saja lebih hitam sedikit.
"Non... achhh... ach...!!" erang Pak Somad yang memuncak nafsunya.
Tanganku mulai meraba-raba selangkanganku sendiri. Kira-kira tak sampai sepuluh menit Sabrina mengoral penis Pak Somad, ia mengeluarkannya batang itu dan segera si tukang nasi goreng itu berjongkok di depan Sabrina lalu menarik celana pendek serta celana dalamnya hingga terlepas seluruhnya. Sekarang Sabrina sudah bugil total, dia tidak mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya sementara Pak Somad tinggal memakai kemeja lusuhnya saja. Bulu-bulu hitam lebat menghiasi kemaluan Sabrina, sungguh menggairahkan. Aku sebenernya bisa saja nongol di depan mereka dan ikut bergabung, tapi aku sedang ingin menyaksikan adegan beauty and the beast ini dulu, rasanya ada sensasi tersendiri yang tidak kalah seru seperti tadi siang menyaksikan Amel dikerjai oleh Pak Kasimun si penjaga kost. Pak Somad perlahan membelai dan menciumi tubuh mulus itu. Mulutnya nampak menggelitik telinga kanan Sabrina, turun ke leher, lalu menyusuri bahu berputar-putar di sana sejenak dan terus turun mendekati bukit nan menjulang sebelah kanan. Dia membiarkan kedua payudaranya dimainkan pria setengah baya itu, malah dengan tangannya dia mengarahkan sebelah tangan pria itu yang satu lagi untuk menggerayangi vaginanya.
"Ssshhh... achhh...ya Pak!" sayup-sayup aku dapat mendengarkan rintih nikmat Sabrina.
Sekarang jari-jari Pak Somad menyibakkan rumput hitam lebat itu dan mulai mencucuk-cucuk ke lubangnya.
"Eennhh....terus Pak...gitu eeemm!!" tangan kanan Pak Somad sibuk tepat di pusat itu dan nampak Sabrina sangat menikmatinya.
Lagi seru-serunya mengintip sambil menggosok-gosok selangkanganku tiba-tiba saja bahuku ditepuk dari belakang membuatku sedikit kaget.
“Hei...ngapain?”
“Haduh...Kak Angel, ngagetin aja, itu Kak, si Sabrina tuh, lagi rame nih!” kataku dengan suara pelan
Ternyata Angel, si pramugari cantik yang tadi siang bercinta denganku, yang menyapaku dari belakang. Dia tetap cantik meskipun baru bangun tidur, apalagi saat itu ia memakai gaun tidur tipis warna pink ditambah sebuah cardigan putih.
“Kok gak masuk aja? Yuk ikutan aja, kan kamu udah anggota klub” Angel menarik pergelangan tanganku dan mengajakku masuk.
“Eh, entar...entar aja Kak, gua masih pengen ngeliatin Sabrina dikerjain Pak Somad, lagian mereka lagi enjoy duaan, kita nonton aja dulu Kak” kataku sambil menarik kembali tangan Angel, “omong-omong Kak, waktu sebulan sebelum gua jadi member, kok gua ga pernah liat yang terang-terangan gini ya? Apa kalian emang sengaja puasa seks dulu kalau ada orang luar?”
“Eeemmm, berarti si Hany belum jelasin ke kamu Ric, gini loh tandanya...itu tuh kamu liat lukisan Bali di sana itu kan?” tunjuk Angel ke arah lukisan wanita Bali bertelanjang dada sambil memikul buah-buahan di atas kepalanya.
“He-eh, lukisannya emang sebelumnya beda sih, tadinya penari Bali duaan itu kan?”
“Nah itu dia tandanya, kalau lukisan yang digantung yang itu, tandanya kondisi di sini safe for sex, jadi kamu boleh ngentot di mana aja di kost ini, mau di dapur, ruang tengah, koridor, terserah karena saat itu cuma ada orang dalam di sini” jelas Angel
“Berarti kalau yang dipasang lukisan dua penari jadi sebaliknya dong ya?”
“Yup betul, kalau lagi ada orang luar, tamu, atau penghuni baru yang masih masa seleksi seperti kamu dulu, yang dipasang ya lukisan penari itu. Kalau gitu artinya kita harus liat sitkon kalau mau gituan, minimal jangan di tempat terbuka lah, di kamar masing-masing aja. Itu tugasnya Pak Kasimun sih, dia yang memantau situasinya”
“Ooo...gitu toh kodenya, baru ngerti gua sekarang” kataku mangut-mangut.
“Ya udah kalau lu masih pengen nonton mereka lanjut aja dulu” kata Angel, “biar nontonnya lebih enak....gimana kalau...”
Angel meneruskan kata-katanya dengan berlutut di depanku lalu tangannya dengan lincah menarik turun celana beserta celana dalamku. Penisku yang sudah tegang itu segera mencuat tegak di hadapan wajahnya. Jemarinya yang lentik dan lembut itu segera menggenggam batang kemaluanku. Diremas-remas sebentar dan dikocok lembut, serta dieluskan pada pipinya.
Pak Somad |
“Uhhh....Kak, tempo lambat aja yah, biar ga buru-buru ngecrot!” aku mengerang-ngerang kenikmatan.
Sambil menikmati pelayanan oral Angeline, kembali aku melihat ke dalam sana. Wow, Sabrina dan Pak Somad kini sudah bergaya 69, Sabrina berada di atas dan sedang mengulum penis Pak Somad yang sesekali ia kocok dalam genggamannya, sementara Pak Somad sedang asyik menjilati dan mengobok-obok vaginanya. Wajah Sabrina memerah menahan gejolak nafsunya yang sudah tak tertahan lagi, sesekali keluar desahan sensual dari bibir mungilnya. Ia mengocok batang kemaluan si tukang nasi goreng itu hingga terlihat kepala penis itu terkadang menyembul di antara kulit kelaminnya. Batang kemaluan Pak Somad nampak berwarna merah ketika darah beserta nafsunya terpompa akibat kocokan tangan Sabrina. Sementara Pak Somad menghujani klitoris gadis itu dengan jilatan dan gesekan jemari tangannya, bibir vaginanya juga ia jelajahi dengan jilatan lidah yang mengelilingi liang kenikmatannya itu. Mungkin kira-kira seperti itu lah karena aku melihatnya tidak dari dekat, yang jelas Sabrina mendesah hebat sampai tubuhnya berkelejotan. Sementara di luar jendela, aku juga berjuang menahan suaraku agar tidak mendesah terlalu keras menahan rasa geli campur nikmat dari pelayanan oral Angel supaya tidak ketahuan sedang mengintip.
“Akhhh…enak Kak…tapi pelanin please” desahku lagi sambil memegang kepalanya, aku memintanya agar tidak terlalu heboh memperlakukan ‘adik’ku.
Angel cukup pengertian, ia melambatkan gerak maju-mundur kepalanya, namun hisapan-hisapannya tetap memberikan kenikmatan padaku. Pak Somad menepuk pantat Sabrina dan gadis itu turun lalu membaringkan dirinya telentang di sofa. Sambil nyengir mesum Pak Somad membuka kedua kaki Sabrina dan mengambil posisi siap di antara kedua pahanya. Perlahan pria itu mulai melesakkan batang kemaluannya hingga menembus dan membuka liang sorgawi Sabrina. Perlahan tetapi pasti, seiring dengan kaki Sabrina yang panjang menekuk menyambut batang yang memberikan kenikmatan birahi itu. Pak Somad melakukan penetrasi tanpa kesulitan berarti, tak lama setelahnya mulailah ia bergerak perlahan memompa. Sebentar saja gerakannya sudah seirama dengan gerakan Sabrina yang diiringi nafas memburu pria itu dan desah lirih tiada henti dari mulut si gadis. Adegan persenggamaan di atas sofa itu membakar birahiku yang masih mengintip di luar. Penisku yang sedang dilayani oleh Angel terasa semakin berdenyut-denyut di dalam mulutnya. Kalau tidak kuhentikan juga aku mungkin sudah ejakulasi, padahal ini baru pembukaan, maka aku pun segera memintanya berhenti,
“Kak...udah Kak, udah dulu sepongnya...bisa keluar duluan nih!” kataku dengan berusaha memelankan suara.
“Kok berenti sih!? Tanggung amat, makanya dibilang kita gabung ke dalam aja!” Angel protes.
“Eee...kan saya bilang juga nanti kita bakal masuk, tapi sekarang nonton dulu Kak!” kataku, “yuk sekarang gantian Kak!” kupegangi lengannya dan menariknya hingga ia berdiri.
“Gantian apanya Ric?”
“Gantian tadi kan Kakak yang kocokin saya, na sekarang saya yang ngocokin Kakak!” kataku sambil memutar tubuh Angel ke arah jendela lalu menghimpitnya dengan tubuhku dari belakang.
Kedua tanganku menggerayangi payudaranya dari luar, ia tidak memakai bra sehingga aku dapat merasakan putingnya. Pramugari cantik ini mendesah ditahan ketika biji kecil di payudaranya itu kupilin dengan kedua jemari tanganku. Ia nyaris tak dapat lagi menahan libidonya, hal itu nampak dari mukanya yang memerah dan putingnya yang mengeras. Dengan kakiku aku menggeser kakinya sehingga membuka lebih lebar untuk memberiku ruang menggerayangi bagian bawahnya. Tangan kiriku turun meraba-raba paha mulus Angel yang masih tertutup gaun tidur yang menggantung kira-kira sejengkal di atas lututnya. Kuusap perlahan kemudian naik menuju ke atas yaitu selangkangannya.
“Ughhh…Ric…” rintih Angel ketika jemariku dengan nakalnya mulai membelai selangkangannya dari luar, mulutnya mendesah perlahan ketika jemariku dengan lembut membelah bibir vaginanya
Celana dalam itu sebentar saja telah basah seiring dengan semakin liarnya permainan jariku di bibir vaginanya. Sementara tangan kananku kini menyusup ke kerah gaun tidurnya dan langsung mencaplok payudara kanannya.
“Uuuhh....anak baru udah nakal banget kamu yah!” desahnya menggigit bibir bawah.
“Hehe...ya gimana gak nakal kalau lingkungannya bikin jadi nakal Kak?” balasku
Jemari tangan kananku meremas payudaranya bergantian dan memilin putingnya sementara itu tangan kiriku menggesek klitoris dan bibir vagina Angel sehingga membuatnya semakin lemas tak kuasa menahan sentuhan-sentuhan erotisku .
Di dalam sana, pertarungan Pak Somad vs Sabrina juga makin seru saja, Pak Somad masih dengan perkasanya membombardir vagina Sabrina tanpa ampun sehingga tubuh gadis itu terguncang-guncang akibat sodokan ganas pria itu. Hujan di luar semakin deras ditambah dengan sesekali sambaran kilat dan bunyi gemuruh, suara desahan nikmat di dalam masih terdengar sedikit ke tempat kami. Semakin lama genjotan penis Pak Somad terlihat makin cepat mengobok-obok vagina Sabrinya sampai membuat payudara gadis itu tergoncang-goncang seperti terlanda gempa bumi. Sabrina meraih kepala si penjual nasi goreng itu yang langsung memagut bibirnya. Mereka nampak saling melumat dengan ganas yang disebabkan gelombang dahsyat yang menerpa birahi mereka.
Angel tidak dapat berdiri tegak lagi, tubuhnya terus menggeliat dalam dekapanku. Celana dalamnya sudah melorot dan kini menggantung di pahanya yang mulus itu. Aku dapat merasakan nafas Angel terengah-engah ketika ia menggelinjang keenakan dengan rangsangan kedua tanganku di vagina dan payudaranya.
“Akhhh…aaahh...!!” Angel tersentak ketika merasakan jariku menyodok ke vaginanya.
Sodokan jariku berlanjut lagi, kali ini telunjukku ikut masuk menyusul jari tengahku yang sudah masuk sebelumnya. Kugerak-gerakkan kedua jariku mengaduk-aduk liang kenikmatan Angel, liang itu pun semakin becek dan menimbulkan bunyi berdecak karena kukocoki seperti itu.
“Rico...oohhh...pelan-pelan...aaahhh...aahhh!!”desah Angel sambil tangan kirinya memegangi tanganku meminta agar aku menurunkan kocokanku.
Namun aku justru mempercepat kocokanku, jariku bukan saja melakukan gerakan menusuk-nusuk, tapi juga diselingi dengan gerakan mengaduk sehingga Angel merasakan vaginanya seperti dimixer.
“Aaahh...Rico...gila!” ia orgasme, cairan kewanitaannya mengucur deras sampai membasahi tanganku dan ia tidak bisa lagi menahan desahannya sehingga kali ini suaranya tidak terkendali, ditambah lagi tangannya tanpa sengaja menggebrak jendela, ‘brak!’ memang tidak kencang tapi tentu orang dari dalam terkejut sehingga mereka pun menoleh ke arah kami.
“Hi....hehehe...!” aku menyapa sambil cengengesan ke arah mereka.
Mengetahui yang mengintip ternyata orang dalam juga, Sabrina pun tersenyum dan tanpa canggung melambaikan tangan ke arah kami agar masuk.
“Kak Angel...Rico...ayo sini, ngapain di sana?” panggilnya
“Masuk yuk, di sini kan nyamukan!” Angel menarik pergelangan tanganku setelah menaikkan kembali celana dalamnya.
“Nah sekarang nih pesta yang sebenernya mulai, yes...yes...yes!!” kataku dalam hati dengan girang.
Kami masuk lewat pintu samping tidak jauh dari jendela tempat kami mengintip.
“Kak Angel...kapan pulang!?” Sabrina menyambut kami tanpa sehelai benang pun di tubuhnya begitu kami tiba di tengah ruangan.
“Tadi siang, terus tidur sepanjang hari cape banget” jawab Angel
Mereka cipika-cipiki sejenak lalu disusul berpagutan bibir selama beberapa saat, lidah mereka juga ikut main. Kedua wanita ini melakukannya di depanku dan Pak Somad tanpa malu-malu.
“Na...” sahut Angel setelah melepas ciuman mereka, “nih anggota baru, baru resmi masuk tadi siang!”
“Yea, I know, Pak Kasimun udah ngomong kok, Hany yang melantik ya” kata Sabrina sambil menghampiriku, “gimana Ric? Lu enjoy di klub ini?” tanyanya padaku dengan senyum yang nakal, tangannya membelai dadaku
“Ya enjoy lah masa ada yang asyik-asyik gini ga enjoy Na hehehe” jawabku, belaian Sabrina telah sampai ke tonjolan di selangkanganku begitu aku menyelesaikan kalimatku.
“Hhhmmm...udah keras gara-gara ngintipin kita tadi ya?” tanyanya, aku mengangguk dan senyum-senyum saja menjawabnya “Ric, gua kasih tau ya...di klub ini ga ada ngintip-mengintip, kalau mau liat ya liat aja langsung, kalau mau ngentot ya ngentot langsung, paham?” katanya dengan wajah dekat sekali dengan wajahku.
“Iya, paham bos” aku mengangguk dan cengengesan lagi.
“Dan gua ga suka diintip Ric...karena itu lu harus dihukum!” lanjutnya dengan suara lebih tegas tapi menggoda.
“Emang hukumannya apa Na?” tanyaku
“Puasin gua, puasin sampe gua takluk!” jawabnya, suaranya mendesah sehingga membuatku semakin bergairah.
Kutatap tubuhnya yang indah dan padat berisi, tingginya sepantaran denganku. Sungguh karya agung dari Sang Pencipta, melihatnya saja membuat penisku semakin tegang. Sabrina (21 tahun) juga sama-sama anak kuliahan seperti aku dan kebanyakan penghuni di sini, tapi berasal dari universitas yang berbeda. Gadis berdarah Jawa-Tionghoa-Australia ini memang memiliki kecantikan khas blasteran dengan rambut kecoklatan dan mata yang indah. Dengan modal itu, sambil kuliah ia juga tengah merintis karir sebagai model dan foto-fotonya telah terpampang di beberapa majalah. Sejak awal masuk kost ini aku sudah tergiur dengannya apalagi ia sering berpakaian seksi sehingga membuat mupeng, hari ini akhirnya fantasiku menjadi kenyataan. Tanganku mendarat di bahunya, turun ke bawah merasakan kulitnya yang halus, payudaranya begitu kenyal dan bentuknya indah, belaianku terus ke bawah. Sabrina tersentak dan melenguh ketika tiba-tiba jariku menusuk ke vaginanya.
“Uuuhh...yes, ayo lagi...lu ga cuma bisa segitu kan?” tantang Sabrina dengan suaranya yang menggoda dan tangannya melingkar ke leherku.
Merasa tertantang, aku pun semakin mengintensifkan serangan pembukaanku.
“Ah, empfff, enak Ric…..” desahannya semakin menjadi saja saat jari-jariku memainkan bibir kemaluannya dan juga klitorisnya.
Aku gesek-gesekan jari tengahku di klitorisnya yang membuat dia menjadi kalang kabut menerima luapan hasrat nafsunya sendiri. Tak butuh waktu lama sebelum akhirnya dia lemas dan mungkin sudah tersungkur kalau tidak kudekap tubuhnya. Kubaringkan dia di sofa , payudaranya kujilati tanpa melepaskan jari-jariku dari vaginanya. Desahan-desahan mulai keluar dari mulutnya makin tak terkendali. Sementara tanganku yang satunya mulai beroperasi di lekuk-lekuk tubuhnya yang lain, mulai punggung , pantat hingga paha Sabrina. Diperlakukan seperti itu akhirnya Sabrina pun mau tak mau semakin terbuai, desahannya mulai disertai jeritan kecil menahan rasa nikmat ketika puting susunya kugigit-gigit. Payudara montok itu pun kurasakan mengeras dan putingnya mencuat seolah-olah meminta lebih.
“Rico…ackhhh…lu udah pernah entotin…berapa..ackhhh…cewek sebelum masuk ini..ackchh...ahhh!” desahan maupun rintihannya sudah tidak dapat dibedakan lagi.
Sabrina tampak sangat menikmati pemanasanku seutuhnya. Setiap kali aku menyodokkan jariku dan mengorek-ngorek dalamnya, ia langsung menggelinjang dan mendesah yang semakin lama semakin keras saja volumenya.
“Baru sama mantan gua aja kok Na, kenapa emang?” jawabku sambil tersenyum yang kemudian dengan rakusnya dia mulai mengenyot payudaranya dan mengorek-ngorek vagina Sabrina yang berbulu rapi itu dengan.
Aku memang paling suka melakukan pemanasan yang hot, berdasarkan pengalaman dengan mantanku serta bacaan dan film-film bokep, aku sudah banyak mencoba macam-macam gaya. Mantanku juga mengakui ia sangat puas dengan foreplayku sehingga ke sananya permainan lebih panas. Hasilnya sudah dapat ditebak, Sabrina pun tidak akan tahan dengan cumbuan dan sentuhan erotisku pada tubuhnya. Dia menyerah dan akhirnya mengikuti kemana nafsuku membawanya pergi. Setelah beberapa saat lamanya jari-jariku bergerilya di daerah vaginanya, cairan kewanitaanya sudah mulai berleleran membasahi daerah kewanitaannya.
Angeline |
Sementara aku sibuk dengan Sabrina, Angeline pun berailh ke Pak Somad untuk mereguk kenikmatan birahi bersamanya.
“Non Angel, kemana aja nih, lama ga keliatan...sini dong sama Bapak!” sahut Pak Somad sambil menepuk pahanya, “kangen nih!”
“Ya ginilah profesi saya Pak, kalau di luar bisa lama, baru pulang tadi siang” jawab Angel sambil berjalan ke arah dispenser dekat situ, dituangkannya air ke gelas dan diminumnya.
“Jalan-jalan ke mana aja Non kemaren?” Pak Somad masih tetap duduk di sofa sambil sesekali melihat ke arahku dan Sabrina yang sedang asyik.
“Deket-deket aja kok, Singapur, Malay, Thailand, Filipina, Australia...”
“Asyik ya Non jadi pramugari, jalan-jalan terus kerjanya hehehe”
“Yang asyik mah penumpang pesawatnya Pak, kita sih banyaknya di pesawat sama bandara, paling ada waktu dikit-dikit aja buat nyantainya” Angel menuangkan air lagi dari dispenser dan kembali menghabiskannya.
“Non kangen sama Bapak ga? Bapak asli kangen loh hehehe” seloroh Pak Somad
Angel hanya tersenyum sambil berjalan menghampiri Pak Somad di sofa. Ia akhirnya berdiri di hadapan pria itu yang menengadah memandangnya dengan tatapan mesum.
“Jadi bapak kangen sama saya? Apa buktinya kalau bener kangen Pak?” suara Angel mendesah menggoda si penjual nasi goreng.
“Ya kangen contohnya ngelusin paha Non yang bagus ini” jawab Pak Somad, tangannya meraih paha luar Angel dan mengusapnya, tangannya semakin ke atas akhirnya menurunkan celana dalamnya.
Angel menggerakkan kakinya membiarkan celana dalamnya dilolosi. Pak Somad meletakkan celana dalam tersebut di sofa. Disibakkannya bagian bawah gaun tidur Angel yang pendek itu. Tubuh Angel bergetar saat pria itu mencium kemaluannya dan tangan satunya meremas bokongnya. Akhirnya dia juga malah merapatkan kemaluannya ke bibir Pak Somad dan mengangkat kaki kanannya di sandaran tangan sofa.
“Bapak juga kangen sama memek Non yang wangi ini....mmmmhh!” ujar Pak Somad lalu menciumi wilayah kewanitaan Angel
Secara naluriah Angel mulai menggoyangkan pinggulnya supaya pria itu lebih leluasa menciumi kemaluannya dan ia sendiri semakin menikmati jilatannya. Wajah cantiknya menengadah dengan mata terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan merasakan nikmat lidah Pak Somad yang mengais-ngais vaginanya. Ia mengelus-elus kepala Pak Somad dan semakin merapatkannya ke selangkangannya. Rupanya si penjual nasi goreng itu tanggap bahwa Angel akan mencapai puncak. Maka dihisapnya wilayah kewanitaan Angel kuat-kuat sampai terdengar bunyinya, ssrrrpp....sssrrrppp...
"Uuhh!!" lenguhan Angel dengan merapatkan kakinya dan tubuh mengejang.
Setelah Pak Somad melumat kemaluan Angel, tidak ketinggalan seluruh sisa cairan yang masih ada di sekitar wilayah kenikmatan itu, dibersihkan dengan lidahnya. Oh enak sekali kelihatannya sampai aku makin bersemangat mengocoki vagina Sabrina. Selesai menikmati jilatan dan hisapan pada vaginanya, dengan gerakan menggoda Angel naik ke pangkuan Pak Somad. Setelah menyibakkan rambutnya yang agak kusut ke belakang dia meraih penis Pak Somad yang sudah benar-benar tegang dan membimbingnya memasuki liang kenikmatannya. Sejurus kemudian Angel menggerakkan pinggulnya memainkan gerakan indah berirama turun-naik berulang-ulang. Tangan Pak Somad melepasi cardigan yang dipakai Angel dan menjatuhkannya ke lantai. Kemudian disusul kedua tali bahu yang menyangga gaun tidurnya itu, dipelorotinya hingga ke bawah dada sehingga kedua payudara montoknya menyembul di depan wajah pria itu. Kepala Pak Somad langsung nyungsep ke ketiak Angel. Diciuminya lembah ketiak Angel yang bersih tak berbulu itu. Sambil menggarap Sabrina, kusaksikan bagaimana Angel menggeliat-geliat di atas pangkuan Pak menerima nikmatnya kecupan dan jilatan pria itu serta sodokan-sodokan penisnya pada vaginanya. Tanpa ragu Angel mendesah dan merintih menahan derita birahi yang sedang melandanya. Hal itu memberikan pemandangan indah tersendiri, terlebih ketika ia mendongakkan kepalanya meresapi gelombang kenikmatan yang datang menerpanya. Pak Somad juga melenguh dan mendesah merasakan penisnya diremas-remas dinding kewanitaan Angel. Dia mengelusi punggung Angel dan mengenyoti payudaranya dengan rakus. Tak lama mulutnya naik dan memagut bibir Angel, keduanya pun berciuman dengan penuh birahi sementara tangan pria itu tetap bergerilya di sekujur tubuh Angel. Seksi sekali Angel saat itu, dengan gaun tidur pinknya masih menyangkut di perut ia naik-turun di pangkuan Pak Somad. Lenguhan dan desahan nikmatnya yang tak jarang berupa teriakan.
Sekarang posisiku dan Sabrina berbaring menyamping di sofa, aku mendekapnya dari belakang dengan tangan kanan meremasi payudaranya dan tangan kiri mengobok-obok vaginanya. Sesekali kami berpagutan mulut, telinga dan lehernya tak luput dari jilatan dan ciumanku. Setelah kurasakan vaginanya sangat basah, kutarik jariku dari liang kenikmatan itu. Cairan bening berleleran di jariku dan kusodorkan ke mulutnya. Sabrina membuka mulut dan mengemuti jariku yang berlumuran cairan kewanitaanya sendiri. Dari caranya menjilat saja aku sudah merasakan dia sangat ahli dalam bermain oral seks.
“Gua tusuk sekarang ya Na!” kataku dekat telinganya
“Daritadi juga gua udah pengen...ayoh...aahh....jangan bacot terus!” Sabrina nampak sudah tidak tahan, itu terlihat dari vaginanya sudah sangat becek.
Kuangkat betis kirinya sehingga kakinya membuka, lalu segera kulesakkan penisku sedikit demi sedikit kedalam vaginanya. Bibir vagina Sabrina mulai membelah membuka lebar menerima tusukan penisku.
“Ahhhhh, achh, ahhhh…Ric!!!” ia mendesah sejadi-jadinya,
Aku meneruskan proses penetrasi, tidak terlalu sulit sih karena vaginanya sudah sangat berlendir karena sebelumnya sudah main dengan Pak Somad.
“Aaagghhh!!!” erangan Sabrina berakhir keras saat seluruh penisku masuk ke dalam liang kewanitaannya.
Tanpa buang waktu lagi, aku memulai dengan sodokan-sodokan ringan disertai beberapa kali gerakan memutar. Secara bertahap aku semakin menaikkan frekuensi sodokan penisku dan membuat Sabrina menjadi kalang kabut. Setiap kali penisku menusuk lebih dalam maka semakin erat pula jepitan vaginanya.
"Aaahhh....aaahh....iya gitu Ric...aaahh...aahh!", Sabrina semakin menggila, tubuhnya semakin menggelinjang dan sesekali rambutku dijambaknya.
Vaginanya semakin basah dan berkedut-kedut seakan-akan memijat penisku, nikmat sekali.
"Argh..", desahku keenakan merasakan persenggamaan ini, dengan irama kocokan yang semakin cepat, suara gesekan dan benturan yang basah.
"Aduh Ric, gua nggak tahan lagi, mau keluar nih rasanya....eeeemmmhh....aaahhh", desah Sabrina yang merasakan g-spotnya tergesek dengan penisku
Aku dapat merasakan vaginanya semakin berkedut-kedut dan lendirnya juga semakin banyak sehingga pahaku basah oleh cairan kewanitaan yang keluar sangat banyak. Sebenarnya aku juga sudah nggak tahan ingin keluar, apalagi mendengar desahan erotis dan melihat wajah cantik yang sayu itu ketika di ambang klimaks, maka aku pun mempercepat genjotanku. Dan akhirnya spermaku mendesir ke batang penisku dan aku mencapai orgasme yang diikuti pula dengan orgasme Sabrina.
"Ough...keluar nih Na... Ahh..", erangku saat air maniku keluar dengan derasnya di dalam vagina Sabrina.
Sabrina terbaring dalam dekapanku masih dalam posisi menyamping seperti sebelumnya. Vaginanya berkedut seakan-akan memeras sisa spermaku. Sementara di sofa sebelah, Pak Somad dan Angel sudah berganti posisi, kali ini Angel berbaring telentang dan Pak Somad di antara kedua kakinya sibuk menggenjoti vagina si pramugari cantik itu.
"Asyik kan ML rame-rame gini?" kata Sabrina padaku, “lu pernah ga sebelumnya?”
“Belum lah...gua ga nyangka ada klub ginian dan gua bisa masuk di dalamnya, lu sendiri udah dari kapan jadi member Na?”
“Dua tahun lebih...lumayan lama, diajak temen yang tadinya kost disini juga”
“Kalau udah ga kost disini masih terhitung member orgy club ga Na? Maksudnya masih bisa gituan lah” tanyanya
“Mmm...ya tergantung, ada alumni sini yang memang masih suka ikut acara kita kok, tapi biasa kalau yang dari luar kota udah lulus gitu ya biasa susah kontaknya lagi”
Aku mangut-mangut sambil mengelus punggungnya yang mulus. Setelah lima menitan istirahat dan ngobrol ringan dalam posisi ini, aku bangkit hendak mengambil minum. Aku berjalan ke dispenser mengambil dua gelas plastik dan menuangkan air ke dalamnya. Saat itu Pak Somad semakin gencar menggempur vagina Angel. Ditindihnya tubuh pramugari itu dan gerakan pinggulnya semakin gencar. Mereka juga bercumbu dengan ganas sehingga dari sela-sela mulut mereka terdengar bunyi desahan tertahan. Aku kembali ke sofa tempat kami tadi dan menyodorkan gelas pada Sabrina.
“Thanks” sahutnya seraya menyambut gelas itu dan meneguknya, “lu masih pengen lagi? Atau udahan?” tanyanya
“Pengen lagi dong, masa udahan...tapi kumpul tenaga dulu ya” kataku sambil menjatuhkan pantatku di sebelahnya.
Sabrina lalu menggeliat bangkit dan duduk di sampingku, ia menjilati penisku yang telah mengendur lalu membersihkannya dengan lidahnya.
Saat itu tiba-tiba pintu samping terbuka dan Alex masuk dengan membawa panci kecil. Yang lain hanya melihat sebentar lalu terus beraktivitas lagi, sementara aku sedikit terkejut, maklum masih pendatang baru. Alex juga adalah teman sekampusku, tapi beda fakultas, ia kuliah di fikom (fakultas ilmu komputer). Pemuda Tionghoa berambut cepak dan berwajah mirip tikus ini terbilang seorang yang nyentrik, seorang computer dan gadget freak yang sering menghabiskan waktunya berjam-jam di depan monitor, selain kuliah, ia juga part time di sebuah toko komputer milik saudaranya. Ia sangat dapat diandalkan kalau minta bantuan yang berhubungan dengan minatnya itu, pernah dia memperbaiki laptopku yang kena virus, dia juga tidak pelit berbagi koleksinya yang banyak mulai dari musik, program hingga bokep, baik bokep normal maupun yang aneh-aneh seperti scat atau beastiality. Di kost dia lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya sibuk di depan komputernya dan hanya keluar kamar untuk makan dan mencari pelepasan stress dengan ngeseks tentunya. Menurut penuturan Amel tadi siang, gaya seks Alex sering aneh-aneh, suka main ikat-ikat dan sedikit kasar, kadang malah kalau lagi mumet dengan komputernya ia meminta salah satu dari wanita di kost ini untuk mengoralnya sambil dia sendiri mengutak-atik komputer, katanya kadang membuat otak jadi jalan lagi. Aku berpikir mungkin semua itu merupakan bentuk pelampiasannya dari hasrat seks terpendamnya yang sehari-hari nampak seperti nerd itu. Hobi nyeleneh Alex lainnya, masih berdasarkan penuturan Amel, adalah suka mendokumentasikan adegan seks yang dilakukannya sendiri maupun yang dilakukan orang lain dengan handycamnya dan file-filenya ia simpan di hardisknya. Untuk yang satu ini, ia pernah ditegur Om Dedy, pemilik kost sekaligus ketua Orgy Club ini, karena berisiko tinggi bila rekamannya bocor ke luar, namun entah bagaimana ia dapat meyakinkan Om Dedy bahwa ia hanya menyimpan semua hasil rekaman itu untuk pribadi, tidak akan pernah masuk ke internet ataupun dishare pada siapapun, bahkan Om Dedy sendiri pernah meminta hasil dokumentasi waktu orgy party bulanan darinya. Dari karakternya yang cenderung introvet itu sepertinya ia memang bisa dipercaya, juga kata Amel, ia tidak pernah mengshare file-file rekamannya pada siapapun termasuk penghuni kost yang menginginkannya untuk koleksi pribadi, ia hanya mengijinkan mereka menonton rekaman itu di kamarnya. Kepadaku sewaktu aku masih belum masuk klub, ia tidak pernah menyinggung sedikitpun mengenai hal itu maupun segala sesuatu di kost ini yang waktu itu belum waktunya kuketahui. Hhhmmm...lain kali aku akan minta ijin untuk melihat rekaman-rekaman serunya, kan sekarang udah member, pasti boleh lah.
“Hai Lex, mau gabung? Ini member baru kita nih!” sapa Sabrina.
“Nggak dulu...lagian member barunya cowok, masa main pedang-pedangan, mau bikin mie dulu, laper nih” jawabnya, “met mupeng dah Ric!” katanya padaku, “eeh...Kak Angel, udah pulang ya!” katanya melihat ke Angel yang sedang disenggamai Pak Somad.
“Baru tadi siang!” sahut Angel membalas sapaan Alex di tengah gempuran Pak Somad pada vaginanya.
“Jadi pengen anget-angetan bentar sama Kak Angel nih!” Alex meletakkan panci yang dibawanya di atas dispenser lalu menghampiri Angel di sofa.
“Yee...Kak Angel lagi sibuk malah diganggu, gua yang lagi break dicuekin!” kata Sabrina.
“Kalau lu kan tiap hari juga ada di sini Na, avaiable everytime, Kak Angel kalau pergi lama baru pulang lagi, mumpung pulang kan harus melepas kangen” sahut Alex sambil menurunkan celana boxernya dan mengeluarkan penisnya di hadapan Angel, “yuk Kak, sepong aja kok!”
Angel pun meraih bantal kursi dan menyelipkannya di bawah kepalanya agar lebih enak mengoral penis Alex. Ia lalu meraih penis berukuran sedang yang telah menegang dan tidak bersunat itu.
“Akhh…sssiippp....sepongan kakak emang…paten...mantap abis...ohhh” desah Alex menikmati penisnya dikulum Angel.
Pemandangan ini benar-benar luar biasa, seorang wanita secantik Angel melayani dua pria, yang satunya di antara kedua belah pahanya menggenjot vaginanya, satunya lagi menyodorkan penisnya dioral olehnya. Tiba-tiba Sabrina memelukku dan mendorong tubuhku ke samping hingga aku terbaring, aku melihat wajahnya nampak kesal. Ia lalu menindihku dan berbisik di telingaku.
“Kurang asem si freak satu ini, gua tau dia naksir ke gua tapi gilirannya gua tawarin dia malah nolak, bilang avaiable everytime lagi, emangnya gua apaan? Ric...tolong bantu gua bikin dia panas ok?”
“O ya? Terus gua harus gimana Na?” tanyaku berbisik.
“Main belakang...sodomi gua Ric, dia pernah minta itu ke gua tapi waktu itu ga gua kasih”
“Yakin lu Na? Gapapa nih? Perlu pake kondom kali biar lebih licin”
“Ga usah, tapi jangan kasar-kasar ya, gua juga ga suka sebenernya, jarang...tapi ini buat ngehukum dia aja, biar tau rasa”
“Oke deh kalau gitu, yuk!” aku mengangkat tubuhnya dan mengaturnya menjadi gaya doggie menghadap ke arah Angel yang sedang berthreesome dengan Pak Somad dan Alex, tangannya bertumpu pada sandaran tangan di sofa dan ia menunggingkan pantatnya ke arahku.
Aku menggesek-gesekkan penisku yang masih basah oleh liurnya pada bagian luar lubang anus Sabrina dan dengan perlahan aku mulai meneroboskan penisku ke liang belakangnya dan bisa diduga kalau Sabrina merintih kesakitan.
“Akhhh…sakitttt….aaahhh…! Yes...terus...slowly aja!!” rintihnya
Sekalipun ini bukan pertama kalinya dia main belakang namun tetap saja lubang itu masih terbilang sempir, apalagi kalau tanpa kondom berpelumas begini.
“Tusuk gua Ric, sodomi gua sampe gua…aaahhh...ga bisa bangun...aahh” Sabrina mengerang sengaja memprovokasi Alex yang sedang mengerjai Angeline.
Tangannya meraih penisku turut membantu adik kecilku itu memasuki pantatnya. Alex sepertinya terpancing, ia menengok ke arah kami dan menatap tajam pada Sabrina, nampaknya ia tidak rela wanita yang ditaksirnya bersedia melakukan anal pada orang lain sementara tidak padanya. Alex tidak berkata apapun namun ia melampiaskannya pada Angel. Ia yang tadinya pasif membiarkan Angel mengulum penisnya kini menjadi ganas, dipeganginya kepala Angel sambil memaju-mundurkan pinggulnya menyetubuhi mulut pramugari itu. Perlakuannya tentu saja menyebabkan Angel kalang-kabut, erangan tertahan terdengar dari mulutnya, tangannya mendorong Alex namun kalah tenaga, Alex terus menyetubuhi mulutnya sambil menatap penuh cemburu ke arah kami. Aku memaju-mundurkan penisku beberapa kali pada anus Sabrina sampai terasa lancar dan aku pun mulai menaikkan sedikit temponya, desahan sensual keluar dari mulutnya, sepertinya ia sudah dapat menikmati anal seks ini walaupun masih terasa sakit dan perih di liang anusnya
“Akhh…sempit banget bo’ol lu Na, kaya perawan aja nih hehehe...!” ceracauku sembari meremas-remas payudaranya yang menggantung bebas dan nampak bergelayutan tiap kali aku memberikan sodokan keras, “You like it honey?” godaku sambil menyodok dengan keras anus Sabrina.
“Yeah....aaahhh....ahhh...harder baby! Lebih dalem lagi Ric!” desahnya lalu disambut dengan pandangan dan raut wajah Alex yang semakin memberengut.
Tak beberapa lama kemudian tubuh Alex nampak bergetar, ia melenguh dan memuntahkan cairan spermanya di dalam mulut Angel, belum habis semprotannya, ia tarik penisnya sehingga spermanya bercipratan ke wajah pramugari itu. Setelah semprotannya reda, tanpa mempedulikan Angel yang masih terbatuk-batuk ia menarik kepalanya dan kembali menjejali mulut Angel dengan penisnya. Beberapa kali ia memaju-mundurkan penis itu untuk dibersihkan dengan mulut Angel, barulah ia menaikkan kembali celananya dan meninggalkan Angel kembali berduaan dengan Pak Somad. Saat ia melewati kami, diraihnya payudara Sabrina yang menggantung.
“Aaaww...apaan sih lu?!!” rintih Sabrina karena Alex meremas payudaranya dengan brutal lalu berlalu begitu saja setelah mengambil panci kecil yang telah ia isi air dari atas dispenser.
Aku sebenarnya ingin komplain pada Alex soal aksi brutalnya terhadap Angel maupun Sabrina tetapi setelah kupikir-pikir tidak ada untungnya toh mereka juga tidak meributkannya lebih lanjut, mungkin itu termasuk gaya seksnya Alex yang emang sedikit nyeleneh seperti yang diceritakan Amel tadi siang. Sudahlah, ini orgy club, semua mau fun, jangan sampai merusak suasana. Alex keluar dari ruangan ini dan menutup pintu setengah dibanting.
“Gapapa Na?” kataku menghentikan sejenak genjotanku.
“It’s OK beib...sometimes I like hardcore, itulah yang unik dari si freak itu” katanya sambil menengok ke belakang dengan tersenyum, “hei kok stop? Siapa yang suruh? Ayo tusuk lagi!” perintahnya.
“Uuuhh...kenapa lagi sih tuh orang Na? Gilanya kumat lagi...uhuukkk...uhhhukk...ampir mati sesak nafas aku!” keluh Angel yang masih batuk-batuk dan mengatur nafas
“Biasa Kak... emang ada kecenderungan masochist dia hihihi!” sahut Sabrina
“Hehehe...kasar ya Non tadi, makanya mending sama Bapak aja ya Non, Bapak kan lembut tapi menghanyutkan....bikin Non ketagihan, eeemmhh!” kata Pak Somad lalu melumat payudara Angel dengan gemas.
“Ric, kita gabung ke sana yuk...foursome!” ajak Sabrina menarik tubuhnya dari dekapanku sehingga penisku pun terlepas dari pantatnya.
Sabrina berlutut di samping Angel, ia mulai menjilati ceceran sperma Alex pada wajah pramugari itu, sebentar kemudian bibir mereka bertemu dan berpagutan dengan panasnya, tangan Sabrina juga meremasi payudara Angel yang satunya, jari-jari lentiknya nampak memilin-milin puting yang sudah mengeras itu. Melihat adegan erotis itu, aku pun menghampiri mereka dan berlutut di belakang Sabrina, penisku kuarahkan ke vaginanya dan kugesek-gesekkan di bibirnya. Ciuman Sabrina merambat turun ke payudara Angel, sesampainya di sana mulutnya mulai menjilati gunung itu hingga basah oleh ludahnya, kemudian dimasukkannya ke mulutnya lalu dikenyot-kenyot.
“Aaahhh!” desahan seksi terdengar dari mulut Angel yang sedang dikeroyok.
Sementara aku mulai menekan masuk penisku ke vagina Sabrina yang langsung menjepitnya erat-erat. Dari gerak tubuhnya kutahu ia pun diamuk birahi dan butuh pemuasan. Dalam beberapa saat selanjutnya hanya terdengar dengusan napas dan desahan kami berempat terengah cepat dan gesekan di antara bunyi 'pak-pak-pak' yang timbul beradunya alat kelamin. Kami bertahan dalam formasi demikian sekitar sepermpat jam. Ketika Angel telah mendekati orgasme, Pak Somad menghentikan genjotannya, ia menaikkan Angel ke pangkuannya dalam posisi memunggunginya. Angel segera mengerti, ia lekas-lekas memasukkan kembali penis Pak Somad ke vaginanya, dengan posisi ini kini ia lebih aktif menggerakkan tubuhnya mengejar puncak kenikmatan yang sudah hampir tercapai. Pak Somad cenderung pasif menerima genjotan Angel, ia hanya memegangi pahanya dan membentangkannya lebar sehingga penisnya menusuk lebih dalam ke vagina gadis itu.
Di bawah sofa, Sabrina yang sedang kusetubuhi dalam gaya dogie menjilati penis Pak Somad yang sedang sibuk dengan vagina Angel. Sesekali ia mengulum buah pelir si tukang nasi goreng itu. Kudengar desahan Angel kian tak karuan
“Ooohhh, enak Pak...aaahhh…kontol bapak enak banget!” erang Angel, aku tak menyangka kalau Angel yang berpembawaan lemah lembut itu dapat ngomong jorok juga sewaktu gairahnya tinggi.
“Sama Non manis….Bapak juga mau crot nih...memek kamu enak bangeeeet!! tahan dulu!” desah Pak Somad sambil meremasi payudara Angel lebih brutal.
Tak sampai lima menit, tubuh Angel mengejang, jeritan panjang terdengar dari mulutnya karena tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Ssssrrrr...cairan bening mengalir dengan deras dari vaginanya sehingga bunyi decakannya makin terdengar. Pada saat bersamaan, Pak Somad menekan kuat-kuat tubuh Angel ke selangkangannya sehingga penisnya menancap hingga mentok di liang vagina Angel.
“Uuugghhhh….!!!” dia pun menyusul ke puncak, penisnya menyemburkan sperma yang meleleh di sela-sela bibir vagina Angel bercampur dengan cairan kewanitaanya.
Cairan itu diseruput oleh Sabrina yang sejak tadi melakukan oral terhadap mereka berdua. Sungguh luar biasa sensasi foursome seperti ini, aku mungkin tidak akan pernah merasakannya kalau tidak masuk ke klub ini.
“Na, kita crot barengan ya!” aku mempercepat genjotanku ketika kurasakan cairan kewanitaan Sabrina mulai banyak,
“Okehh...terus...jangan stop...dikit lagi inihh...” erangnya sambil menggoyangkan pinggulnya menyambut hujaman penisku, tangannya masih mengocok penis Pak Somad yang mulai menyusut.
Tak lama kemudian, tubuh Sabrina menggelinjang liar, vaginanya mengeluarkan semakin banyak cairan yang menghangatkan dan memperlancar keluar masuknya penisku. Akhirnya keluar juga spermaku membanjiri liang vagina Sabrina. Kurang lebih empat kali tembakan sperma keluar dari ujung batang kejantananku mengisi vaginanya.
“Ahhhh…Na….” aku tenggelam dalam kenikmatanku.
Selama kurang lebih 10 detik aku dan Sabrina menikmati terpaan gelombang orgaseme hingga akhirnya tubuh kami melemas lagi. Saat itu Angel dan Pak Somad juga telah mengakhiri pertempuran mereka. Angel masih dipangku pria itu dengan penis masih menancap di vaginanya. Setelah agak bertenaga, aku memapah Sabrina ke sofa tempat kami tadi dan aku membaringkan diri dengan dia di atasku.
“What a great fight” katanya tersenyum lemas dan memandangku
“Gua juga puas banget Na, pasti tidur pulas dah malam ini” kataku menghela nafas
Tubuh kami yang sudah mandi keringat saling berpelukan. Kami berciuman dan berpagutan ringan dengan sisa-sisa tenaga kami. Kulihat jam dinding telah menunjukkan pukul setengah delapan lebih, di luar sana hujan telah reda, tapi rintik-rintik kecil masih terdengar.
“Pak, nasi goreng kornetnya satu dong...pake telor ga pedes!” pintaku, lapar juga rasanya setelah ML habis-habisan tadi.
“Oke Den, siap!” sahut Pak Somad mulai memakai kembali pakaiannya lalu keluar dari situ untuk menyiapkan pesananku.
Kami memulihkan tenaga sambil ngobrol dan bercanda dengan santai, dari situ kami merasa lebih dekat dan mulai bercerita lebih banyak mengenai diri kami masing-masing, mulai dari kota asal, kegiatan kampus, hobby sampai hal-hal yang privat. Dari cerita Angel aku baru tahu sisi lain kehidupan pramugari yang panas dan seru, mungkin akan kuceritakan di lain kesempatan. Ia sendiri sebenarnya sudah punya pacar, seorang bule asal Belanda yang pekerjaannya mengharuskannya bolak-balik Indonesia dan negerinya, keduanya bertemu di pesawat. Ia pernah diajak pacarnya ikut swinger party ketika di negara asal sang pria. Dari situ hasrat liar dalam dirinya mulai bangkit hingga akhirnya di tanah air ia menemukan penyaluran di klub orgy ini yang gilanya lewat perkenalan sang pacar yang juga adalah kenalan Om Dedy. Pacar Angel sendiri pernah dua kali menjadi tamu di arisan klub orgy di rumah Om Dedy dan ia tidak keberatan pacarnya yang cantik ini menjadi budak seks di klub ini.
“Kita saling terbuka aja kok, aku pernah ML sama siapa selalu bilang ke dia, dan sebaliknya...dia bilang mumpung masih belum merit ya silakan puas-puasin hasrat liar, ntar kalau udah saatnya menjadi istri atau mama yang baik!” tandasnya.
“Yeah...I like her man, amazing, especially his style and cock” kata Sabrina pelan padaku saat Angel bercerita tentang hubungannya dengan pacar bulenya.
“Hey, cut it off bitch!” Angel melemparkan bantal kursi pada Sabrina yang menangkapnya sambil cekikikan.
Weleh...weleh...bener-bener pemikiran yang nyeleneh bin edan juga ya pikirku yang sebelumnya belum pernah mendengarkan pemikiran seperti itu. Lain halnya Sabrina memang dari awalnya adalah pencari kesenangan sensual, namun ia tidak akan pernah melakukannya demi uang seperti menjadi ayam kampus atau menjadi simpanan orang kaya. Baginya seks ya seks, buat kesenangan, bukan buat cari uang seperti PSK. Ia bersedia memberikan kehangatan tubuhnya secara sukarela bila memang ia menginginkannya, bahkan menurut pengakuannya ia pernah melakukannya dengan dua ABG ojek payung yang tidak dikenalnya, namun ia bisa marah dan tersinggung bila seseorang yang berlagak baik padanya dan mendekatinya dengan tujuan untuk menidurinya, semakin orang itu menginginkan tubuhnya semakin ia tidak akan memberikannya. Sementara Pak Somad mengaku dirinya merasa lebih segar dan awet muda sejak menjadi member luar klub orgy ini. Ia menjadi member lewat rekomendasi Pak Kasimun lalu melalui persetujuan Om Dedy dan tentunya para member atau penghuni kost ini. Dengan menjadi member klub ini ia tidak perlu lagi menghabiskan uang untuk melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu dengan pelacur-pelacur kelas bawah, malah dia mendapat yang high quality dengan gratis, sehingga ia dapat menghemat anggaran dan menyisakan lebih banyak uang untuk dikirim pada istri dan anaknya di kampung, syaratnya hanya diam, jangan cerita apapun tentang orgy club pada mereka yang bukan anggota.
“Gimana Ric kesan-kesannya setelah bergabung di klub ini?” tanya Angel sambil meletakkan gelas kosong yang baru diteguk isinya di atas meja ruang tengah
“Yah...seneng, kaget, ga percaya, campur-campur deh, soalnya ga nyangka ada klub kaya ginian. Sebelumnya kan cuma pernah ML satu lawan satu sama mantan cewek gua aja” kataku sambil menyuapkan nasi goreng yang masih hangat ke mulutku, ah enak banget rasanya, seperti mendapat asupan tenaga lagi.
Saat itu itu terdengar suara gembok pintu gerbang depan dibuka sehingga refleks akupun memunguti pakaianku untuk mengenakannya, tapi Angel dan Sabrina malah senyum-senyum melihat reaksiku. Saat itu memang Angel sudah memakai kembali gaun tidurnya, demikian pula Pak Somad yang sebelumnya keluar membuatkan pesanan nasi gorengku, jadi tinggal aku dan Sabrina saja yang masih bersantai dan belum memakai pakaian kami. Lalu terdengar suara motor memasuki tempat parkir kost.
“Hihihi...tenang aja Ric, orang dalam kok itu” kata Sabrina.
“Yakin bener lu? Kalau bukan gimana? Kalau iya terus mereka bawa orang dari luar gimana?” tanyaku bingung.
Sejak lu resmi member tadi siang, beritanya udah disms ke semua penghuni kost sini kok, mereka juga udah tau, jadi kalaupun mereka bawa orang dari luar mereka bakal hati-hati kalau-kalau ada yang ngentot di luar kamar seperti kita tadi itu” Sabrina menjelaskan.
“Lagian Pak Kasimun jaga di posnya juga akan kasih tanda bel musik kok kalau ada orang luar datang kalau waktunya ga tepat supaya kita bisa beres-beres dulu” tambah Angel.
“Cuma belakangan si Kasimun suka meleng ke mana aja, waktu itu Bapak pernah entotan sama Non Amel ampir kepergok temennya Den Leo!” Pak Somat menyeletuk.
Tiba-tiba aku merasa cemburu mendengar si tukang nasi goreng ini menyebut ia bercinta dengan Amel walau memang horny juga membayangkan Amel disetubuhi olehnya. Sungguh aku tidak mengerti perasaan ini, sebelumnya terhadap Amel aku hanya menganggap teman, tapi kenapa sejak bercinta dengannya tadi mulai timbul perasaan lebih dari itu. Aku belum bisa menjelaskannya sekarang.
“Emang waktu itu di mana sama Amel Pak sampe ampir kepergok?” tanyaku penasaran.
“Di kamarnya Non Amel...tapi pintunya belum tertutup bener, untung keburu sadar ada orang lain”
“Hei...hei all! Gile hujannya besar sekali tadi mana banjir pula!” sapa Mario, “wah...wah...baru pada ngentot ya?” tanyanya begitu melihat aku dan Sabrina yang masih belum pakai apa-apa, “Eh Ric, selamat ya, akhirnya lulus juga jadi anggota lu! Asik deh sekarang udah bisa ngentot bebas lagi, hehehe”
Mario (27 tahun) adalah seorang staff marketing di sebuah perusahaan, pria berdarah Ambon ini memiliki badan yang gempal, kulit gelap dan berambut cepak. Dilihat-lihat mirip dengan Mike Mohede si juara Indonesian Idol, tapi dengan level ketampanan yang di bawahnya. Orangnya rame dan mudah dekat dengan orang lain, berbanding terbalik dengan Alex, si maniak komputer itu.
“Angel...kapan balik lu?” tanyanya pada Angel dengan logat Ambonnya itu
“Siang tadi” jawab Angel, “sana mandi dulu udah basah gitu kamu!” katanya melihat celana Mario yang sudah sangat basah walaupun bagian bawahnya telah digulung.
“Bareng mandi yuk Ngel, udah mandi belum lu?”
“Oke yuk...badan udah lengket juga nih” Angel mengiyakan dengan ringan dan bangkit berdiri, “mau di mana? Kamar mandi luar, kamar kamu apa kamar aku?”
“Kamar aku aja lah Ngel...sekalian taro ini barang-barang”
“Sini! Sun dulu dong, udah lama gak ketemu” Mario langsung mendekap tubuh Angel dan memagut bibirnya.
Keduanya pun berpagutan mesra di depan kami tanpa risih, tangan Mario menyingkap gaun tidur Angel dan meremas bongkahan pantatnya. Angel juga tidak kalah agresif, tangannya merabai selangkangan pria itu dari luar celana panjangnya. Setelah tiga menitan baru mereka melepas bibir.
“Mmm...tambah manis aja kau! Yuk ke kamarku!” kata Mario menuntun pergelangan tangan Angel, “O ya Pak...nasi goreng kambingnya ya, yang pedas!” sahutnya pada Pak Somad, “Dingin gini enak makan kambing bisa anget...o ya Ngel, kamu mau juga?”
“Ngga ah...ga usah! Udah makan dikit tadi” tolak Angel
“Ya udah...ini Pak, uangnya aja dulu, kembalinya ambil aja!” kata Mario mengeluarkan selembar dua puluh ribuan dari dompetnya dan mengulurkannya pada Pak Somad, “nanti taro aja di depan kamar saya ya, mau mandi dulu ini!”
“Siap Den! Makasih banget ya!” Pak Somad segera keluar untuk membuat pesanan Mario.
“Gitu deh Kak Angel...tiap baru pulang semua pengen melepas rindu sama dia” kata Sabrina.
Kini tinggal aku dan dia saja di ruang tamu ini, sekarang sudah lebih bertenaga sih setelah menghabiskan sepiring nasi goreng Pak Somad.
“Jadi pengen mandi juga, nih udah keringetan gini!” kata Sabrina menggeliatkan tubuhnya lalu bangkit berdiri, “mau bareng Ric?”
“Gua tadi udah sih, tapi kalau yang ngajaknya lu masa gua nolak hehehe”
“Dasar...ayo, di kamar gua aja ya!” katanya
Kami pun masuk ke kamar mandi di kamarnya, harum dan rapi kalau dibanding kamar mandi di kamarku atau cowok lain di sini. Semburan air hangat dari shower sungguh menyegarkan menghilangkan peluh sehabis bercinta tadi. Kami saling menyabuni dan saling meraba tubuh pasangan masing-masing diselingi obrolan ringan dan nakal, kami juga sempat bercinta di bawah siraman air, sebentar saja tapi karena sudah lelah. Akhirnya setelah mandi kami pun memakai pakaian kami lagi.
“Ngapain Na abis ini?” tanyaku
“Bobo lah...besok kuliah pagi, lu sendiri?” ia tanyanya sambil memakai kaos gombrang tanpa bra di baliknya.
“Gua ada tugas kuliah, harus ngerjain, abis ML kayanya plong deh rasanya, kerjain tugas rasanya jadi semangat”
Di depan pintu kamarnya kami bercanda sejenak lalu kupagut bibirnya sebelum berpisah, tanganku meraba dadanya, kurasakan putingnya di balik kaos tanpa bra itu. Saat itu kudengar langkah kaki mendekat membuatku menoleh ke arahnya. Oh...ternyata Amel yang baru pulang.
“Hai Mel!” sapa Sabrina yang dibalas Amel dengan hai juga dan senyum tipis.
“Eh...Mel, abis darimana? Malem gini baru balik?” aku menyapanya dengan sedikit salah tingkah.
“Dari temen, tadi nungguin ujan berenti baru pulang” jawabnya datar sambil terus melengos.
“Na gua cabut dulu ya, dah!” aku pamitan ke Sabrina lalu menyusul Amel “Mel...udah makan belum lu?”
“Udah” ia menjawab singkat,
“Malem ini lu sibuk ga Mel?” tanyaku.
“Napa emang nanya-nanya gitu?” ia terus berjalan dengan gayanya cuek seperti biasa.
Saat itu kami lewat di depan kamar Mario, dari dalam sekonyong-konyong terdengar suara desahan, pasti si Ambon itu sedang asyik mereguk kenikmatan bersama Angeline.
“Gapapa sih...kalau ga sibuk...kita tidur bareng yuk malem ini, gimana?” aku heran juga diriku jadi lebih berani sejak masuk klub ini padahal belum juga sehari.
Ia hanya tersenyum penuh arti padaku sambil mengeluarkan kunci kamar dari tasnya karena kami sudah dekat dengan kamarnya.
“Hehe...berani juga ya lu terus terang gitu padahal member baru tadi siang” katanya
“Nnggg...yah gimana ya, mungkin kebawa suasana di sini jadi berani...gimana Mel, kok belum jawab?”
“Yaahh...gua suka keterusterangan lu Ric” jawabnya menghela nafas, “tapi sori yah, malam ini gua udah janji nemenin Pak Kasimun, lu denger sendiri kan tadi siang?”
Amelia |
Kembali aku jadi panas mendengarnya, terlebih langsung dari mulut Amel sendiri.
“Oke deh, maybe next time ya!”
“Oh ya Ric, boleh gua minta tolong ga?” ia seperti teringat sesuatu setelah membuka pintu kamarnya.
“Ya...apaan?”
“Gua mau pindahin data dari USB ke CD, lu bisa?”
“Bisa, di laptop lu ada Nero nya?”
“Ada...cuma belum ngerti caranya sih”
“Ya udah gua ajarin sini!”
Kamipun masuk ke kamarnya, ia menyalakan laptopnya dan menyerahkan USB dan sekeping CD kosong padaku.
“Eehmm...Mel, gimana kalau lu ga usah pake apa-apa sambil gua ajarin, biar lebih semangat gitu loh” kataku ketika tiba-tiba ide nakal melintas, “tenang aja si Sabrina udah nguras tenaga gua tadi, ga bakal sampe ML kok, lagian gua juga harus ngerjain tugas abis ini”
“Oke...no problem, asal lu yang bener ya ajarinnya” katanya dengan cuek lalu mulai melepaskan satu demi satu pakaiannya lalu kembali duduk di sebelahku dengan tubuh polos.
Aku melongo memandangi tubuh telanjangnya yang kali ini kunikmati dengan utuh (tadi siang ketika bercinta dengannya kan ia masih mengenakan pakaiannya). Ternyata Amel memiliki tubuh yang mulus dan indah, tidak kalah dengan tiga wanita lain di kost ini, sungguh luar biasa payudaranya yang montok dan berputing kemerahan itu, juga bulu-bulu lebat yang tumbuh di selangkangannya. Kesehariannya yang hampir tidak pernah memakai pakaian seksi dan pembawaaanya yang alim sungguh memberi nilai lebih pada gadis satu ini.
“Ayo dong, ajari guanya kapan? Jangan bengong terus! Kaya ga pernah liat cewek bugil aja!” protesnya membuyarkan lamunanku.
“Ohh, iya...iya Mel...jadi gini caranya...” aku mulai memberi instruksi bagaimana mengoperasikan Nero, memindahkan data ke CD dan ia menggerakkan mouse mengikuti instruksiku.
Tentunya sesekali aku tidak konsen mengajarinya dalam keadaan ia telanjang begitu, herannya justru dia malah biasa saja tanpa terlihat risih tanpa pakaian di tubuhnya begitu.
“Nah, sekarang tinggal tunggu beres, gak lama kok!” kataku setelah ia mengklik tombol burn sehingga proses burning ke CD dimulai.
“Hihi...” ketika menunggu tiba-tiba ia tertawa kecil memperlihatkan senyumnya, ia tambah manis kalau sedang senyum begitu, heran sehari-harinya malah jarang senyum.
“Kenapa Mel? Ketawa apa?” tanyaku.
“Kamu belajar dari Alex ya Ric? Persis banget sama dia” jawabnya
“Persis? Maksudnya?”
“Iya...si freak itu juga kalau diminta bantuan yang berhubungan sama komputer juga mintanya sambil aneh-aneh gini, ya kitanya harus bugil kaya gini, atau sambil nyepong atau kocokin dia, atau kadang sambil ML di pangkuannya malah”
“Ngga...asli ngga...cuma lagi iseng aja kok gua makanya kepikir gitu, emang si Alex pernah apa aja ke lu?” tanyaku penasaran.
“Mmm...gua pernah ML sama dia waktu nungguin install Office ke laptop gua, sambil oralin dia juga pernah” tuturnya enteng
“Hehe...beneran ga nyangka ternyata lu nakal juga ya Mel sampe ikut klub ini segala!” kataku
“Everyone has her darkside, sah sah aja kan?” katanya sambil mengangkat bahu
“Sini Mel!” aku menarik pergelangan tangannya dan menyuruhnya duduk di pangkuanku menyamping.
Kuelusi paha mulusnya hingga tanganku sampai ke selangkangannya
“Ooohh...” ia mendesah ketika jariku mulai mengorek vaginanya
“Cerita ke gua Mel...lu paling sering ngentot sama siapa di kost ini?” aku bertanya penasaran sambil mencucuk-cucukkan jari tengah dan telunjukku.
“Aaah...aahh...duh sama rata lah...disini semua sex for fun, mau sama siapa aja bebas!” jawabnya sambil mendesah.
“Pak Kasimun emang dia sering ngajak lu nemenin tidur?” aku menusukkan jariku lebih dalam dan menemukan klitorisnya.
“Gak juga...aaahhh...lebih sering temenlu si Indra malah...aahh!” tubuhnya semakin menggelinjang sampai dadanya membusung.
“O ya? Si In....mmmmhhh!” tiba-tiba ia menempelkan bibirnya ke bibirku, dan kami pun terlibat percumbuan yang panas sambil jariku tetap mengobok-obok vaginanya.
Vagina Amel semakin berlendir sehingga kini jadi manisku pun masuk ke sana turut mengais-ngais. Klitoris yang merupakan bagian sensitif setiap wanita itu kugesek-gesekkan dengan jariku, Amel pun berkelejotan dibuatnya. Kira-kira 10 menit aku mengobok-obok vaginanya hingga akhirnya tubuhnya bergetar
"AAAhhhhhh...enakkhh...Ric!!” desahnya panjang
Amel pun tiba di puncak kenikmatannya, vaginanya mengeluarkan cariran bening yang hangat, cukup banyak sampai belepotan di tanganku. Aku pun melepaskan tanganku dari selangkangannya, kusodorkan jari-jariku yang basah ke bibirnya. Tanpa ragu Amel mengulum jariku yang belepotan cairan klimaksnya sendiri. Setelah menjilatinya hingga bersih, ia memberikan kecupan ringan di bibirku. Saat itu proses pemindahan data telah selesai, CD tray di laptopnya telah membuka dan layar monitor menayangkan screen saver karena lama ditinggal.
“Thanks ya Ric...lu bener ga mau itu dulu?” tanyanya sambil kembali mengecup bbirku.
“Bener ngga...nanti aja deh ya...gua ada tugas, lu juga kan? Jadi perlu tenaga nih”
Akhirnya aku pun pamitan padanya dan kembali ke kamarku. Malam itu, setelah beres mengeprint tugas kuliahku, aku tertidur karena kecapaian, hampir seharian ngeseks terus, tentu terasa penatnya terutama daerah pinggang dan lutut. Sekitar jam satu dinihari aku terbangun. Rasanya haus ingin minum, tapi galon air di kamarku sudah kosong, belum diganti, maka aku pun membawa tempat minumku ke ruang tengah untuk mengambil air. Aku menelusuri koridor, jam segini memang biasanya sudah sepi, semua sudah di kamar masing-masing, beberapa kamar sudah gelap, beberapa menyalakan lampu remang-remang seperti misalnya kamar Amel. Aku mendengar suara desahan di dalam sana ketika lewat di depannya. Ia pasti sedang bertempur dengan Pak Kasimun. Aku jadi penasaran dan mendekati kamar itu, Amel dan Sabrina bilang kalau mau lihat langsung saja, tidak perlu pakai ngintip-ngintipan. Maka sesuai kata mereka, aku pun perlahan membuka pintu kamar itu, tidak terkunci rupanya, kudorong sedikit pintunya untuk melihat ke dalam. Aku menelan ludah melihat adegan di atas ranjang dimana dua tubuh berlainan jenis saling bergumul. Tubuh bugil Amel tengah ditindih Pak Kasimun yang memompa batang kejantanannya dengan cepat di dalam vaginanya. Amel menengok ke arahku sedikit terkejut tetapi lalu dia tersenyum dan berkata,
“Belum bobo Ric? Yuk sini kalau mau ikutan!” ucapnya sambil kembali menikmati pompaan penis Pak Kasimun di liang kewanitaannya, “akhh…terus Pak…tusuk lebih dalem!” sekarang ia malah membuat ceracau seksi ketika tahu aku melihatnya, seperti disengaja untuk memancingku.
“Sip lah Non!! Uuhh!” desah Pak Kasimun yang lalu mempercepat pompaan penisnya di liang kewanitaan Amel, “Akhhh…memek Non benar-benar asoy deh. Ayo Den....ikutan aja biar rame!” ajak pria itu, ia nampak sangat bernafsu mengaduk-aduk vagina Amel, tangannya juga meremas payudara gadis itu. Kemudian bibir mereka berpagutan dengan panas.
Ada rasa cemburu melanda hatiku ketika aku melihat tubuh Amel digarap oleh penjaga kost itu, tetapi anehnya juga, aku juga terangsang dengan kejadian ini dan berharap mereka melakukannya lebih hot, padahal melihat Hany, Angel dan Sabrina dipakai oleh orang lain aku memang horny tapi sama sekali tidak ada rasa cemburu seperti ini. Baru saja hari pertama menjadi member orgy club sudah banyak pergumulan dalam diriku, apakah aku ini sudah jadi maniak? Kelainan? ataukah aku mulai menyukai Amel? Jika aku menyukainya, mengapa aku justru menikmati ketika ia digarap oleh orang lain bahkan semakin horny ketika Pak Kasimun mencabut batang penisnya dari liang vagina Amel lalu berejakulasi di wajah cantiknya? Amel sendiri juga tampaknya menikmatinya, ia menyeka ceceran sperma itu dengan jarinya dan menjilatinya tanpa ragu.
“Non Amel sukanya negak peju kaya gini Den!” sahut Pak Kasimun.
“Hehe...oke, lu orang enjoy aja! Gua mau bobo, cape nih” kataku sambil menutup kembali pintu kamarnya.
Aku berlalu tapi bukan dengan cemburu ataupun nafsu menggebu tetapi dengan tanda tanya besar di otakku mengenai ada apa dengan diriku terhadap Amel. Setelah mengambil air aku kembali ke kamarku dan melanjutkan tidurku.
By: Caligula
NB: mohon masukannya dari para mupengers sekalian agar cerita ini bisa lebih seru ke depannya. Siapa lagi kira-kira yang akan muncul di kisah berikutnya??
Rabu, 20 Juni 2012
Karya Pengarang Lain
0 Response to The Orgy Club 2: Kehangatan di Ruang Tengah
Posting Komentar