#######################
Tokoh
- Kwee Ceng (郭靖), dilahirkan dan dibesarkan di Mongolia, ia diajar oleh Tujuh Manusia Aneh dari Kanglam (江南七怪武功) atau Kanglam Chit-koay. Kemudian ia juga belajar dari Ang Chit Kong dan Ciu Pek Tong. Lugu, lamban belajar dan tidak suka kekerasan, namun kejernihan pikirannya justru membantunya mempelajari ilmu silat tertinggi dari kitab Kiu Im Cin Keng. Ia adalah suami Oey Yong.
- Oey Yong (黄蓉), anak Oey Yok Su, adalah anak manja dan sangat cerdas yang sedang menyamar sebagai pengemis ketika bertemu dengan Kwee Ceng. Ia juga diangkat sebagai murid oleh Ang Cit Kong dan menjadi ketua Partai Pengemis.
- Auwyang Hong (欧阳鋒), si Racun Barat, adalah seorang jahat dan licik ahli ilmu silat dan racun. Ia ditipu oleh Oey Yong untuk mempelajari sebuah ilmu silat dengan urutan terbalik. Hal ini mengakibatkan otaknya jadi gila, namun kemampuan silatnya justru melejit tinggi.
- Jenghis Khan (鐵木真), pemimpin Mongolia, Sang penakluk dunia ini mengangkat Kwee Ceng sebagai anaknya. Luas kekaisarannya meliputi separuh lingkaran dunia, dari Korea sampai Moscow.
- Tu Li (拖雷), anak kandung Jenghis Khan dan saudara angkat Kwee Ceng.
- Jagatai dan Juji Ogotai anak kandung Jenghis Khan dan saudara putri Gochin Baki.
- Go Chin (華箏), anak kandung Jenghis Khan yang jatuh cinta pada Kwee Ceng.
- Auwyang Hok (歐陽克),atau Auwyang Kongcu, keponakan Auwyang Hong. Sebenarnya ia adalah anak kandung Auwyang Hong. Ia ditikam Yo Kang karena mencoba untuk memperkosa Bok Liam-cu.
Cerita
Latar belakang dimulai saat invasi bangsa Kim/Jin ke wilayah Song/Sung di Tionggoan. Dua pendekar Yo Tiat Sim dan Kwee Siauw Thian berjuang bersama menentang invasi bangsa Kim. Mereka bersahabat erat dan akhirnya mengangkat saudara. Saat istri mereka hamil, mereka mengungsi menghindari pertempuran, dan berjanji apabila kedua anak mereka lahir, bila berbeda jenis kelamin akan dinikahkan, bila sama akan mengangkat saudara. Peperangan tak terelakkan dan Kwee Siauw Thian terbunuh difitnah oleh pengkhianat dari bangsa sendiri, sementara anak lelakinya Kwee Ceng terlunta-lunta dibesarkan ibunya di gurun pasir Mongolia, sampai diselamatkan oleh Jengis Khan. Yo Tiat Sim menghilang dan terpisah dari anak istrinya. Istri Yo Tiat Sim mengira suaminya telah meninggal dan dijebak hingga terpaksa menjadi selir Pangeran ke VI dari negeri Kim. Anak mereka, Yo Kang tumbuh sebagai putra pangeran bangsa Kim, dia pun mendapat kan apa yg dia suka dan Yo Kang diaku menjadi anak nya.
Plot Utama: mengisahkan dua saudara angkat yang terpisah dan mempunyai sifat yang bertolak belakang. Kwee Ceng adalah pemuda jujur, polos, setia, lamban belajar namun keras kepala dan tekun berlatih. Sebaliknya Yo Kang sangat pintar, licik dan oportunis. Yo Kang bertemu dengan wanita yang dicintainya, Bok Liam Cu yang ternyata adalah anak angkat dari ayah kandungnya Yo Tiat Sim yang menghilang. Namun Yo Kang tidak mau mengakui ayah kandungnya karena lebih senang menjadi pangeran bangsa Kim. Ia sempat mencoba kembali menjadi rakyat biasa dari bangsa Song namun tidak bertahan lama karena merindukan kenyamanan dan kekuasaan sebagai pangeran. Sementara Kwee Ceng yang berkelana dari Mongolia ke daratan Cina untuk membalas dendam terhadap pembunuh ayahnya, bertemu dengan Oey Yong, gadis kelewat cerdas yang merupakan anak salah satu dari 5 Datuk Persilatan yang terkenal. Oey Yong awalnya menyamar sebagai pengemis dan jatuh cinta akan kepolosan dan kejujuran Kwee Ceng.
Petualangan Kwee Ceng dan Oey Yong berkelana bersama membawa mereka berinteraksi dengan pendekar-pendekar dunia persilatan, diantaranya 5 Pendekar Besar Datuk Persilatan: Sesat Timur Oey Yok Soe, Racun Barat Auwyang Hong, Kaisar Selatan It-teng Taysu, Pengemis Utara Ang Cit Kong serta Bocah Tua Nakal Cioe Pek Tong. Intrik-intrik perebutan kitab silat Kiu Im Cin Keng, kitab perang Bu Bok, serta hubungan Kwee Ceng dan Oey Yong yang ditentang ayah Oey Yong dan guru Kwee Ceng mewarnai kisah trilogi pertama ini. Sementara Yo Kang malah membantu bangsa penjajah Kim yang telah membunuh orang tua kandungnya, untuk menghancurkan negerinya sendiri. Kwee Ceng dan Yo Kang yang sebenarnya bersaudara angkat kini malah berseteru dengan tujuan yang berbeda. Kecerdasan Oey Yong banyak membantu Kwee Ceng menyelesaikan berbagai masalah pelik, termasuk strategi perang saat kembali ke Mongol untuk mendukung Jengis Khan menaklukkan bangsa Kim.
Akhir Cerita: Setelah kemenangan bangsa Mongol atas bangsa Kim, Jengis Khan malah ingin meluaskan wilayahnya ke Selatan dan ke Barat dan memaksa Kwee Ceng untuk menyerang tanah bangsanya sendiri, kerajaan Song. Kwee Ceng menolak dan ia kembali ke Song untuk melawan invasi Mongol, walau selama ini Jengis Khan telah membesarkan ia dan ibunya. Sementara Yo Kang yang akhirnya menemui ajal akibat kelicikannya sendiri, meninggalkan istrinya Bok Liam Cu yang sedang hamil. Kwee Ceng dan Oey Yong memberi nama bayi Yo Kang tersebut dengan nama Yo Ko yang artinya memperbaiki kesalahan, dengan harapan ia akan menjadi pendekar berbudi dan tidak mengulang kesalahan yang dilakukan Yo Kang semasa hidup. Yo Ko inilah tokoh utama dalam kisah selanjutnya "Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar". Akhir cerita, invasi bangsa Mongol terhenti sementara karena kematian Jengis Khan akibat sakit. Kwee Ceng dan Oey Yong menikah dan tinggal di Pulau Bunga Persik atau Tho-hoa to.
###############################
Pada suatu hari tibalah pasukan Mongol di tepi kota Kashgar, di sana Kwee Ceng memandang ke padang rumput yang luas sekali terlihatlah tenda-tenda tentara yang sangat banyak jumlahnya, sedang suara meringkiknya kuda-kuda perang berisik sekali. Ujung-ujung tombak yang tajam bergemerlapan di antara cahaya matahari. Di antara puluhan ribu tenda itu ada sebuah yang besar luar biasa yang warnanya kuning, ujung tenda teratas terbuat dari pada emas. Di depan tenda besar itu dipancang sebuah bendera besar, bendera yang menjadi tanda kebesaran dari junjungan bangsa Mongolia. Dari situlah keluar titah Jenghiz Khan memanggil berkumpul semua putra dan kepala perangnya. Berdiri di atas sebuah tumpukan pasir tinggi, Kwee Ceng memandang ke seluruh perkemahan itu. Ia merasakan keangkerannya angkatan perang Mongolia, ia berdiam saja. Sebagai putra angkat Jenghis Khan ia wajib membantu ayah angkat itu bersama saudara-saudaranya yang lain, terutama Jagatai dan Ogotai. Hanya yang membingungkannya adalah ia dilarang Oey Yong mengawini Gochin Baki, putri Khan yang Agung. Gadis manja itu juga khawatir kalau Kwe Ceng pergi ke selatan tanpa pamit. Dalam pikiran Kwe Ceng yang naif, punya istri banyak adalah bukan tindakan kesatria meski pada jaman itu praktek banyak punya gendak dan istri merupakan hal biasa. Jiwanya tak memperkenankan ketidakadilan itu. Dalam sekejap ia lantas menghadap Khan Yang Agung untuk menerima perintah. Pada pagi harinya, pasukan Mongol sudah melewati kota Fergana dan memasuki wilayah Kirgistan meninggalkan wilayah Kazakhstan dengan suara kuda-kuda yang meringkik dan derapan kaki kuda pasukan yang gemuruh. Seorang kusir yang amat sopan nampak turun, masuk ke tenda dan memberikan salam hormat kepada Kwee Ceng yang saat itu baru dinobatkan menjadi penasehat jenderal dan baginda Jengis Khan. Kusir itu berwajah mengerikan, kulit muka sangat gelap dan beberapa codet silang menyilang menghiasi wajahnya. Bibir bagian kanan atas ada bekas tergores senjata tajam terus menuju telinga. Badannya kekar dan lincah, menandakan ia seorang yang terlatih dan berilmu silat dan kungfu tinggi. Senyumnya yang sopan memperlihatkan nuansa agak sedih, entah apa sebabnya, namun matanya kelihatan sangat tajam. Tidak terlalu lama sang kusir menunggu, Kwee Ceng menaikkan segala peralatan atau cangkingan lainnya yang telah disiapkan sebelumnya. Sesudah semua barang bawaan masuk ke kereta, Kwee Ceng memasuki kereta. Ia tak mengetahui bahwa Oey Yong kekasih yang selalu dirindukannya itu selalu mengintilnya sebagai seorang tentara dan yang selalu melayani tanpa pernah bertemu muka dengannya. Ada sedikit kegaduhan kecil ketika Kwee Ceng yang duduk di depan bersama kusir sendirian, ia meminta satu tentara untuk duduk di belakang. Semula tentara itu ingin menolak, namun karena disiplin militer akhirnya ia menuruti Kwee Ceng, dia ingat pesan Komandan Cian hu-tiang, bahwa seorang anggota tentara Mongol yang jaya harus selalu patuh pada atasan. (Cian Hu-tiang = komandang yang mengepalai 1000 orang). Tentara yang badannya kecil itu tak berani mengeluarkan suara selama dalam perjalanan. Tentara itu adalah Oey Yong kekasihnya yang menyamar dengan muka yang dilumuri ramuan yang membuat wajah jelitanya agak gelap. Ia juga memasang kumis palsu di bawah hidungnya yang mungil dan mancung, sehingga sama sekali sukar wajahnya untuk dikenali.
Oey Yong |
Sepanjang perjalanan keduanya tidak banyak bicara. Hanya sesekali terdengar Kwee Ceng ngomong dengan kusir mengenai apa yang nampak sepanjang perjalanan. Oey Yong tetap berusaha agar dirinya tak dikenali. Dia masih ngambeg karena Kwee Ceng masih belum menolak putri Gochin Baki sebagai istrinya sehingga engko-nya itu tetap menjadi Kim-to Huma atau pangeran calon Menantu Jengis Khan. Walaupun demikian Oey Yong telah memutuskan akan selalu membantu Kwee Ceng apapun resikonya, bahkan nyawanyapun ia tak sayang untuk dikorbankan, sembari mengikuti perkembangan apakah Kwee Ceng akhirnya menerima dijadikan calon pewaris Jengis Khan. Oey Yong yakin akan keputusannya sebagai orang yang bisa menentukan hidupnya sendiri dan Kwee Ceng pasti tidak akan mencampakkan dirinya demi tahta. Hanya saja masih terselip kekhawatiran karena putri Gochin Baki adalah teman bermain Kwee Ceng sejak kecil. Putri itu juga begitu cantik, manis dan baik hati, bahkan dirasanya putri itu lebih ramah kepada Kwee Ceng daripada Oey Yong kepada engkoh tololnya itu. Meskipun persaingan cinta itu demikian berat, ia akan tetap memberikan bantuan apapun yang terbaik bagi diri kekasihnya. Tujuan pasukan itu dirahasiakan oleh Kha Khan (baginda Khan) namun bagi yang tahu iring-iringan itu sebenarnya sedang menuju Samarkand. Hari-hari perjalanan berlalu, mereka berhenti beberapa kali untuk mengistirahatkan kuda-kuda mereka dan mengambil kesempatan untuk mengisi perut tentara dan seluruh pasukan agar bertenaga lagi melanjutkan perjalanan serta selalu siap siaga untuk bertempur kapanpun ada serangan atau gangguan. Tidak sampai seminggu mereka menapaki tanah datar berpasir, di sana sini terdapat beberapa waha atau oasis di mana kuda-2 dan binatang ternak yang dibawa pasukan itu dapat melepas dahaga. Bagian logistik pun dapat mengisi tahang-tahang air mereka dengan tambahan air yang segar. Waktu sudah menunjukan siang tengah hari saat mereka tiba agak jauh sebelum kota Samarkand di Tajikistan, negeri bangsa Tajik, yang dikuasai penjajah bangsa Arab. Kwee Ceng langsung menemui dua orang ciangkun atau jenderal putra Kha Khan. Namanya Juji dan Jagatai, sebelumnya Kwee Ceng memang sudah membuat janji dengan mereka. Jagatai adalah putra Jengis Khan paling gemar berburu, Sedangkan Juji Ogotai adalah kakaknya yang nomor satu. Saat ia pergi berburu demi menjaga perasaan Jagatai, Kwee Ceng tidak lagi menunjukkan kehebatannya, meski dalam hal memanah Kwee Ceng masih lebih baik dari siapapun di padang rumput Mongolia kecuali Jebe dan Jengis Khan sendiri. Itu berkat ketekunan dan ketangkasan jago panah Mongol nomor satu Jebe, yang diajarkan kepadanya. Ada rasa iri Jagatai kepada Kwe Ceng karena Jengis Khan lebih memilih Kwee Ceng karena ‘kejeniusannya’ dalam mengatur strategi perang. Beberapa kali penaklukan ke Timur dan ke Barat, Kwee Ceng berhasil memberikan pertimbangan yang ‘jenius’ kepada Kha Khan sehingga mereka menang perang dengan gilang gemilang. Padahal anak-anak Jengis Khan tahu bahwa dia seorang anak Han tolol yang sangat rajin yang sangat dicintai adiknya, putri Gochin Baki. Jagatai maupun Juji tidak tahu bahwa Kwee Ceng sebenarnya selalu dibisiki Oey Yong yang membaca kitab Bu Bok dari Gak Hui, dan ia selalu bersembunyi diantara pasukannya. Oey Yong menyampaikan bisikannya lewat seorang serdadu lain yang mengunjunginya secara berkala. Kwee Ceng pun tidak tahu bahwa ‘pembisik’-nya itu adalah Oey Yong, kekasihnya yang maha pintar dan cantik jelita.
"Kita sebentar lagi makan siang dulu hengte (adik). . " teriak Jagatai kepada Kwee Ceng dari kudanya.
"Astaga. . !! Sudah tengah hari rupanya. . " seru Kwee Ceng .
Kwee Ceng memang tidak sadar karena asyik memperhatikan situasi peperangan.
"Siap ciangkun, akupun sudah cukup lapar. . . . " serunya sambil melihat ke arah luar kereta. Mereka turun dan langsung di sambut oleh anggukan kepala pengawal tenda dan pimpinan lapangan sip-hu tiang (kepala regu pemimpin 10 serdadu atau tentara).
Akhirnya mereka berempat berpencar berteriak memberi aba-aba kepada para cian-hu tiang untuk menghentikan pasukan dan memasang tenda. Para Cian Hu-tiang meneruskan perintah itu kepada Pek-hu tiang. (komandan yang mengepalai seratus orang tentara) Setelah semuanya siap, mereka pergi ke dalam tenda. Beberapa serdadu datang mengantar makanan dari belakang pasukan yang merupakan pasukan cadangan dan logistik seluruh angkatan perang. Sapi, domba, kuda, ayam, beras, gandum, sayuran dan bahan makanan lain ada di bagian belakang pasukan. Ada ratusan ribu kuda cadangan yang mengikuti gelaran pasukan itu, tak ketinggalan induk dan pedhet atau anak-anak kuda yang mengintil induknya. Serigala dan anjing liar mengikuti juga jauh di belakang kerumunan itu, berusaha mencuri makanan atau merampas jika para juru masak lengah. Sesekali terdengar kuingan anjing atau serigala yang hendak mencuri makanan kena dipanah anggota tentara. Dengan demikian jika dilihat dari udara, pasukan perang Jengis Khan yang jaya itu bergerak dengan gagah dan angker, persis seperti sebuah kota yang sedang berjalan.
"Bagaimana. . ? Enak kan makanan di sini. .? Umumnya daging panggang dan kumyss atau susu kuda dan susu kambing yang mengandung arak" ujar Jagatai.
"Ya. . Makanan disini tidak bikin bosan meski saat ini kita sedang berperang," sambung Juji sambil terus mengunyah makanannya.
"Wah pintar juga pengawas ransum memilih dan menyediakan makanan. . Dengan demikian semangat tentara kita tidak pernah turun" jawab Kwee Ceng sambil meminum susu kambing kesukaannya, sementara Oey Yong yang duduk agak jauh dari mereka bertiga, tetap sibuk menikmati makanannya dan minum tanpa bersuara, khawatir dikenali oleh Kwee Ceng yang selalu bergurau dengan Juji dan Jagatai, teman bermainnya sejak kanak-kanak.
Tak kelihatan si kusir berada di mana, tapi orang itu jugalah yang mempersiapkan bahan makanan untuk disantap mereka. Ia sengaja mencampurkan sedikit obat tidur agar kedua jendral itu dapat beristirahat dengan nyenyak dan ia dapat melaksanakan rencananya sendiri dengan tanpa banyak hambatan. Tak disangkanya bahwa kali ini ia akan terbentur dengan kejadian yang sangat fatal. Sebentar saja keempat orang itu sudah kembali ke tenda masing-masing untuk tidur buat meneruskan perjalanan esok hari. Malam itu Oey Yong tertidur dengan cepat, rasanya kepalanya begitu berat dan ngantuk. Tidak biasanya Oey Yong seperti ini, terkadang Oey Yong masih betah berjam-jam membaca syair kuno, nasihat-nasihat nabi Khong-cu atau Lao-cu dan buku cerita tentang kerajaan dan dinasti lama di depan rumahnya di Tho-hoa to, di pulau bunga persik. Begitu mengantuknya Oey Yong hingga lupa menutup pintu tendanya. Kasur bulu domba yang empuk mempercepat perjalanannya ke alam mimpi. Lama setelah terlelap sampai Oey Yong dihinggapi sebuah mimpi. Oey Yong merasakan sesuatu terjadi pada dirinya, diawali muncul rasa kaku pada tay-yang hiat di punggungnya dan rasa geli serta ngilu luar biasa di iga dekat payudaranya sehingga ia tak dapa bergerak sama sekali. Ia telah kena totok oleh seorang yang amat lihay. Kemudian ia merasa geli yang aneh pada selangkangannya. Semakin lama yang ia rasakan geli itu berangsur menjadi rasa nikmat yang dahsyat yang belum pernah ia rasakan selama ini. Kini rasa nikmat itu semakin tak tertahankan menjalar ke sekujur tubuhnya. Sampai akhirnya Oey Yong terjaga mulanya bingung rasa nikmat tadi masih terasa bahkan lebih mengelus-elusnya, sesaat Oey Yong sadar. Tapi belum sempat Oey Yong bereaksi, ia menjerit kaget, ketika tahu-tahu dia mendapati ada kepala berpenutup seperti milik si Kusir berada di antara sela-sela kedua paha putih mulusnya. Wajahnya terbenam berada tepat di hadapan selangkangannya. Tanpa harus melepas terlebih dahulu cukup dengan jarinya Kusir menyingkap kesamping celana dalam yang tipisnya. Ia begitu asyik melumat kewanitaannya. Lidahnya menjilati setiap jengkal daging kewanitaanya yang mulai basah bagai seekor induk kucing memandikan anaknya. Wajahnya kelihatan hitam dan banyak codet yang menambah keseraman penampilannya.
“Heeiiiii. . Apa yang sudah kamu lakukan padaku …ouhhhh?” jerit Oey Yong lirih.
Orang itu tak menghiraukan pertanyaannya ia tetap asyik dengan kelakuan cabulnya. Ditariknya kumis palsu di atas bibir Oey Yong hingga Oey Yong terpekik kecil. Percuma saja Oey Yong berusaha untuk merapatkan pahanya, percuma Oey Yong mencoba mendorong kepala orang itu dan terlambat, bibir mulut orang itu telah menguasai bibir daging kemaluannya secara total, ia tak mampu bergerak, hanya pasrah, yang ia rasakan kini sensasi gatal nikmat yang menggila. Kusir itu mendongakkan kepalanya. Oey Yong melihat wajah si orang nekat yang telah menotok dan menjelajahi vaginanya yang masih perawan. Ia ingat wajah yg seperti itu, meski kini dihiasi beberapa codet diwajahnya. Ialah Auwyang Kongcu!!
“Ouuggggggh!!!” Oey Yong mengerang.
Auwyang Kongcu menyingkirkan baju serdadu gadis itu ke atas sehingga terpaparlah payudaranya yang masih tertutup kutang. Tak sabar, pemuda ganteng yang kini buruk rupa itu sekaligus menyingkirkan penutup dadanya dengan paksa. Tubuh Oey Yong mengelinjang-gelinjang menahan birahi karena cumbuan Auwyang Kongcu kini berpindah ke dada, secara bergantian Auwyang Kongcu menghisap hisap kedua puting susunya yang kenyal itu seperti orang kehausan.
“oohh… oohhhh… ooohhhhhh”suara rintihan Oey Yong tak dapat lagi ditahan. Orang ini benar benar pintar merangsangnya.
Kemaluan Oey Yong mulai terasa basah dibuatnya. Perlahan dirasakan Oey Yong, celana dalamnya diplorotkannya kebawah, tak lama menyusul lepas sehingga tubuh Oey Yong yang indah sudah tinggal bagian atasnya saja. Oey Yong mengeluh pasrah ketika Auwyang Kongcu mendorongnya hingga rebah terlentang diatas kasur bulu domba. Oey Yong berusaha merapatkan kedua kakinya agar kepala Auwyang Kongcu menjauh dari celah intimnya. Namun semuanya percuma. Auwyang Kongcu berhasil membenamkan wajahnya pada selangkangan Oey Yong , lidahnya menemukan apa yang ia cari dan inginkan. Dengan penuh ketelatenan dia melahap dan menghisap hisap kewanitaan Oey Yong yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding liang kewanitaan dan kelentit Oey Yong. Rasa geli dan belaian birahi membuat Oey Yong semakin tak mampu menahan laju gairah pemuda yang berilmu silat tinggi itu. Kelentit itu diemut-emut dan dengan lidahnya diisap-isap hingga Oey Yong terpekik pekik kecil dibuatnya, orang ini benar-benar sudah sangat berpengalaman!. Selirnya saja lebih dari 30 orang. Perlakuannya sungguh membuat Oey Yong serasa terbang, tubuhnya menggelinjang-gelinjang geli diiringi erangan nikmat. Sampai akhirnya ia rasakan otot kewanitaannya mengejang dahsyat, tubuhnya ikutan mengejang bergelombang berkejut-kejut.
“ouuughhhh!!!!…aaahhhh” pekiknya pelan tak kuasa menahan rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan jilatan-jilatan lidahnya. Yang terbayang adalah wajah Kwee Ceng yang tampan tapi ketolol-tololan.
Namun ada yang tak dimengerti Oey Yong, ia tak kuasa dan tak berani menolak keinginan si Kusir dan membiarkan dirinya dijamahi. Selain dirinya menyamar sebagai serdadu laki-laki, tubuhnya lemas serasa tulang dilolosi. Tentu akan menimbulkan kecurigaan besar jika dia berteriak keras-keras. Hal itu akan menggagalkan usahanya membantu Kwee Ceng memberikan strategi perang kepada Jengis Khan. Matanya terpejam tak sanggup menahan malu, selama ini belum pernah ada laki laki yang berani menjamah karena Oey Yong sangat galak menjaganya, tapi kali ini Oey Yong tak berdaya menolak ketika seorang kusir yang ternyata Auwyang kongcu itu berusaha mencabulinya.
“Aaahhh.. Eengghhh” erangnya lirih.
Inikah yang disebut puncak kenikmatan birahi? Begitu dahsyat kenikmatan yang ia rasakan. Dan Oey Yong memperoleh puncak kenikmatan birahi pertamanya dari seorang kusir ketika ia sedang berpakaian tentara Mongol, ternyata kusir itu adalah keponakan si Racun Barat Auyang Hong yang sedang mencabulinya. Saat itu ia rasakan seluruh tubuhnya menggeletar, pandangannya nanar, serasa jiwanya melayang tinggi, raganya serasa terbenam ke dalam samudera kenikmatan duniawi yang tak bertepi. Kesadarannya seperti hilang, yang ia lihat hanya antara warna putih dan gelap pekat yang berpendar di matanya lalu menjadi kabur. Entah berapa lama Oey Yong tak sadar. Lalu perlahan-lahan bisa ia rasakan kesadarannya telah hampir sepenuhnya pulih. Ia rasakan lidah itu masih saja bekerja menjilati dan menjalari seluruh relung alat kewanitaannya. Tanpa sadar pula Oey Yong malah membuka keduabelah kakinya seolah-olah berharap agar orang itu menjilat dan menghisap isi alat kewanitaannya yang membanjir.
“Srruupp… srruupp. . Sshhrrupp. . ” bunyi yang timbul ketika Auwyang Kongcu menghisap habis tiap tetes cairan cintanya tanpa sisa.
Sesaat setelah itu seperti terlambat disadarinya bahwa Auwyang Kongcu telah mengambil posisi menindih, pinggulnya tepat di atas pinggul Oey Yong yang terbuka, dan tubuhnya di antara kedua kaki Oey Yong yang masih terpentang lebar.
“Kusir … kamu mau apaaa?. . ”
“Yong-ji, aku akhirnya mendapatkanmu. . ” bisik Auwyang Kongcu ke telinga Oey Yong... Oey Yong terbelalak, sepanjang jalan ia agak sedikit kenal dengan suara si kusir yang wajahnya mengerikan itu, namun kini makin yakinlah dia sekarang atas panggilan si kusir itu kepadanya. Hanya ayahnya, Kwee Ceng dan Auwyang kongcu yang memanggil begitu kepadanya. Tahulah kini ia bahwa orang yang hendak menyetubuhi sekaligus merenggut kegadisannya ini pasti pemuda yang sangat tergila-gila kepadanya dulu. Kehormatan Oey Yong yang ia jaga selama ini sebagai wanita sesungguhnya hanya akan tersisa keperawanannya saja. Namun ia rela kehilangan itu demi keberhasilan Kwee Ceng dalam tugasnya. Jika ia berteriak, ia akan ketahuan bahwa dia bukan serdadu Mongol, tapi seorang yang diam-diam menyusup ke dalam pasukan. Ini akan membuat rencananya dan rencana Kwee Ceng berantakan. Dan kini Oey Yong semakin tahu Auwyang Kongcu sudah sejak lama sangat menginginkan hal ini. Namun Oey Yong masih ingin memberikan keperawanannya ini kepada calon suaminya kelak. Oey Yong merasa amat teledor sore tadi, ia tidak curiga sama sekali kepada kusir pilihan Kwee Ceng itu. Ia juga tidak seharusnya terlarut oleh rangsangannya, Namun kini semua sudah terlanjur terjadi, sangat terlambat. Oey Yong semakin tak punya pertimbangan lagi, dan ia merasa amat lemah sebagai seorang pendekar wanita kang-ouw anak si Sesat dari Timur Tong Shia Oey Yok-su. Mengingat keteledorannya dan dengan mudahnya Oey Yong kena diakali, hal ini membuatnya meneteskan air mata. Oey Yong makin terdesak saat ia rasakan selonjor batang keras laki-laki itu telah menempel pada kewanitaannya. Sedangkan saat itu tubuhnya masih terasa lunglai dan lemas, dan benar-benar tak mampu menghindar lagi. Bahkan kedua kakinya yang telanjang begitu lemas ketika kongcu itu membuka kakinya lebar-lebar dan menekuk lututnya, sehingga bisa ia rasakan saat itu kalau kelopak kewanitaannya bergesekan langsung dengan penis orang itu tanpa penghalang sedikitpun.
Awyang Kongcu/ Awyang Hok |
Oey Yong hanya mampu menunggu dengan perasaan was-was dan perasaan berdosa yang perlahan menyeruak di antara kesadarannya. Oey Yong sempat menahan nafas . Oey Yong tahu ia akan merasa kesakitan sebab ini adalah yang pertama baginya. Dari cerita orang, disaat saat melakukan permainan cinta pertama kalinya akan merasakan kesakitan. Apalagi, ia lihat kemaluan Auwyang Kongcu yang tidak terlalu panjang atau besar, namun bentuknya agak aneh karena mendongak ke atas dan keras bagai sebatang gading. Lalu ia rasakan dengan perlahan Auwyang Kongcu mulai mendorong pinggulnya ke arah Oey Yong berusaha memasuki pintu kemaluannya sehingga bisa ia rasakan kelopaknya tertekan ke dalam. Namun ssplettt …kepala kemaluannya terpeleset jauh, Oey Yong lega tusukan pertamanya luput, tak disadarinya bahwa totokan Auwyang Kongcu perlahan-lahan telah terbuka dengan sendirinya. Gesekan-gesekan punggungnya dengan kasur bulu domba itu telah melepas totokan di tay-yang hiat-nya. Ia sudah bisa menggerakkan badannya. Oey Yong coba mengeser pinggulnya ketika Auwyang Kongcu mulai mendorong lagi. Dan Auwyang Kongcu mencoba lagi, splett.... Yang kedua kali… juga meleset.
“Uhhh…punyamu sempit sekalii, Yong-ji!” Ujar Auwyang Kongcu penasaran bercampur napsu berahi yang makin memuncak.
“Aduhhh aaahh” lenguhnya, Oey Yong merasa seperti lega ketika kusir itu tak kunjung bisa menembus. Oey Yong berusaha mengerahkan lweekangnya, namun gagal. Rupanya siauw-yang-hiat di dekat iganya juga tertotok, membuat aliran lweekang atau tenaga dalamnya sukar dialirkan. Ia jadi berdebar debar dan menahan nafas dengan cemas, Auwyang kongcu membuka kedua kakinya makin lebar, bahkan kali ini jemari pemuda itu membuka kedua bibir alat kewanitaannya dan tangannya mengarahkan batangnya tepat pada kewanitaannya. Auwyang Kongcu mendorong pinggulnya lagi ke arah Oey Yong sehingga bisa dirasakan ujung batangnya mulai menyelusup seakan membelah kewanitaannya yang terbuka memunculkan memperlihatkan bagian dalam yang berkelopak seperti bunga. Oey Yong merasakan sensasi luar biasa, namun merasa takut… takut sekali. Dan nampaknya kali ini ia akan berhasil memasuki dan menodainya!! Akhirnya Oey Yong hanya bisa pasrah sambil memejamkan mata menunggu detik-detik ketika batangnya menerobos alat kewanitaannya
“Auuw . . Aaahhh… auuww. . ! ” Oey Yong memekik kesakitan sambil meronta ketika batang lelaki Auwyang Kongcu mulai memasuki gua kewanitaannya.
Keringatnya bercucuran membasahi tubuh Auwyang Kongcu yang telanjang bulat, keperawanannya yang selama ini dijaga mulai ditembus oleh Auwyang Kongcu tanpa sanggup dicegah lagi. Oey Yong meronta ronta kesakitan ... Auwyang Kongcu yang sudah berpengalaman itu tak ingin tusukanya luput karena rontaan Oey Yong segera Auwyang Kongcu memeluk pinggangnya, lalu dengan cepat, ditekan pantatnya kembali kedepan sehingga separuh batang kelakiannya pun amblas masuk ke dalam alat kewanitaannya.
“Aaaahhhkk… !” Oey Yong memekik kesakitan bersamaan dengan perasaan sesuatu yang robek, sakit sekali seperti teriris silet.
Habis sudah kehormatannya di tangan orang yang lama dibencinya itu. Sesaat Oey Yong masih meronta-ronta pelan, namun karena pegangan kedua tangan Auwyang Kongcu di pantatnya sangat kuat hingga rontaannya tiada arti. Batang cabul itu terus menerobos masuk kedalam liang perawannya.
"Uhk! Oh! Aaaaahkk!" Oey Yong mendengus, wajahnya berkerut. Dia menggigit bibirnya, mengambil napas dalam-dalam untuk menahan sakit. Auwyang Kongcu mulai memompa pelan bolak-balik, cairannya memberikan pelumas pada penisnya . . .
"Ahhhkk!" teriak Oey Yong, dan ia ingin melawan, mencengkeram dan mencakar punggung, namun kakinya malah gemetar dan melingkar erat di pinggang. Auwyang Kongcu mengerang saat ia terbenam di dalam genggaman celah selangkangan gadis itu.
"Oh, Tuhan! Oh, Tuhan, berhenti! berhenti!" Oey Yong berteriak, yang keluar hanya suaranya yang pelan.
Auwyang Kongcu menunduk ke wajah Oey Yong, melihat rasa sakit di wajahnya bahkan ketika Auwyang Kongcu merasakan tegangan dalam terowongan yang menggenggam ketat di sepanjang batangnya. Dia terasa begitu ketat!
"Yong-ji?" Auwyang Kongcu bertanya. "Oh Tuhan," kata Auwyang Kongcu dengan takjub. "Yong-ji, sayang ... kau masih perawan, kau kan su..su..dah nikah hhhk?"
Auwyang Kongcu mengerang, tak pernah terpikir bahwa Oey Yong ini masih perawan. Kwee Ceng telah diresmikan menikah dengan Oey Yong di pulau Tho-hoa to dan berkelana bersama si Tolol itu sekian lama, bagaimana bisa dia tetap mempertahankan keperawanannya? Tangisannya terdengar lirih diantara desah napas Auwyang Kongcu yang penuh birahi. Tubuhnya yang putih mulus kini tak berdaya di bawah himpitan tubuh Auwyang Kongcu yang kekar dan berbulu. Sesaat Auwyang Kongcu merasa bersalah, ia mendiamkan seluruh batang lelakinya terbenam dalam belahan alat kewanitaannya sampai menyentuh rahim Oey Yong, perut Oey Yong terasa mulas dibuatnya. Namun rasa rindu dendam dan nafsu birahi lebih menguasai dirinya, Auwyang Kongcu mulai menggoyang pantatnya maju mundur perlahan. Batang Auwyang Kongcu ia rasakan sangat keras menusuk alat kewanitaannya yang masih sempit, setiap gesekan batang Auwyang Kongcu menimbulkan rasa nyeri yang membuatnya merintih rintih. Semakin lama batang lelaki Auwyang Kongcu semakin lancar keluar masuk menggesek alat kewanitaannya karena cairan licin dari alat kewanitaannya mulai keluar secara alamiah, rasa sakit di lorong kewanitaannya semakin berkurang, rintihannya perlahan mulai hilang berganti dengan suara napas yang berirama dan terengah-engah. Manusia cabul ini ternyata memang pintar membangkitkan nafsunya. Hisapan-hisapan lidahnya pada puting menyebabkan bola kembar itu makin mengeras saja. Bagaimanapun juga Oey Yong adalah manusia normal yang juga punya nafsu birahi, sadar atau tidak Oey Yong mulai terbawa nikmat oleh permainannya, tak ada gunanya menolak, lebih baik ia nikmati saja persetubuhan itu.
“Ooooh… , eeeuunnggh… , aahh… , ssstthh!” . Erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil.
Akhirnya Oey Yong membiarkan dirinya terbuai dan larut dalam goyangan birahi si kusir jelek bermuka codet itu. Oey Yong memejamkan mata tak berusaha menikmati perasaan itu, ia masih sulit percaya membayangkan bahwa yang sedang mencumbui tubuhnya ini adalah seorang keponakan datuk sesat si Racun Barat Auwyang Hong yang terkenal keji. Memang Auwyang Kangcu dulu seorang pemuda ganteng yang digandrungi puluhan wanita yang menjadi selirnya. Namun setelah melampaui padang pasir beribu-ribu lie dan mengalami hambatan yang luar biasa dalam perjalanan, mukanya berubah jadi menakutkan dan aneh. Ia tidak mati ditikam Yo Kang di dusun itu dan berhasil lari menyelamatkan diri ditolong oleh para selirnya. Batangnya kini mulai meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Oey Yong mengerang setiap kali dia menyodokkan batangnya. Gesekan demi gesekan di atas mulut rahim, dan sodokan demi sodokan sungguh membuatnya terbuai dan semakin menikmati persetubuhan ini, Oey Yong tidak perduli lagi siapa orang ini sesungguhnya, tak ingat lagi bahwa ia adalah pemujanya yang selalu berusaha mendekatinya, tentu dia juga berusaha merenggut kehormatannya. Darah perawannya ia rasakan mulai mengalir keluar membasahi seprai dibawah pantatnya. Rasa sakitnya kini mulai hilang. Sambil bergoyang menyetubuhi Oey Yong, bibir Auwyang kongcu tidak henti-hentinya melumat bibir dan pentil susu Oey Yong , tangannyapun rajin menjamahi tiap lekuk tubuhnya sehingga membuat Oey Yong menggeliat geliat kenikmatan. Oey Yong tak sadar bahwa ia sudah dapat bergerak meski belum mampu menyalurkan lweekang yang dapat membunuh Auwyang Kongcu dengan sekali pukul. Rintihan panjang akhirnya keluar lagi dari mulutnya ketika mulai mencapai puncak, sekujur tubuhnya lagi-lagi mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya yang hampir polos itu sehingga kulitnya yang putih bersih kelihatan mengkilat membuat Auwyang Kongcu semakin bernapsu menggumuli. Birahi Auwyang Kongcu semakin menggila melihat tubuhnya yang begitu cantik dan mulus itu tergeletak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang mungil itu menjepit dengan ketat batang lelakinya yang keras itu. Sungguh ironi memang, gadis muda secantik Oey Yong terpaksa mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan kekasihnya, akan tetapi dengan seorang kusir busuk yang sedang mencabulinya.
“Ouughh. . Oohhh… eeenghhh… “ Oey Yong merintih halus ketika ia rasakan batang lelaki Auwyang Kongcu yang keras masih bersarang di dalam alat kewanitaannya sementara ujungnya menyodok rahim. Rintihan Oey Yong semakin keras saat orang itu terus melumati buah dadanya sehingga menimbulkan perasaan geli yang amat sangat setiap kali lidahnya memyapu-nyapu puting susunya. Auwyang Kongcu merasakan ada cairan manis memasuki mulutnya, apakah saking napsunya Oey Yong mengeluarkan cairan susu? Dari beberapa selirnya, memang ada yg mengeluarkan air susu ketika berahi memuncak saat ia bermain cinta secara butal dengan mereka.
Kepala Oey Yong tertengadah lemas ke atas, pasrah dengan mata setengah terkatup menahan kenikmatan yang melanda tubuhnya sehingga dengan leluasanya mulut Auwyang Kongcu bisa melumati bibir Oey Yong yang agak basah terbuka itu. Setelah beberapa saat puas menikmati bibir Oey Yong yang lembut, Auwyang Kongcu mulai menggerakkan tubuhnya lagi naik turun.
“Ouuhhh… Yong-ji! Aku merasa nyaman sekali, Yong-ji… !” suara Auwyang Kongcu sayup sayup Oey Yong mendengar ditelinganya diantara desahannya.
Oey Yong tak dapat memperdulikannya lagi, saat ini tubuhnya tengah terguncang guncang hebat oleh goyangan pinggul Auwyang Kongcu yang semakin cepat. Terkadang pemuda ini melakukan gerakan memutar sehingga alat kewanitaannya terasa seperti diaduk-aduk. Oey Yong dipaksa terus mempercepat goyanganya karena merasa sudah mau keluar, makin lama gerakannya makin liar dan erangan Oey Yong pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan ketika puncak kenikmatan birahi kedua itu sampai, Oey Yong menjerit histeris sambil mempererat pelukannya. Pinggulnya terangkat sedikit, Oey Yong melakukan itu tanpa sadar, ia tak ingin batang lanciauw Auwyang Kongcu terlepas dari cengkeraman alat kewanitaannya, ternyata nikmat luar biasa perasaan ini. Benar-benar dahsyat yang diperoleh meski bukan dari Kwee Ceng kekasihnya. Walaupun kini bermuka buruk, Auwyang Kongcu masih mampu menaklukan gadis seperti Oey Yong. Kali ini dia membalikkan badan Oey Yong hingga posisi tubuhnya menungging lalu mengarahkan kemaluannya di antara kedua belah pahanya dari belakang. Dengan sekali sentak Auwyang Kongcu menarik pinggulnya ke arahnya, sehingga kepala batang tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Oey Yong.
“Oooooouh… ouuuhhgh!” Untuk kesekian kalinya batang laki-laki tersebut menerobos masuk ke dalam liang kewanitaannya dan Auwyang Kongcu terus menekan pantatnya sehingga perutnya yang keras berpetak-petak itu menempel ketat pada pantat mulusnya. Selanjutnya dengan ganasnya Auwyang Kongcu memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutnya mendesis-desis keenakan merasakan batangnya terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang kewanitaannya yang masih rapat itu. Inilah pengalaman pertama Oey Yong dijamah oleh laki laki yang sudah sangat berpengalaman bersetubuh, meski berusaha bertahan Oey Yong ahirnya kewalahan juga menghadapi Auwyang Kongcu yang ganas dan kuat itu. Pemuda cabul itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia menggoyang dan menyetubuhi Oey Yong tetapi tenaganya tetap luar biasa. Diakuinya bahwa tenaga dalam Auwyang Kongcu masih setingkat berada diatas lweekang Oey Yong. Seandainya tenaga dalam Oey Yong dapat dialirkan ke alat kewanitaannya, ia dapat meremas-remas batang Auwyang Kongcu dengan keras. Bahkan dengan cara tertentu, liang wanitanya mampu menyedot batang itu dengan mengerahkan sedikit tenaga dalam. Tentu rasanya juga akan luar biasa. Sadar bahwa tenaga dalamnya hilang, Oey Yong menerima saja apa yang terjadi terhadapnya. Tangan Auwyang Kongcu terus bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus diakui sungguh hebat dia dapat bertahan begitu lama dan membuat Oey Yong mencapai puncak kenikmatan birahi berkali-kali, mungkin karena sebelumnya Auwyang Kongcu sudah biasa dengan para selirnya, aah… entahlah. . Oey Yong tidak perduli hal itu, yang penting ia sudah dibuat merasakan kenikmatan ragawi walau harus merelakan kegadisannya. Oey Yong pasrah saja ketika tubuhnya kembali di telentangkan Auwyang Kongcu di atas kasur bulu domba dan digumulinya lagi dengan penuh birahi. Rasanya tak ada lagi bagian tubuhnya yang terlewatkan dari jamahannya. Auwyang Kongcu terus melakukan gerakan maju mundur beberapa kali, yang awalnya perlahan, lalu semakin cepat dan beberapa menit kemudian
“Ougggggh… Yong-jiiii!!!” Auwyang Kongcu terpekik nikmat sambil memuncratkan benihnya di dalam rahim.
Ada rasa hangat didalam rahimnya saat ia menerima kedutan dan denyutan batang yang terasa makin membesar itu. Gerakannya semakin melemah lalu si dia ambruk di dadanya. Kemaluannya sudah kembali keukuran semula dan terlepas dari alat kelamin Oey Yong, Oey Yong lalu mendorongnya ke samping. Auwyang Kongcu pun rebah di sana. Kini Oey Yong berusaha bangun dari rebahan. Dia merasakan rasa sakit dan nyeri di selangkangannya dan lemas seluruh tubuhnya. Totokan aliran Pek-to san atau gunung Onta Putih memang bukan omong kosong. Biarpun tay-yang hiat di punggungnya telah terbuka, lututnya masih terasa lemas sekali. Benar juga yang dikatakan orang bahwa jika telah diperawani untuk pertama kali, akan susah berjalan, Oey Yong hanya bisa berduduk. Rasa nyeri mendera liang kewanitaanya. Saat itu Oey Yong melihat lelehan darah di pahanya, ditutupnya dengan selimut dari bulu domba yang kusut itu. Kesedihan mendera sanubarinya yang paling dalam. Oey Yong menyesalinya kenapa ia menyerahkan diri pada lelaki lain dan bukan pada Kwee Ceng suaminya?. Oey Yong juga menyesali akan ketidak-mampuannya menahan rangsangan-rangsangan yang diberikan Auwyang Kongcu padanya. Oey Yong sungguh merasa bersalah, terutama karena ia tak berjaga-jaga dari serangan tiba-tiba yang menotok tay-yang-hiatnya. Oey Yong sendiri juga punya andil menyebabkan Kongcu mengambil miliknya yang sangat berharga. Dalam kesedihannya setelah terenggut kehormatannya, Oey Yong hanya duduk terdiam dan bersandar di dinding tenda. Dimatanya masih ada terlihat jejak-jejak bekas tangisan. Tubuh telanjangnya ia tutupi, mengembalikan baju atasnya yang tersingkap ke leher dan bagian bawahnya dengan selimut tebal. Selain itu, kesadarannya sudah pulih ditambah hawa dingin gurun masih terasa menggigit. Oey Yong melihat di sampingnya tergolek tubuhnya yang berwarna aneh, tangannya berwarna hitam dari lengan sampai ke ujung jari. Muka dan lehernya juga berwarna hitam, tapi tubuhnya putih layaknya seorang Han. Nampaknya ia kena panas sinar matahari selama berbulan-bulan dan dinginnya gunung tinggi di dataran tengah. Auwyang Kongcu inilah yang baru saja merenggut kehormatannya. Ia terlihat sangat nyenyak, juga di wajahnya tersirat kepuasan. Di dalam hati, Oey Yong serasa ingin marah dan membunuhnya dengan sekali pukul, namun tenaganya masih lemah sekali. Oey Yong memandangi wajah buruknya yang masih memiliki kegagahan. Mulai dari kepalanya, hingga perutnya yang kekar juga batang yang baru saja mengaduk aduk kewanitaannya, yang kini sudah mengecil. Dia masih terlelap dan saat itu hanya tubuhnya tidak tertutup apapun juga. Oey Yong tak heran dia tidak merasakan dingin, Pasti karena lweekang kodok Hap-mo kang atau weduk kodok ajaran Auwyang Hong yang melindunginya. Sedangkan Oey Yong sendiri sedikit menggigil. Oey Yong berusaha untuk tidur, namun rasa nyeri dan agak linu di kewanitaanya membuatnya susah untuk memicingkan mata. Di saat Oey Yong berusaha untuk memicingkan mata Auwyang Kongcu terbangun.
Ia diam dan malah memandang mata Oey Yong dalam-dalam.
“kau dendam kepadaku tidak?” Ujarnya.
“hmmm. . . Aku cuma sedih dan menyesal karena tidak berjaga-jaga…aku memang lengah dan kau menang, tertawalah..” kata Oey Yong.
“…aku sudah ambil keperawananmu, aku tak menyesal andai mati hari ini. Aku begitu benci melihat anak tolol she Kwee itu dengan enak saja mendapatkan dirimu Yong-ji.” Auwyang Kongcu menyambung.
“apa urusanmu kalau aku suka engko Ceng? Dia baik dan sangat memperhatikanku. ” sergah Oey Yong, “kamu sudah terlalu sering melakukan ini, selirmu juga banyak sekali. Kenapa masih mengejar-ngejarku?” Lanjut Oey Yong.
Auwyang Kongcu mengangguk, jawabnya “Sudah kuduga kau pasti menanyakan ini, aku sebenarnya rela bertukar badan dengan Kwee Ceng si tolol itu, biarlah dia punya puluhan selir milikku itu, akan kuserahkan kepadanya asal aku dapat berdampingan selalu dengan dirimu seumur hidup, Aku rela.” Auwyang Kongcu mengatakan itu dengan air mata meleleh di pipinya yang kini jadi hitam, buruk dan bercodet namun masih menyisakan kegagahannya di masa lalu.
“Kau tahu Yong-ji, aku mengejar dikau sejak dari Tho Hoa to lalu dari Pek-to San di Qinghay melintasi pegunungan Thian-san yang maha dingin dan jauh berliku-liku ribuan lie demi dirimu.”
Ia menarik nafas sebentar, kemudian melanjutkan, “terus aku menuju ke Barat, sebelum di Kashgar aku sudah berhasil menyusul pasukan ini dengan lebih dulu melintasi banyak padang rumput dan padang pasir yang panas membara di siang hari. Di malam hari udara lebih dingin dari pada es, hingga menyebabkan mukaku jadi hitam dan busuk seperti sekarang ini.” Kata Auwyang Kongcu.
Ia tak menceritakan bahwa ia menggantikan seseorang yang mendaftar jadi tentara atas nama dirinya di Kanglam. Kini orang itu telah pergi dengan membawa persenan batangan emas darinya yang cukup banyak atas jasanya itu.
“tak terhitung berapa gerombolan pengganas yang mencoba merampok, mengeroyok dan membunuhku dalam perjalanan mencarimu dan menyusulmu kemari, namun yang terbayang hanya dirimu Yong-ji. Aku bunuh sebagian dari mereka, tapi ada juga yang kuampuni mengingat dirimu yang begitu baik dan suka mengampuni bajingan-bajingan seperti mereka. Akupun telah membubarkan para selirku itu. Kuberi mereka pesangon yang dapat digunakan untuk memulai hidup baru. Hartaku yang banyak itu juga telah kubagikan kepada orang-orang miskin di sekitar pinggang gunung Pek-to San sampai habis, hanya menyisakan untuk perjalanan mencari dirimu. Kuharap tindakanku ini dapatlah meredam dendammu kepadaku, dan kau tak perlu ceritakan hal ini kepada si anak tolol Kwee Ceng itu. Cukup kau katakan bahwa kau berdarah di pahamu ketika melompat turun dari kuda yang berlari kencang. Kau tak perlu katakan bahwa kesucianmu telah hilang. Kecelakaan telah menimpamu di dalam perjalanan menyerang kesultanan milik raja anjing keturunan Arab ini.”
Kembali ia menarik nafas dan melanjutkan, “Aku telah berbulan-bulan menyelidikimu dan berhasil masuk menjadi kusir kereta si tolol she Kwee itu tanpa dia ketahui. Aku harap kau juga mengampuniku, anggaplah aku sebagai salah satu bajingan di antara perampok dan pemerkosa itu. Ampunilah diriku yang telah menjadi manusia hina ini Yong-ji..” Tak tertahan Auwyang Kongcu menangis mengguguk di kaki Oey Yong.
Oey Yong tak menyangka orang bisa begitu mati-matian mencintainya. Ia jadi merasa tidak enak dan dendamnya berkurang sebagian besar. Mau tak mau ia bahkan ia menjadi bersimpati kepada Auwyang Kongcu yang telah mengorbankan segalanya bagi dirinya. Tak disangkanya bahwa Auwyang Kongcu yg licik dan keji itu bisa berubah begini rupa hingga kelakuannya rada mirip seorang pendekar tulen kecuali bahwa ia telah memperkosa dirinya saking cintanya. Ia juga memaki diri sendiri yang menikmati perkosaan Auwyang Kongcu, yang memang sudah ahli bermain cinta dengan wanita itu. Auwyang Kongcu lalu membelai bahu Oey Yong dan menghembuskan nafasnya yang hangat. Oey Yong sadar ia sepertinya ingin merangsang dirinya kembali. Namun perbuatannya itu ia biarkan saja tanpa menggubrisnya. Auwyang Kongcu semakin meningkatkan rabaanya di bahu dan payudaranya. Oey Yong merinding saat itu, dan berusaha menghalangi, tapi dia mencium tengkuknya. Usaha Oey Yong untuk menyalurkan tenaga dalam tidak berhasil, siuw-yang hiat-nya masih belum terbuka, kalau ia mengadakan perlawanan malah kemungkinan semua kungfu dan ilmu silatnya punah karena bentrokan lweekang yang tak terkendali. Cau-hwe Jip-mo atau tenaga dalam yang tersesat sangat ditakuti oleh semua pesilat yang melatih lwekang. Apalagi kini simpatinya makin mendalam kepada keponakan si Racun Barat ini. Auwyang Kongcu berusaha membalikkan wajah Oey Yong untuk menghadap ke arah wajahnya. Dalam keadaan itu Oey Yong pun terpaksa menghadapkan wajahnya. Lalu ia raih dagu Oey Yong dan …bibir Oey Yong langsung disergap dengan ciuman. Tangannya tak tinggal diam, meremas dan membelai buah dadanya. Oey Yong semakin merintih menahan rasa geli dan hangatnya belaian tangan kasarnya. Lalu tangan kirinya turun ke bawah, kearah liang kewanitaannya. Membelai belai kelentitnya lalu dengan jarinya tengahnya ia merogoh bagian atas liang kewanitaannya yang kini sudah tidak perawan lagi. Oey Yong semakin tak kuasa menahan setiap gerakan jarinya. Oey Yong sudah mulai terbakar birahi lagi. Mukanya kembali memerah dan keringatnya kembali timbul, karena Oey Yong merasakan tubuhnya tidak dingin, kini sudah panas karena birahi. Auwyang Kongcu beranjak bangun sambil menyingkirkan selimut yang menutupi mereka saat itu. Kini tubuhnya dan Auwyang Kongcu sudah sama terbuka. Pemuda buruk rupa itu berusaha membuka kedua pahanya kembali dan memposisikan tubuhnya tepat diantara paha Oey Yong. Oey Yong tahu ia kembali ingin menghabiskan malam itu dengannya dengan melakukan hubungan badan kembali. Dan sepertinya kongcu itupun tahu jika Oey Yong sudah siap untuk bermain cinta lagi. Oey Yong kini sudah merasakan tidak ada lagi yang akan ia pertahankan dan semua sudah terlanjur, nasi telah jadi bubur. Kini Oey Yong cenderung menurut apa yang akan ia lakukan. Malah kini Oey Yong membantunya dengan membuka kedua pahanya lebih lebar untuk di masuki. Kini mereka sudah berhadap-hadapan, siap untuk melakukan keintiman. Bertahap dan penuh kehati-hatian Auwyang Kongcu mulai mengarahkan kemaluannya ke dalam alat kewanitaannya. Oey Yong sendiri malah membantu memegang batang kelelakian itu dan mengusap-usapkan di gerbang kewanitaannya, kini ia merasakan sensasinya amat dalam. Kini Oey Yong sudah tidak terpaksa lagi. Awalnya hanya kepala kemaluannya yang menyentuh bibir liang senggama, lalu berangsur semuanya.
Oey Yong kini merasakan sentuhan kemaluan Auwyang Kongcu masuk ke dalam liang kewanitaan hingga menyentuh rahimnya. Meski rasa perih dan ngilu masih terasa, namun Oey Yong sudah tidak memperdulikannya. Auwyang Kongcu bergerak maju mundur mengocok dengan teratur. Kini Ia tak tergesa-gesa seperti saat ia pertama kali menjebol kegadisannya. Kali ini begitu penuh perasaan dan kelembutan. Ketika ia terus memandangi matanya, Oey Yong jadi malu sehingga ia pejamkan matanya ini. Lalu gerakannya kembali berangsur cepat dan makin cepat. Kemudian Auwyang kongcu mengubah posisi permainan, dengan duduk di alas tidur bulu domba itu Oey Yong ditarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuan pemuda itu. Auwyang kongcu menempatkan penisnya pada bibir kemaluan Oey Yong yang tampak pasrah dengan perlakuannya, bahkan membantu memegang batang itu dan mengusap-usapkan di permukaan kewanitaannya, lalu Auwyang kongcu mendorong sehingga kepala lanciauwnya masuk terjepit dalam liang kewanitaan Oey Yong. Sedangkan tangan kirinya memeluk pinggul Oey Yong dan menariknya merapat pada badan sendiri, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti batangnya menerobos masuk ke dalam kemaluan Oey Yong. Tangan kanan Auwyang kongcu memeluk punggung Oey Yong dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Oey Yong melekat pada badannya. Kepala Oey Yong tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulut pemuda itu bisa melumat bibir Oey Yong yang agak basah terbuka itu. Dengan sisa tenaganya Oey Yong mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga batangnya seakan mengaduk-aduk dalam daerah kewanitaannya sampai terasa di perutnya. Karena stamina yang sudah terkuras dengan beberapa puncak kenikmatan senggama yang baru didapatnya, goyangan Oey Yongs emakin melemah. Auwyang kongcu memindahkan kedua tangan ke arah pinggannya dan tangan itu mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Oey Yong agar terus bergooyang. Auwyang kongcu melihat batangnya timbul tenggelam dibekap lubang daerah kewanitaannya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya.
“shh…ah…sshhh…ahhh..”
Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, Oey Yong bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangan si codet itu dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepala si kusir dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang kenyal dan halus. Auwyang kongcu tahu dia akan mengalami puncaknya rasa nikmat bermain cinta. Auwyang kongcu mengulum dan melumat payudaranya, sungguh suatu perasaan luar biasa ketika ia mengulum puting susu sembari batang kejantanannya berada di dalam liang surga dan diremas-remas otot melingkar kewanitaan milik seorang dara.
Lagi-lagi ia merasakan cairan agak manis memasuki mulutnya. Susu! Ya, susu seorang gadis yang jarang sekali terjadi. Hal ini menambah rangsangan bagi kongcu untuk terus menggoyang tubuh Oey Yong, serasa tak ingin dilepas untuk selamanya. Kepala Oey Yong menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik sensitifnya. Tak berselang kemudian, Oey Yong merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali meledak dan melandanya.
“Terus…, terus…oohhhkk,” bisik Oey Yong, ia tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika puncak rasa nikmat dan kejang itu datang lagi, Oey Yong tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm..ahh…kongcuu…aahhh…”, Oey Yong memekik agak keras sambil menjambak rambut dan memeluknya dengan kencang. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuan kusir cabul itu.
“Aahhkk!!!…kongcuu” pekiknya karena merasa nikmat
Oey Yong mendapatkan puncak kenikmatan birahi sekali lagi, namun Auwyang Kongcu masih saja tetap dalam gerakan memompa semakin cepat dari bawah ke atas. Mulutnya tak tinggal diam mengisap kedua payudaranya yang mengeluarkan cairan manis. Oey Yong semakin tak bisa mengendalikan diri lagi. Oey Yong meraih bahunya, dan ia jepitkan kedua kaki di pinggangnya. Hingga beberapa menit kemudian tubuh Auwyang Kongcu mengejang, gerakannya pinggulnya seakan mendorong kemaluannya ke dalam rahimnya. Ia seakan ingin memasukan kemaluannya lebih dalam lagi. Tanpa bisa dicegah lagi, Oey Yongpun merasakan tumpahan air benih yang langsung disodokkan kedalam rahimnya. Kongcu lalu memeluknya amat erat, seakan tak mau terpisah dari tubuhnya. Keadaan mereka masih dalam posisi berdempetan dengan tubuhnya yang kekar di bawah tindihan tubuh indahnya tanpa melepas ikatan kelamin mereka. Dengan tubuh masih basah oleh keringat dan lendir sisa sisa persenggamaan, Oey Yong pun akhirnya tertidur bersama Auwyang Kongcu sambil berpelukan di ranjangnya.
#######################
Paginya Oey Yong terbangun dan sudah tidak melihat Auwyang Kongcu lagi di sampingnya. Oey Yong berusaha bangkit dari ranjang, baru saja akan menginjakkan kaki di lantai, oh…dia kembali merasakan ngilu di kewanitaanya. Dengan tertatih Oey Yong berjalan menuju ke bilik kamar sebelah dan membersihkan tubuhnya dari sisa sisa persebadanan kemarin. Semua lendir dan jejak jejak yang menempel di tubuhnya, ia bersihkan dengan kain dan air dari sebuah tahang air minum. Kemudian Oey Yong masuk kamar bilik tenda untuk mengambil dan mengenakan seperangkat pakaian serdadu Mongol yang agak kedodoran. Sebentar kemudian Ia lihat Auwyang Kongcu sudah berada di dalam tendanya kembali. Ia tampak baru saja mengganti kain sprey yang sudah kotor dan ternoda darah kehormatannya. Ia kemudian membawa sprey itu ke luar kamar dan membuangnya di tumpukan sampah. Tidak lama kemudian Auwyang Kongcu masuk lagi ke dalam tendanya. Oey Yong kaget dan agak kesal padanya yang seenaknya masuk tendanya yang tak terjaga. Ia lupa bahwa ia memang ditugaskan tidur se-tenda bersama kusir itu sebagai seorang serdadu penasehat. Tiba-tiba berkelebat bayangan enam orang dan terdengar bentakan-bentakan nyaring. Berbagai senjata terbang mengarah mereka berdua, tombak, kapak, golok dan berbagai am-gi atau senjata rahasia. Auwyang kongcu dengan sebat melompat ke depan Oey Yong memasang tubuhnya sendiri untuk melindung sang dara sambil memukul salah seorang diantara penyerang itu. Bagian depan tubuh Auwyang kongcu itu kemudian tertancap berbagai senjata berbareng dengan jeritan salah seorang penyerang yang pecah berantakan kepalanya dipukul Auwyang Kongcu dengan sisa tenaga dalam Hap-mo kang. Tubuh depan kongcu itu kelihatan seperti landak dengan duri yang terdiri dari berbagai macam senjata tajam panjang dan pendek, badannya ambruk miring menimpa Oey Yong. Mendengar jeritan kawan mereka, lima orang penyerang lainnya berebut keluar melarikan diri, sementara Oey Yong berusaha bangun dan memapah Auwyang Kongcu. Oey Yong lolos dari kematian dan membantu Auwyang kongcu berdiri. Dia memanggil,
"engko, engko! Kongcuuuu"
Auwyang kongcu membuka matanya dan berkata, "Bagus, bagus! Aku akhirnya berhasil meyakinkanmu bahwa... Aku cinta..cin.. cin.."
Dia terbatuk darah dan tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Darah berceceran di pakaian Oey Yong. Bayangan sisa ke lima orang penyerang itu terlihat dikeroyok para prajurit Mongol hingga darah bercipratan ke mana-mana. Ke lima orang itu binasa seketika. Oey Yong terseok-seok berusaha untuk mengangkat Auwyang kongcu dan memindahkannya ke tempat yang aman.
Jagatai dengan sebat masuk ke dalam tenda Oey Yong. Ia melihat bahwa Oey Yong tidak bisa mengangkat tubuh Auwyang kongcu dan ia membantu menyeretnya menjauh keluar dari tenda yang robek-robek diterjang senjata para penyerang, Oey Yong terus mengikuti. Auwyang kongcu terus terbatuk darah dan memandang Oey Yong, ia tersenyum serta menutup mata untuk terakhir kalinya. Oey Yong memeluk tubuhnya dan sangat terpukul, ia menangis,
"kongcu, kongcu, kenapa jadi begini kongcuuu!" jeritnya ngeri.
Jagatai melihat Auwyang kongcu mengorbankan hidupnya sendiri untuk menyelamatkan serdadu cilik ini. Entah apa alasannya. Dengan demikian, apapun alasannya, Auwyang kongcu dihormatinya dengan membungkukkan tubuh dan menjura. Ia bersoja dengan khidmat menangkupkan tanganya.
“Aku mewakili ayah baginda Kha Khan menghormatimu.” Ujarnya khidmat.
Kwee Ceng mendadak masuk dan melihat tentara cilik yang kumisnya terpasang dengan tidak benar itu telah selamat di luar tenda, ia heran sekali melihat serdadu itu menangis sedih dan memeluk tubuh kusir yang kekar tapi berwajah buruk penuh codet itu. Entah apa hubungan mereka. Lebih heran lagi dilihatnya serdadu bertubuh kecil itu berusaha membenahi kumisnya sendiri yang terpasang miring ke atas dan ke bawah di bawah buraian air matanya. Kemudian beramai-ramai belasan serdadu mendekati tenda itu untuk melaporkan kepada Jagatai dan Juji berdua. Para serdadu itu melaporkan bahwa para penyusup dari serdadu musuh berusaha membunuh ciangkun atau jenderal Mongol.
“Lapor, ada lima penyusup yang hendak membunuh ciangkun” kata seorang serdadu.
Kwee Ceng membentak, “Hah! Ada enam orang, lihat satu yang kepalanya berantakan ini. Siapa mereka?”
“Mereka dari suku Tajik dan Kazakh, sekutu orang-orang Arab anjing itu, sasarannya adalah baginda Jengis Khan, para putra, dan panglima perangnya.” Jawab seorang Pek-hu tiang..
“Sekarang ketatkan penjagaan, jangan biarkan satu orang asingpun memasuki barisan, Lalu kusir ini siapa sebenarnya?” Lanjut Kwee Ceng.
“Namanya Yang Hok, ia direkrut dari Kanglam, kabarnya ia seorang kaya dan lihay dari See Hek” lapornya kepada Kwee Ceng.
Kwee Ceng mengerutkan kening, “apa hubungannya dengan Auwyang Hok atau Auwyang Kongcu musuh yang selalu berusaha mencelakakan suhu dan dirinya itu?” Pikirnya. “Dia juga berasal dari Pek-to san di See Hek, kalau dilihat wajahnya memang ia mirip-mirip dengan Auwyang Kongcu atau Auwyang Hok”. Ia lega sekali bahwa jika memang itu Auwyang Kongcu, seorang musuh yang keji telah dibinasakan oleh serdadu asing.
Ia tak menyadari bahwa Oey Yong telah menyelusup kembali di antara para serdadu Mongol yang ratusan ribu jumlahnya itu. Ia mendekati Jagatai dan Juji menanyakan keselamatannya.
(bersambung episode berikutnya)
By: Ruhul Yaqin
Senin, 09 September 2013
Karya Pengarang Lain
0 Response to Pendekar Pemanah Rajawali XXX: The Other Story
Posting Komentar